Episode 18. Pembalasan Arumi

"*Dasar gadis abnormal...!"

"Arumi gadis semampai...!"

"Gadis gembul*...!"

Olokan itu masih jelas terngiang di telinga Arumi. Bahkan kuat terikat dalam ingatannya. Semua terjadi hanya karena tinggi tubuh Arumi yang 150 Cm. Selain itu berat tubuh Arumi yang mencapai tujuh puluh kilogram makin menjadi bahan olokan dan gunjingan orang. Semua sudah Arumi alami. Namun kini saatnya berubah.

Arumi berdiri di depan sebuah cermin. Ia menatapi setiap inci yang ada pada tubuhnya. Senyum pun terbit dari ujung bibirnya. Walau belum sempurna, namun perubahan makin terlihat. Kini bentuk tubuhnya pun mulai terlihat. Arumi berhasil menjalankan program dietnya dan berhasil menurunkan berat badannya sebanyak dua puluh kilogram. Walau masih tersisa sembilan kilogram lagi untuk dihilangkan, namun untuk saat ini Arumi cukup puas.

Setelah Arumi menerima keadaan tinggi tubuhnya, maka ia menjadi lebih kuat, berani dan percaya diri. Kemudian saat berat tubuhnya semakin berkurang maka kepercayaan diri Arumi makin bertambah.

Pun demikian, Arumi pun sadar cantik itu bukan hanya memiliki tubuh yang sempurna, melainkan menjadi kuat, berani dan percaya dirilah maka kecantikan seseorang dapat menjadi nyata sebab kemampuan sisi positif seseorang akan dapat mudah terlihat.

Dan hari ini ketiga hal positif yang sudah Arumi temukan, akan diperlukan kembali. Ya, hari ini adalah awal perkuliahan semester ganjil di tahun kedua perkuliahan di mulai. Bersorak hati Arumi, karena hari ini ia ingin membalas semua perlakuan orang-orang yang telah menghina atau pun mencibirnya.

Tok.

Tok.

Tok.

"Ndok..."

Panggil suara di balik pintu. Suara yang amat Arumi kenal. Suara yang sudah lama tak ia dengar karena suatu pekerjaan mengharuskan ayahnya berada di luar kota. Melonjak Arumi saat membuka pintu dan mendapati sang ayah berdiri di hadapannya.

Arumi langsung menghambur kedalam pelukan Permana yang sejak tadi sudah mengembangkan kedua tangannya.

"Kapan ayah, datang...?"

"Subuh tadi. Dan ayah punya kejutan untukmu.."

"Oya, apa itu...?"

Arumi sumringah. Setelah menyambar perlengkapan kuliahnya, Arumi mengikuti langkah Permana. Langkah Arumi cepat menuruni setiap anak tangga kemudian menjadi perlahan saat melihat sosok perempuan setengah baya yang masih terlihat cantik tengah menata makanan di meja.

"Sonia, kenalkan. Ini Arumi. Dia anak ku satu-satunya..."ucap Permana mengenalkan Arumi.

Perempuan itu pun tampak tersenyum dan menghentikan aktifitasnya. Kakinya memburu kehadiran Arumi.

"Wah, cantik juga Mas..." pujinya.

"Arumi ini Tante Sonia. Tante Sonia akan tinggal bersama kita mulai sekarang..." ucap Permana yang langsung disambut Arumi dengan wajah penuh tanya.

Permana dan Sonia tertawa kecil bersama. Keduanya menunjukkan interaksi yang mencurigakan bagi Arumi.

"Sayang, seminggu lalu ayah telah menikahi Tante Sonia. Jadi sekarang ia adalah ibu mu juga..."

Deg.

Deg.

Deg.

Arumi tertegun. Ia tak bergeming sedikit pun. Matanya menatap Permana dan Sonia bergantian.

"Jangan khawatir, Tante Sonia bukan seperti ibu tiri di film-film" ucap Sonia dengan senyum mengembang dan memeluk Arumi.

"Mulai sekarang panggil Mami..."

Arumi masih terdiam. Ada seribu kata yang beterbangan di kepalanya, namun sulit ia luncurkan lewat bibirnya. Arumi belum percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.

"Maaf, jika membuat Arumi terkejut. Tapi ayah harap Arumi bisa menerima Mami Sonia..."

Beberapa saat memang Arumi begitu terkejut, namun kemudian senyum pun mengembang menghiasi wajahnya.

"Ya, ayah. Ma-mami Sonia... Selamat untuk ayah dan mami. Selamat datang mami Sonia..." ucap Arumi.

"Terima kasih, sayang..." ucap Permana dan Sonia hampir bersamaan sambil memeluk Arumi.

"Nah, sekarang kita sarapan dahulu ya..." ucap Sonia sambil menarik dan mendudukkan Arumi pada sebuah kursi. Sonia pun mengambilkan makanan pada piring Arumi. Melihat itu hati Arumi jadi sendu dan mulai gerimis. Kenangan tentang ibunya kembali menari-nari dalam ingatannya.

"Ndok..." ucap Permana. Tangan kekarnya mengusap dan menggenggam tangan Arumi.

"Arumi senang kok, ayah menikah kembali..." ucap Arumi sambil tersenyum dan mengedipkan sebelah matanya. Permana pun tersenyum lega sambil sesekali menatap Sonia yang sejak tadi memperhatikan interaksi ayah dan anak itu.

Tak lama kemudian, Arumi pun pamit. Di ciumnya punggung tangan Permana dan Sonia dengan takzim.

"Manis sekali perlakuan Arumi, Mas. Aku tersanjung..." ucap Sonia dengan wajah yang berubah sendu.

"Apa Andrea dan Arya tidak melakukannya..."

"Keduanya adalah didikan kakek dan neneknya. Didikan itu begitu berhasil membuat Andrea menjadi sosok yang egois, ambisius, jauh dari pendidikan agama dan lebih bergaya modern berhaluan barat Beruntungnya Arya tidak seberapa terpengaruh dengan didikan kakek dan neneknya. Walaupun terkesan arogan, tapi anak keduaku itu memiliki perasaan lebih sensitif. Pun demikian aku masih takut, Mas anak-anak ku akan menarikku ke neraka"

"Jangan khawatir kita akan mengajak keduanya kembali pada pelukanmu seperti yang kau inginkan"

"Bantu aku ya, Mas..." ucap Sonia sambil menyusut air matanya.

🌸🌸🌸🌸🌸

Langkah Arumi begitu cepat memasuki pelataran sebuah gedung tiga lantai.

"Hei, cantik..." sapa Arya.

Langkah Arya segera mensejajari Arumi. Sebelah tangannya merangkul bahu Arumi membuat Arumi risih. Arya tersenyum melihat reaksi Arumi tersebut.

"Ar...!" panggil Vanya yang duduk di teras depan kelas.

"Ya..."

Arumi dan Arya bersamaan. Sadar dengan situasi barusan keduanya berada mata.

"Apa salahku? Nama ku juga bisa dipanggil Ar seperti nama mu.." ucap Arya.

Arumi membulatkan matanya. Dan mengangkat sebelah tangannya seakan hendak memukul. Dan Arya pun mengangkat tangan bermaksud menangkisnya. Namun hanya kekeh Arumi yang terdengar.

"Kau..."

"Weeek..." lidah Arumi menjulur meledek Arya.

"Sialan aku dikerjai Arumi...Hei!" ucap Arya dan kembali berusaha mensejajari langkah Arumi yang sudah mendahuluinya.

"Vanya....!" teriak Arumi mencapai oktaf tertinggi. Vanya pun menutup kedua telinganya.

"Ish...tuh suara seperti sirine saja" celoteh Vanya.

"Ngiung...ngiung...ngiung..." ucap Arya menirukan sirine.

"Ar, makan yuk...?"

"Aku belum dapat jadwal perkuliahan..."

"Nieh...buat apa punya sahabat kalo ga bisa ngambilin"

"O....makasih ya. Muach..muach.."

"Wah, brutal juga kamu Ar...?'

"Apaan?"

"Nyiumnya. Mau donk..." ucap Arya sambil memonyongkan bibirnya.

"Nih, cium..." ucap Vanya sambil mendekatkan lobang sepatutnya.

"Uwek... Astaga, Vanya...!" teriak Arya.

Bhuahaha.....!

Tawa kami pun pecah sambil beriringan menuju kantin. Sementara Arya mengiringi keduanya sambil mencuci wajahnya dengan air mineral.

Sejurus kemudian, ketiganya telah memilih tempat duduk di sudut ruangan. Baru saja duduk ketiganya menangkap percakapan mahasiswa dari meja lain.

"Busyeet juga si Arumi..."

"Ya. IP tertinggi dia raih di dua semester lalu... Menyesal juga aku tidak berteman dengannya. Ternyata otaknya encer juga..."

"Ah, biasa saja. Bisa jadi dia peroleh dengan cara tidak benar.."

"Apa.maksud mu..?"

"Sekarang banyak mahasiswa yang memperoleh nilai dengan cara menjual tubuhnya"

"Apa...!"

BRAAK...!

Arya menggebrak meja membuat Arumi dan Vanya terjengkit.

"Hei...! kalo ngomong pake rahang ya. Mau ku kasih bogem mentah...?!"

"Arya apaan sih...?" tanya seorang mahasiswi.

"Saya mendapatkan nilai bagus karena saya belajar dengan giat. Jaga bicaramu jangan sampai membuat fitnah. Atau jangan-jangan kau yang berlaku demikian..."

"Egh..."

Shereen mendongakkan kepalanya menatap Arumi. Kedua tangannya mengibas-ngibas.

"Bukan-bukan. Saya tidak begitu..."

"Nah, kau pun tidak ingin di cap demikian. Daripada bergunjing unfaedah lebih baik belajar sana biar jadi yang terbaik..."

Arumi berlalu setelah berbicara panjang kali lebar.

"Waaaah...." ucap takjub beberapa mahasiswa yang menyaksikan. Seakan mereka tak percaya pada apa yang mereka saksikan barusan.

"Good..." ucap Vanya sambil mengacungkan ibu jarinya.

"Aku tidak mau diintimidasi terus, Nya. Aku harus membalas Sesekali..."

"Boleh juga nih Arumi. Dia benar-benar berubah total. Apalagi sekarang jadi cantik walau masih sedikit gemuk. Tapi menurutku sih bukan gemuk tapi bohai. Hehee..." batin Arya.

"Sstt...ada Bima. Aku kira sudah di DO dari kampus ini..."

"Ah, bisa. papa nya kan rektor kampus ini..."

"Apa pak Mirza tahu"

"Aku yakin tidak..."

"Wah...si cebol sudah banyak berubah ya. Apa kabar Arumi?" ucap Bima. Tangannya bermaksud mengusap pipi Arumi, namun ada tangan lain yang menahannya.

"Jangan ganggu...Kau tidak lihat ada laki-laki di sebelahnya?!" ucap Arya dengan tatapan mata yang tajam.

"Huuuu....takut" ucap Bima sambil tertawa bersama dua orang lainnya.

"Pergilah...atau ingin ku adukan dengan Pak Mirza?" ucap Arumi dengan santai sambil membuka ponselnya.

"Ok. Ok. Kau menang. Aku pergi.." ucap Bima dan berlalu.

Drrt.

Drrt.

Drrt.

Ponsel Arumi berpendar. Sebuah pesan menghiasi layar ponselnya. Wajah Arumi terlihat lesu saat mengetahui pengirimnya.

"Laporan..." begitu isi pesan Mirza.

Sudah sepekan ini, Arumi selalu memberikan informasi tentang keberadaannya.

"Lagi di toilet. Pup..."

🌸🌸🌸🌸🌸

"Ish...sialan" ucap Mirza saat menerima balasan dari Arumi.

CLETAK...

Mirza meletakkan sendok pada piring dengan kesal dan menyandarkan tubuhnya.

"Hilang nafsu makan ku..."

Melihat polah bosnya yang di luar kebiasaan beberapa hari ini, Elvano mengerutkan dahinya.

"Ada apa...?" ucap Elvano mengakhiri diamnya.

"Lihat ini..." ucap Mirza sambil menyodorkan ponselnya yang berisi pesan singkat Arumi barusan.

"Hahaha....gokil juga nieh gadis. Biasanya gadis akan menutupi aktifitas yang satu itu. Tapi ini justru memberitahukannya. Aku yakin dia sedang kesal bos. Sepertinya bos terlalu kepo dengan semua urusannya..."

"Hei...itu sudah ada dalam perjanjian yang dibuat"

"Apa bos jatuh hati pada Arumi?"

"Hati-hati bicara mu..."

"Hahaha.... Ngomong-ngomong, bagaimana dengan Andrea. Apa hukuman intinya? Jeruji besi kah?'

"Hal pertama yang harus aku lakukan adalah menyudahi hubungan kami. Aku tengah mencari sela yang bisa menjadi alasan ku menyudahi hubungan kami. Setelah itu barulah aku akan menyerahkan nya pada pihak kepolisian"

"Mungkin ini bisa jadi alasan.." ucap Elvano sambil menyodorkan beberapa lembar foto.

Mata Mirza langsung terkunci pada foto-foto di hadapannya. Matanya membulat. Kegeramannya tak dapat ia sembunyikan lagi. Tangan Mirza terkepal hebat.

"Cari tahu kapan dan dimana aku bisa mendapati keduanya tengah bersama..."

"Kau baru melihat foto-fotonya sudah segeram itu. Apalagi melihat video rekaman perbuatan mereka..."

"Maksudmu..."

"Setelah melihat keganjilan hubungan keduanya, aku meminta Satrio memasang kamera tersembunyi di rumah yang sering mereka datangi. Hampir semua ruangan dipasangi, terutama kamar pribadi. Ini hasilnya..."

"What....!"

To Be Continued....

Episodes
1 Episode 1. Aku Arumi
2 Episode 2. Buat Aku Jatuh Cinta
3 Episode 3. Menjadi Kuat dan Berani
4 Episode 4. Hinaan Terakhir
5 Episode 5. Perhelatan Kampus
6 Episode 6. Cemburu
7 Episode 7. Rencana Andrea
8 Episode 8. Kau Berbeda
9 Episode 9. Ujian Diet...
10 Episode 10. Menginap di Rumah Sakit
11 Episode 11. Desiran Aneh
12 Episode 12. Liburan Singkat Bersama Keluarga William
13 Episode 13. Bertemu Wewe Gombel
14 Episode 14. Pernyataan Cinta
15 Episode 15. Kecemburuan Mirza.
16 Episode 16. Rencana Andrea
17 Episode 17. Terungkapnya Kejahatan Andrea
18 Episode 18. Pembalasan Arumi
19 Episode 19. Hukuman Terenak
20 Episode 20. Cinta Mirza, Kegamangan Arumi
21 Episode 21. Oleh-oleh Ayah
22 Episode 22. Quiz Dadakan
23 Episode 23. Kegelisahan itu Milik siapa?
24 Episode 24. Ada yang Kangen...
25 Episode 25. Keyakinan Mirza
26 Episode 26. Gadis Ajaib itu...Gadisku
27 Episode 27. Aku ingin Bersamamu...
28 Episode 28. Selamat Tinggal, Pak Mirza...
29 Episode 29. Arumi Menghilang
30 Episode 30. Arumi, Dimana Kau...?
31 Episode 31. Kecemasan Mirza
32 Episode 32. Pencarian Mirza
33 Episode 33. Flashback Arumi
34 Episode 34. Pertemuan Arumi dan Mirza
35 Episode 35. Dia Gadis Ku
36 Episode 36. Hukuman
37 Episode 37. Kangen
38 Episode 38. Berita Sampah
39 Episode 39. Ancaman Mirza
40 Episode 40. Menikah, yuk...
41 Episode 41. Surat Izin Menikah
42 Episode 42. Permintaan Permana
43 Episode 43. Proposal
44 Episode 44. Dalang Penyebar Berita Hoax
45 Episode 45. Hukuman Shereen...
46 Episode 46. Ayah....
47 Episode 47. Cara Ampuh Mirza
48 Episode 48. Menyusun Rencana
49 Episode 49. Bertemu "Nyai" (1)
50 Episode 50. Bertemu "Nyai" (2)
51 Episode 51. Terbongkar
52 Episode 52. Siapa Dalang Perusakan?
53 Episode 53. Kecewa dan Amarah
54 Episode 54. Penasaran
55 Episode 55. Saudara Laki-laki Se-ibu
56 Episode 56. Kakak Lain Ayah
57 Episode 57. Mungkinkah Andrea Pelakunya?
58 Episode 58. Gala Dinner
59 Episode 59. Pengakuan Dua Laki-laki
60 Episode 60. Hampir Saja....
61 Episode 61. Tangis Shereen
62 Episode 62. Ada Apa...?
63 Episode 63. Dilema Dua Hati
64 Episode 64. Satu Jam Terasa Setahun
65 Episode 65. Sendu di Pagi Hari
66 Episode 66. Permintaan Permana...
67 Episode 67. Rencana Pernikahan
68 Episode 68. Wali Nikah
69 Episode 69. Jangan Tinggalkan Arumi, Yah...
70 Episode 70. Sebait Doa Terindah
71 Episode 71. Sedihnya Arumi
72 Episode 72. Sendu Yang Berubah Merah Jambu
73 Episode 73. Maafkan Aku...
74 Episode 74. Apakah Korban itu Mirza...?
75 Episode 75. Skenario Pertemuan
76 Episode 76. Dua Pendekar
77 Episode 77. Kesempatan Dalam Kesempitan
78 Episode 78. Pernyataan Dokter Faaz
79 Episode 79. Di Lorong Yang Lengang
80 Episode 80. Rindu Yang Membuncah
81 Episode 81. Rindu Yang Membuncah Lagi
82 Episode 82. Undangan
83 Episode 83. Kegamangan Edward
84 Episode 84. Andrea...
85 Episode 85. Keive...(1)
86 Episode 86. Keive...(2)
87 Episode 87. Mangsa Memangsa Mangsa...
88 Episode 88. Jaring-jaring Kepalsuan
89 Episode 89. Permintaan Keive
90 Episode 90. Jatuh Hati
91 Episode 91. Mencintai Sepanjang Mau Kita...
92 Episode 92. Pertemuan
93 Episode 93. Beri Kesempatan
94 Episode 94. Rencana
95 Episode 95. Tepok Jidat Atas Sebuah Kebenaran
96 Episode 96. Rencana Keive dan Vanya
97 Episode 97. Vanya Oh Vania...
98 Episode 98. Misi Selesai...
99 Episode 99. Permintaan Keive
100 Episode 100. Misi Selanjutnya
101 Episode 101. Jalan Cerita...
102 Episode 102. Mencari File Rahasia
103 Episode 103. Api Amarah (Aku Harus Apa...?)
104 Episode 104. Api Amarah Lagi...
105 Episode 105. Terima Kasih
106 Episode 106. Ancaman Andrea
107 Episode 107. Ketidakpedulian Andrea
108 Episode 108. Pecinta Sejati
109 Episode 109. Kepergian Keive
110 Episode 110. Catatan Keive
111 Episode 111. Cerita Keive Lagi...
112 Episode 112. Hari Kebebasan Ryu...
113 Episode 113. Permintaan Andrea, Rencana Ryu
114 Episode 114. Gara-gara Parfum
115 Episode 115. Tempat Teraman
116 Episode 116. Misi Danu?
117 Episode 117. Tertangkapnya Andrea
118 Episode 118. Cerita Danu
119 Episode 119. Berkah atau Musibah...?
120 Episode 120. Tak Ada Peluang
121 Episode 121. Pertemuan
122 Episode 122. Jangan Jadi Pengecut...!
123 Episode 123. Baby Kalila
124 Episode 124. Cinta yang sebenarnya
125 Episode 125. Penyembuh Luka
126 Episode 126. Pertemuan
127 Episode 127.
Episodes

Updated 127 Episodes

1
Episode 1. Aku Arumi
2
Episode 2. Buat Aku Jatuh Cinta
3
Episode 3. Menjadi Kuat dan Berani
4
Episode 4. Hinaan Terakhir
5
Episode 5. Perhelatan Kampus
6
Episode 6. Cemburu
7
Episode 7. Rencana Andrea
8
Episode 8. Kau Berbeda
9
Episode 9. Ujian Diet...
10
Episode 10. Menginap di Rumah Sakit
11
Episode 11. Desiran Aneh
12
Episode 12. Liburan Singkat Bersama Keluarga William
13
Episode 13. Bertemu Wewe Gombel
14
Episode 14. Pernyataan Cinta
15
Episode 15. Kecemburuan Mirza.
16
Episode 16. Rencana Andrea
17
Episode 17. Terungkapnya Kejahatan Andrea
18
Episode 18. Pembalasan Arumi
19
Episode 19. Hukuman Terenak
20
Episode 20. Cinta Mirza, Kegamangan Arumi
21
Episode 21. Oleh-oleh Ayah
22
Episode 22. Quiz Dadakan
23
Episode 23. Kegelisahan itu Milik siapa?
24
Episode 24. Ada yang Kangen...
25
Episode 25. Keyakinan Mirza
26
Episode 26. Gadis Ajaib itu...Gadisku
27
Episode 27. Aku ingin Bersamamu...
28
Episode 28. Selamat Tinggal, Pak Mirza...
29
Episode 29. Arumi Menghilang
30
Episode 30. Arumi, Dimana Kau...?
31
Episode 31. Kecemasan Mirza
32
Episode 32. Pencarian Mirza
33
Episode 33. Flashback Arumi
34
Episode 34. Pertemuan Arumi dan Mirza
35
Episode 35. Dia Gadis Ku
36
Episode 36. Hukuman
37
Episode 37. Kangen
38
Episode 38. Berita Sampah
39
Episode 39. Ancaman Mirza
40
Episode 40. Menikah, yuk...
41
Episode 41. Surat Izin Menikah
42
Episode 42. Permintaan Permana
43
Episode 43. Proposal
44
Episode 44. Dalang Penyebar Berita Hoax
45
Episode 45. Hukuman Shereen...
46
Episode 46. Ayah....
47
Episode 47. Cara Ampuh Mirza
48
Episode 48. Menyusun Rencana
49
Episode 49. Bertemu "Nyai" (1)
50
Episode 50. Bertemu "Nyai" (2)
51
Episode 51. Terbongkar
52
Episode 52. Siapa Dalang Perusakan?
53
Episode 53. Kecewa dan Amarah
54
Episode 54. Penasaran
55
Episode 55. Saudara Laki-laki Se-ibu
56
Episode 56. Kakak Lain Ayah
57
Episode 57. Mungkinkah Andrea Pelakunya?
58
Episode 58. Gala Dinner
59
Episode 59. Pengakuan Dua Laki-laki
60
Episode 60. Hampir Saja....
61
Episode 61. Tangis Shereen
62
Episode 62. Ada Apa...?
63
Episode 63. Dilema Dua Hati
64
Episode 64. Satu Jam Terasa Setahun
65
Episode 65. Sendu di Pagi Hari
66
Episode 66. Permintaan Permana...
67
Episode 67. Rencana Pernikahan
68
Episode 68. Wali Nikah
69
Episode 69. Jangan Tinggalkan Arumi, Yah...
70
Episode 70. Sebait Doa Terindah
71
Episode 71. Sedihnya Arumi
72
Episode 72. Sendu Yang Berubah Merah Jambu
73
Episode 73. Maafkan Aku...
74
Episode 74. Apakah Korban itu Mirza...?
75
Episode 75. Skenario Pertemuan
76
Episode 76. Dua Pendekar
77
Episode 77. Kesempatan Dalam Kesempitan
78
Episode 78. Pernyataan Dokter Faaz
79
Episode 79. Di Lorong Yang Lengang
80
Episode 80. Rindu Yang Membuncah
81
Episode 81. Rindu Yang Membuncah Lagi
82
Episode 82. Undangan
83
Episode 83. Kegamangan Edward
84
Episode 84. Andrea...
85
Episode 85. Keive...(1)
86
Episode 86. Keive...(2)
87
Episode 87. Mangsa Memangsa Mangsa...
88
Episode 88. Jaring-jaring Kepalsuan
89
Episode 89. Permintaan Keive
90
Episode 90. Jatuh Hati
91
Episode 91. Mencintai Sepanjang Mau Kita...
92
Episode 92. Pertemuan
93
Episode 93. Beri Kesempatan
94
Episode 94. Rencana
95
Episode 95. Tepok Jidat Atas Sebuah Kebenaran
96
Episode 96. Rencana Keive dan Vanya
97
Episode 97. Vanya Oh Vania...
98
Episode 98. Misi Selesai...
99
Episode 99. Permintaan Keive
100
Episode 100. Misi Selanjutnya
101
Episode 101. Jalan Cerita...
102
Episode 102. Mencari File Rahasia
103
Episode 103. Api Amarah (Aku Harus Apa...?)
104
Episode 104. Api Amarah Lagi...
105
Episode 105. Terima Kasih
106
Episode 106. Ancaman Andrea
107
Episode 107. Ketidakpedulian Andrea
108
Episode 108. Pecinta Sejati
109
Episode 109. Kepergian Keive
110
Episode 110. Catatan Keive
111
Episode 111. Cerita Keive Lagi...
112
Episode 112. Hari Kebebasan Ryu...
113
Episode 113. Permintaan Andrea, Rencana Ryu
114
Episode 114. Gara-gara Parfum
115
Episode 115. Tempat Teraman
116
Episode 116. Misi Danu?
117
Episode 117. Tertangkapnya Andrea
118
Episode 118. Cerita Danu
119
Episode 119. Berkah atau Musibah...?
120
Episode 120. Tak Ada Peluang
121
Episode 121. Pertemuan
122
Episode 122. Jangan Jadi Pengecut...!
123
Episode 123. Baby Kalila
124
Episode 124. Cinta yang sebenarnya
125
Episode 125. Penyembuh Luka
126
Episode 126. Pertemuan
127
Episode 127.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!