Episode 11. Desiran Aneh

Kreeek...

Pintu ruang perawatan Arumi terbuka. Arumi yang baru saja memejamkan mata, mau tidak mau kembali terjaga karena mendengar suara tersebut. Sontak mata Arumi menatap ke arah pintu.

"Pak Mirza..." ucap Arumi dengan nada terkejut saat melihat Mirza berdiri di ambang pintu dan melangkah menghampiri Arumi. Menarik selimut yang tidak sempurna menutup tubuh Arumi.

"Ada apa dengan pak Mirza? Mengapa ia berubah perhatian seperti ini? Aku mohon, pak jangan berubah. Semua sikap dingin dan acuh mu telah menjadi cambuk bagi mu..." batin Arumi.

"Kenapa belum tidur..?"

"Terbangun karena bapak datang..."

"Jadi kau pikir, aku pengganggu?"

"Entahlah. Mungkin semacam itu, Pak..."

Mirza menghela nafas. Matanya menatap Arumi begitu lekat. Ditatap demikian, Arumi langsung menyimpan wajah pada pangkuannya sesaat setelah membetulkan posisi duduknya.

"Berhentilah memanggilku dengan embel-embel Pak..."

"Baik, Kek..."

"Kek...?"

"Ya, Kek. Selain bapak kan ada embel-embel lainnya kakek, Om, pakde atau lainnya. Dan saya memilih kakek selain bapak..."

"Sialan nieh gadis kereta ekspres. Apa tidak ada embel-embel yang romantis sedikit? Hei...romantis? Kenapa aku menginginkannya? Aduh..."

"Yang lain..."

"Pakde..."

"Yang lain..."

"Om..."

"Yang lain, Arumi..." ucap Mirza dengan nada tegas dan tatapan yang mengintimidasi.

"A-aku...tidak tahu harus mengganti dengan apa?"

"Abang, mas, kakak atau yang lainnya..."

"Kalau Abang, apa bedanya dengan Abang tukang bakso? Mas, Nanti di kira tukang sayur. Kakak, Em...Kita bukan bersaudara. Jadi sedikit rancu..."

"Sudah-sudah kalau begitu panggil sesukamu saja..." ucap Mirza akhirnya. Dari nadanya, terlihat sekali ia kesal.

"Kenapa bapak kemari...?"

"Hei, ini rumah sakit ku. Jadi kapan pun aku mau, aku bisa datang. Kapan pun aku mau, aku bisa pergi..."

"Mengerikan mendengar pernyataannya. Itu membuktikan betapa sombongnya dia. Sekaligus betapa tajir melintirnya dia. Sultan mah bebas..." batin Arumi.

"Apa yang difikirkan gadis ini? Mengapa ia menatapku seperti itu. Ya, Tuhan...baru kali ini aku merasakan desiran aneh saat ditatap seoraang gadis"

"Tidurlah...aku akan pergi saat kau sudah tertidur"

"Yakin? Bapak tidak akan melakukan hal yang aneh kepadaku kan?"

"Hei...aku bukan laki-laki seperti itu. Dan lagi kau bukan tipe ku. Jadi jangan risau..."

Arumi menaikkan alisnya sehingga membuat kedua matanya hampir membulat sempurna. Kemudian Arumi pun memilih untuk memejamkan matanya kembali ketimbang beradu kata dengan Mirza.

"Em, aku akan memanggil bapak dengan embel-embel lain asalkan bisa keluar dari rumah sakit ini besok pagi..."

"Penawaran macam apa itu? Kau tidak boleh pulang sebelum sehat..." ucap Mirza dengan mata yang membulat sempurna.

"Ya, kakek..."

"Kau..."

Mendengar suara meninggi Mirza, Arumi pun langsung memejamkan matanya. Atau lebih tepatnya berpura-pura cepat tertidur.

"Hei...apa yang dilakukan pak Mirza. Dia menyelimuti ku. Jangan lakukan hal yang manis seperti ini. Hal ini bisa melemahkan tekad ku. Berhentilah berbuat pura-pura, tuan Mirza." batin Arumi.

Malam semakin merangkak jauh dan meninabobokan setiap insan yang berbalut lelah setelah beraktivitas di siang hari. Begitu pula dengan Arumi yang sudah terlelap.

Pun demikian, berbeda halnya dengan Mirza. Karena hingga saat ini matanya belum dapat terpejam. Ia masih sibuk dengan ponselnya yang kerapkali berpendar.

"Lagi dimana? Sedang apa? Dengan siapa?" pesan Andrea.

"Ada apa, sayang...?"

"Aku kangen...Sudah lama kita tidak bertemu. Sudah seminggu, yank"

"Aku sibuk, yang. Kerjaan ku banyak sekali"

"Tapi tidak adakah waktu sebentar saja...?"

"Yank, malam ini kita bertemu yuk..."

"Ini sudah jam dua loh, yank. Tidak, aku masih ada kerjaan..."

Balas pesan pun Mirza akhiri. Di simpannya ponsel di tangannya ke kantung bajunya saat Arumi terlihat menggeliat. Kini Arumi tidur menghadap Mirza yang duduk dekat brankar Arumi. Tak Mirza sia-siakan kesempatan untuk menikmati pemandangan di hadapannya. Wajah putih alami Arumi membuat Mirza tertegun menatapnya.

"Em, jika di lihat-lihat kau cantik juga. Kulit putih, hidung bangir, alis sedikit tebal dengan bibir tipis merah merona. Dan jika diperhatikan lagi wajahmu sedikit tirus. Apa program diet mu berhasil?" batin Mirza.

Tangannya mengusap lembut pucuk kepala Arumi dan menyelipkan helaian rambut yang menutupi sebagian wajah Arumi ke belakang telinganya. Entah mengapa Mirza merasa ada desiran aneh yang menelusup di hatinya.

"Aish...apa yang kau fikirkan, Mirza. Ingat cinta mu hanya untuk Andrea. Andrea ku yang cantik dan yang selalu mencintaiku. Tapi...ada apa dengan ku saat berada di dekat Arumi. Gadis bertubuh imut dan tambun ini membuatku nyaman dan selalu penasaran. Astaga, Mirza..." batin Mirza

Puk...

Tiba-tiba saja tangan Arumi menimpa tangannya. Dan saat Mirza membetulkan posisi tangan itu, tangan Arumi justru memegang erat tangan Mirza sambil menggeliat dan meletakkannya sebagai bantal tidurnya.

"Aish...gadis ini" gumam Mirza.

Dengan situasi demikian, Mirza ingin membangunkan Arumi. Namun saat melihat wajah Arumi yang seperti bayi saat tertidur niatnya menjadi urung. Matanya menatap wajah Arumi dan menerbitkan senyum di ujung bibirnya.

Sementara itu, malam semakin jauh. Makin melenakan dalam mimpi panjang.

🌸🌸🌸🌸🌸

Pukul lima lewat lima menit. Mirza terkesiap dari tidurnya. Terlebih saat membuka mata wajahnya begitu dekat dengan wajah Arumi. Bahkan terlalu dekat, hingga hembusan hangat nafas Arumi pun dapat ia rasakan pada wajahnya. Mirza tertegun sejenak menatap Arumi"

"Astaga...sadarlah Mirza. Andrea menunggu mu" batin Mirza menyadarkan dirinya.

Kemudian setelah membersihkan diri dan berwudhu, Mirza memanjangkan sajadah dan memulai ibadahnya yang dua rakaat itu. Diakhir ibadahnya, tangan Mirza menengadah. Ia bermunajat atas segala hajat dalam hidupnya berharap dengan penuh keyakinan agar dikabulkan.

Setelah itu, Mirza pun mendekati Arumi. Menggugah tubuh Arumi dengan perlahan.

"Arumi, bangun...Mau sholat tidak?" ucap Mirza sambil tersenyum karena ada perasaan yang menggelitik hatinya.

"Serasa membangunkan istri. Wkwkwk..." batin Mirza.

"Bapak belum pulang?"

"Semalam ketiduran..."

"O..."

"Ingin dibantu ke kamar mandinya..?"

"Oh, jangan-jangan. Aku bisa sendiri.."

"Kalau begitu, Aku pulang. Ada mbok Parmi yang menjagamu. Sebentar lagi datang"

"Terima kasih, Bapak..."

"Aish...bapak lagi" gerutu Mirza sambil berlalu.

Melihat itu Arumi terkekeh sambil menatap punggung Mirza hingga hilang di balik pintu.

🌸🌸🌸🌸🌸

Pukul Delapan lewat tiga puluh menit. Dokter Faaz berdiri sambil tersenyum di dekat brankar Arumi yang tengah duduk.

"Pagi Arumi...Bagaimana kabar pagi ini?"

"Pagi pak dokter. Sudah jauh-jauh lebih baik. Dan berharap bisa pulang pagi ini"

"Hehe..lucu juga ya, kamu. Kok makan paginya belum di sentuh? Kenapa, tidak suka menunya?"

"Mbak Arumi tidak suka sarapan, pak dokter" ucap mbok Parmi.

"Wah, ini yang salah kaprah. Kalau diet justru harus sarapan pagi. Jadi saat makan siang tidak kalap..."

Arumi terdiam. Matanya menatap mbok Parmi yang tersenyum.

"Mari saya bantu makannya..."

"Tidak perlu pak dokter. Aku bisa sendiri. Dan lagi nanti pasien pak dokter nyariin loh..."

"Ah, tenang saja. Kamu kok pasien terakhir yang saya kunjungi..."

"Tapi sungguh, saya bisa sendiri..."

"Aaa...." ucap Faaz dengan sendok penuh siap dilahap. Arumi pun mau tidak mau membuka mulutnya dan menerima suapan Faaz. Satu kali, dua kali, hingga tiga kali suapan.

Kreeek...

Pintu ruang perawatan terbuka. Sontak Arumi dan Faaz menatap arah pintu yang sudah terbuka.

"Pak Mirza..."

"Sedang apa, Faaz..?"

"Seperti yang kamu lihat. Aku sedang menyuapi pasienku.

Mirza berganti menatap Arumi. Tatapannya sekilas menyimpan kekesalan.

"Kok, bapak kembali lagi...?"

"Charger ku tertinggal..."

"O..."

"Oya, Mama mengundang mu di acara liburan keluarga. Vanya juga boleh ikut. Kau pun juga boleh, Faaz..."

"Aku...?"

"Ya. Masa kucing..." ucap Mirza ketus yang membuat Faaz menyimpan senyum.

"Lusa kau akan di jemput. Bersiaplah. Oya, Faaz...izinkan Arumi pulang hari ini. Sepertinya ia sudah sehat"

"Mengapa aku merasa ada kilatan aneh saat pak Mirza menatap dokter Faaz?" batin Arumi.

"Sepertinya begitu. Baiklah aku akan mengizinkannya pulang pagi ini"

Mirza pun melanjutkan langkah panjangnya keluar ruang perawatan.

"Ada apa dengan ku? Mengapa aku merasa cemburu saat melihat Faaz bersama Arumi? Ah, tidak mungkin rasanya jika aku cemburu. Jika bukan cemburu lalu ini apa namanya..." batin Mirza di sela langkah panjangnya.

Pukul sepuluh lewat lima menit. Arumi sudah bersiap-siap pulang.

"Sudah siap?" ucap Faaz yang tiba-tiba saja sudah berdiri kembali setelah pamit sebentar.

"Em, sudah..."

"Kalau begitu aku yang akan mengantar mu pulang"

"Tidak perlu pak dokter. Saya su...."

"Arumi akan pulang bersama saya..." ucap Mirza dingin sedikit ketus.

"Pak Mirza..."

"Kenapa? Tidak suka...?"

"Bukan begitu. Tapi...."

"Kalau begitu ayo cepat..." ucap Mirza sambil menarik lengan Arumi dan membuat gadis itu mau tidak mau mengikuti langkah Mirza. Sementara itu, Faaz hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.

Pukul sepuluh lewat lima belas menit. Mobil melaju dengan kecepatan sedang. Arumi menatap ke luar jendela. Langit begitu mendung. Awan hitam menggantung. Mentari pun tampak bersembunyi di baliknya. Sementara itu burung-burung pun dipaksa kembali pulang ke sarang karena hujan sebentar lagi datang.

Benar saja, tak lama kemudian gemuruh pun datang menghantarkan hujan. Rintiknya langsung membasahi jendela yang masih ditatapi Arumi.

"Kenapa bapak kembali lagi. Apa meetingnya tidak jadi?"

"Jadi. Bahkan sudah selesai"

"O... aku kira bapak cemburu"

"Cemburu...?"

KTak...

"Aww...sakit, Pak" ucap Arumi sambil mengusap keningnya yang baru saja dihadiahi sentilan oleh Mirza.

"Kalau ngomong pake saringan..."

"Maaf. Kali saja bapak cemburu. Hehehe..."

"Halu...." ucap Mirza terasa sinis.

Arumi mengerucutkan bibirnya.

"Jangan lupa, lusa mama mengundangmu liburan ke villa keluarga di kota B. Persiapkan segala sesuatunya" ucap Mirza saat mobil berhenti di halaman rumah Arumi.

"Baik, Pak..."

Drrt.

Drrt.

Drrt.

Ponsel Mirza berpendar. Dan lagi-lagi senyumnya terbit di ujung bibirnya.

"Ya, sayang...Oh, jadi. Kita akan berlibur ke villa. Aku jemput ya..." ucap Mirza membuat Arumi tersenyum tipis sebab ia tahu siapa seseorang di ujung telepon yang dipanggil Mirza dengan sebutan sayang. Ya, pastilah ia Andrea--kekasih Mirza.

Arumi pun berlalu meninggalkan Mirza yang masih asyik berbincang.

"Hai...bertemu lagi kita..." ucap Arumi sambil rebah dan menciumi kasur nan empuk di kamarnya itu. Sejenak Arumi meregangkan tubuh yang terasa kaku setelah semalaman tidur di atas brankar rumah sakit.

Kemudian seperti teringat sesuatu, Arumi bergegas bangkit dan menarik timbangan berat badan yang ia letakkan di sudut kamar. Wajahnya Muram saat melihat angka masih bertahan, belum ada perubahan berarti.

Arumi kembali merebahkan tubuh di atas kasur. Tangannya memijat kepala dengan perlahan. Nafasnya naik-turun dengan teratur. Fikirannya kembali mengembara menyulam ingatan demi ingatan yang bersiliweran. Tertumbuk ingatan Arumi pada undangan liburan bersama keluarga William yang baru saja di sampaikan Mirza.

Drrt.

Drrt.

Drrt.

Ponsel Arumi berpendar. Terbit senyum Arumi dari sudut bibirnya saat mengetahui si penelepon.

"Ya, Beb..."

"Ces, kau sudah pulang? Aku di rumah sakit..."

"Sudah. Baru saja sampai di rumah. Maaf tidak mengabari. Ke rumah donk, Beb..."

"Hujan, Ces...Tunggu reda ya. Oya, Aku dapat undangan liburan. Tadi kak El yang menyampaikannya..."

" Kak El...?"

"Hehe...Kak El keberatan ku panggil bapak"

"Ow...begitu. Cie kakak..."

"Heem..jangan diledek. Aku malu..."

"Hahaha...." keduanya tertawa bersama.

Terpopuler

Comments

Suyani

Suyani

semangat berkarya bunda mamay

2022-03-15

1

lihat semua
Episodes
1 Episode 1. Aku Arumi
2 Episode 2. Buat Aku Jatuh Cinta
3 Episode 3. Menjadi Kuat dan Berani
4 Episode 4. Hinaan Terakhir
5 Episode 5. Perhelatan Kampus
6 Episode 6. Cemburu
7 Episode 7. Rencana Andrea
8 Episode 8. Kau Berbeda
9 Episode 9. Ujian Diet...
10 Episode 10. Menginap di Rumah Sakit
11 Episode 11. Desiran Aneh
12 Episode 12. Liburan Singkat Bersama Keluarga William
13 Episode 13. Bertemu Wewe Gombel
14 Episode 14. Pernyataan Cinta
15 Episode 15. Kecemburuan Mirza.
16 Episode 16. Rencana Andrea
17 Episode 17. Terungkapnya Kejahatan Andrea
18 Episode 18. Pembalasan Arumi
19 Episode 19. Hukuman Terenak
20 Episode 20. Cinta Mirza, Kegamangan Arumi
21 Episode 21. Oleh-oleh Ayah
22 Episode 22. Quiz Dadakan
23 Episode 23. Kegelisahan itu Milik siapa?
24 Episode 24. Ada yang Kangen...
25 Episode 25. Keyakinan Mirza
26 Episode 26. Gadis Ajaib itu...Gadisku
27 Episode 27. Aku ingin Bersamamu...
28 Episode 28. Selamat Tinggal, Pak Mirza...
29 Episode 29. Arumi Menghilang
30 Episode 30. Arumi, Dimana Kau...?
31 Episode 31. Kecemasan Mirza
32 Episode 32. Pencarian Mirza
33 Episode 33. Flashback Arumi
34 Episode 34. Pertemuan Arumi dan Mirza
35 Episode 35. Dia Gadis Ku
36 Episode 36. Hukuman
37 Episode 37. Kangen
38 Episode 38. Berita Sampah
39 Episode 39. Ancaman Mirza
40 Episode 40. Menikah, yuk...
41 Episode 41. Surat Izin Menikah
42 Episode 42. Permintaan Permana
43 Episode 43. Proposal
44 Episode 44. Dalang Penyebar Berita Hoax
45 Episode 45. Hukuman Shereen...
46 Episode 46. Ayah....
47 Episode 47. Cara Ampuh Mirza
48 Episode 48. Menyusun Rencana
49 Episode 49. Bertemu "Nyai" (1)
50 Episode 50. Bertemu "Nyai" (2)
51 Episode 51. Terbongkar
52 Episode 52. Siapa Dalang Perusakan?
53 Episode 53. Kecewa dan Amarah
54 Episode 54. Penasaran
55 Episode 55. Saudara Laki-laki Se-ibu
56 Episode 56. Kakak Lain Ayah
57 Episode 57. Mungkinkah Andrea Pelakunya?
58 Episode 58. Gala Dinner
59 Episode 59. Pengakuan Dua Laki-laki
60 Episode 60. Hampir Saja....
61 Episode 61. Tangis Shereen
62 Episode 62. Ada Apa...?
63 Episode 63. Dilema Dua Hati
64 Episode 64. Satu Jam Terasa Setahun
65 Episode 65. Sendu di Pagi Hari
66 Episode 66. Permintaan Permana...
67 Episode 67. Rencana Pernikahan
68 Episode 68. Wali Nikah
69 Episode 69. Jangan Tinggalkan Arumi, Yah...
70 Episode 70. Sebait Doa Terindah
71 Episode 71. Sedihnya Arumi
72 Episode 72. Sendu Yang Berubah Merah Jambu
73 Episode 73. Maafkan Aku...
74 Episode 74. Apakah Korban itu Mirza...?
75 Episode 75. Skenario Pertemuan
76 Episode 76. Dua Pendekar
77 Episode 77. Kesempatan Dalam Kesempitan
78 Episode 78. Pernyataan Dokter Faaz
79 Episode 79. Di Lorong Yang Lengang
80 Episode 80. Rindu Yang Membuncah
81 Episode 81. Rindu Yang Membuncah Lagi
82 Episode 82. Undangan
83 Episode 83. Kegamangan Edward
84 Episode 84. Andrea...
85 Episode 85. Keive...(1)
86 Episode 86. Keive...(2)
87 Episode 87. Mangsa Memangsa Mangsa...
88 Episode 88. Jaring-jaring Kepalsuan
89 Episode 89. Permintaan Keive
90 Episode 90. Jatuh Hati
91 Episode 91. Mencintai Sepanjang Mau Kita...
92 Episode 92. Pertemuan
93 Episode 93. Beri Kesempatan
94 Episode 94. Rencana
95 Episode 95. Tepok Jidat Atas Sebuah Kebenaran
96 Episode 96. Rencana Keive dan Vanya
97 Episode 97. Vanya Oh Vania...
98 Episode 98. Misi Selesai...
99 Episode 99. Permintaan Keive
100 Episode 100. Misi Selanjutnya
101 Episode 101. Jalan Cerita...
102 Episode 102. Mencari File Rahasia
103 Episode 103. Api Amarah (Aku Harus Apa...?)
104 Episode 104. Api Amarah Lagi...
105 Episode 105. Terima Kasih
106 Episode 106. Ancaman Andrea
107 Episode 107. Ketidakpedulian Andrea
108 Episode 108. Pecinta Sejati
109 Episode 109. Kepergian Keive
110 Episode 110. Catatan Keive
111 Episode 111. Cerita Keive Lagi...
112 Episode 112. Hari Kebebasan Ryu...
113 Episode 113. Permintaan Andrea, Rencana Ryu
114 Episode 114. Gara-gara Parfum
115 Episode 115. Tempat Teraman
116 Episode 116. Misi Danu?
117 Episode 117. Tertangkapnya Andrea
118 Episode 118. Cerita Danu
119 Episode 119. Berkah atau Musibah...?
120 Episode 120. Tak Ada Peluang
121 Episode 121. Pertemuan
122 Episode 122. Jangan Jadi Pengecut...!
123 Episode 123. Baby Kalila
124 Episode 124. Cinta yang sebenarnya
125 Episode 125. Penyembuh Luka
126 Episode 126. Pertemuan
127 Episode 127.
Episodes

Updated 127 Episodes

1
Episode 1. Aku Arumi
2
Episode 2. Buat Aku Jatuh Cinta
3
Episode 3. Menjadi Kuat dan Berani
4
Episode 4. Hinaan Terakhir
5
Episode 5. Perhelatan Kampus
6
Episode 6. Cemburu
7
Episode 7. Rencana Andrea
8
Episode 8. Kau Berbeda
9
Episode 9. Ujian Diet...
10
Episode 10. Menginap di Rumah Sakit
11
Episode 11. Desiran Aneh
12
Episode 12. Liburan Singkat Bersama Keluarga William
13
Episode 13. Bertemu Wewe Gombel
14
Episode 14. Pernyataan Cinta
15
Episode 15. Kecemburuan Mirza.
16
Episode 16. Rencana Andrea
17
Episode 17. Terungkapnya Kejahatan Andrea
18
Episode 18. Pembalasan Arumi
19
Episode 19. Hukuman Terenak
20
Episode 20. Cinta Mirza, Kegamangan Arumi
21
Episode 21. Oleh-oleh Ayah
22
Episode 22. Quiz Dadakan
23
Episode 23. Kegelisahan itu Milik siapa?
24
Episode 24. Ada yang Kangen...
25
Episode 25. Keyakinan Mirza
26
Episode 26. Gadis Ajaib itu...Gadisku
27
Episode 27. Aku ingin Bersamamu...
28
Episode 28. Selamat Tinggal, Pak Mirza...
29
Episode 29. Arumi Menghilang
30
Episode 30. Arumi, Dimana Kau...?
31
Episode 31. Kecemasan Mirza
32
Episode 32. Pencarian Mirza
33
Episode 33. Flashback Arumi
34
Episode 34. Pertemuan Arumi dan Mirza
35
Episode 35. Dia Gadis Ku
36
Episode 36. Hukuman
37
Episode 37. Kangen
38
Episode 38. Berita Sampah
39
Episode 39. Ancaman Mirza
40
Episode 40. Menikah, yuk...
41
Episode 41. Surat Izin Menikah
42
Episode 42. Permintaan Permana
43
Episode 43. Proposal
44
Episode 44. Dalang Penyebar Berita Hoax
45
Episode 45. Hukuman Shereen...
46
Episode 46. Ayah....
47
Episode 47. Cara Ampuh Mirza
48
Episode 48. Menyusun Rencana
49
Episode 49. Bertemu "Nyai" (1)
50
Episode 50. Bertemu "Nyai" (2)
51
Episode 51. Terbongkar
52
Episode 52. Siapa Dalang Perusakan?
53
Episode 53. Kecewa dan Amarah
54
Episode 54. Penasaran
55
Episode 55. Saudara Laki-laki Se-ibu
56
Episode 56. Kakak Lain Ayah
57
Episode 57. Mungkinkah Andrea Pelakunya?
58
Episode 58. Gala Dinner
59
Episode 59. Pengakuan Dua Laki-laki
60
Episode 60. Hampir Saja....
61
Episode 61. Tangis Shereen
62
Episode 62. Ada Apa...?
63
Episode 63. Dilema Dua Hati
64
Episode 64. Satu Jam Terasa Setahun
65
Episode 65. Sendu di Pagi Hari
66
Episode 66. Permintaan Permana...
67
Episode 67. Rencana Pernikahan
68
Episode 68. Wali Nikah
69
Episode 69. Jangan Tinggalkan Arumi, Yah...
70
Episode 70. Sebait Doa Terindah
71
Episode 71. Sedihnya Arumi
72
Episode 72. Sendu Yang Berubah Merah Jambu
73
Episode 73. Maafkan Aku...
74
Episode 74. Apakah Korban itu Mirza...?
75
Episode 75. Skenario Pertemuan
76
Episode 76. Dua Pendekar
77
Episode 77. Kesempatan Dalam Kesempitan
78
Episode 78. Pernyataan Dokter Faaz
79
Episode 79. Di Lorong Yang Lengang
80
Episode 80. Rindu Yang Membuncah
81
Episode 81. Rindu Yang Membuncah Lagi
82
Episode 82. Undangan
83
Episode 83. Kegamangan Edward
84
Episode 84. Andrea...
85
Episode 85. Keive...(1)
86
Episode 86. Keive...(2)
87
Episode 87. Mangsa Memangsa Mangsa...
88
Episode 88. Jaring-jaring Kepalsuan
89
Episode 89. Permintaan Keive
90
Episode 90. Jatuh Hati
91
Episode 91. Mencintai Sepanjang Mau Kita...
92
Episode 92. Pertemuan
93
Episode 93. Beri Kesempatan
94
Episode 94. Rencana
95
Episode 95. Tepok Jidat Atas Sebuah Kebenaran
96
Episode 96. Rencana Keive dan Vanya
97
Episode 97. Vanya Oh Vania...
98
Episode 98. Misi Selesai...
99
Episode 99. Permintaan Keive
100
Episode 100. Misi Selanjutnya
101
Episode 101. Jalan Cerita...
102
Episode 102. Mencari File Rahasia
103
Episode 103. Api Amarah (Aku Harus Apa...?)
104
Episode 104. Api Amarah Lagi...
105
Episode 105. Terima Kasih
106
Episode 106. Ancaman Andrea
107
Episode 107. Ketidakpedulian Andrea
108
Episode 108. Pecinta Sejati
109
Episode 109. Kepergian Keive
110
Episode 110. Catatan Keive
111
Episode 111. Cerita Keive Lagi...
112
Episode 112. Hari Kebebasan Ryu...
113
Episode 113. Permintaan Andrea, Rencana Ryu
114
Episode 114. Gara-gara Parfum
115
Episode 115. Tempat Teraman
116
Episode 116. Misi Danu?
117
Episode 117. Tertangkapnya Andrea
118
Episode 118. Cerita Danu
119
Episode 119. Berkah atau Musibah...?
120
Episode 120. Tak Ada Peluang
121
Episode 121. Pertemuan
122
Episode 122. Jangan Jadi Pengecut...!
123
Episode 123. Baby Kalila
124
Episode 124. Cinta yang sebenarnya
125
Episode 125. Penyembuh Luka
126
Episode 126. Pertemuan
127
Episode 127.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!