Episode 10. Menginap di Rumah Sakit

Hari ini adalah pekan ke ke empat belas setelah kesepakatan terjadi. Artinya tersisa sepuluh pekan lagi sebelum tenggat waktu yang diberikan Mirza berakhir.

Setelah berhasil menerima kenyataan bahwa tinggi tubuhnya hanya mencapai 150 cm, maka Arumi berhasil melakukan perubahan pada dirinya yaitu menjadi pribadi yang lebih kuat, berani dan percaya diri. Ia tidak lagi terlalu memusingkan olokan tentang tinggi tubuhnya. Bahkan Arumi mampu membalikkan fakta melalui kemampuan yang ia miliki. Arumi pun berhasil melakukan perubahan pada penampilannya, seperti bagaimana ia berpakaian, bagaimana ia mengaplikasikan perawatan terhadap wajahnya. Bahkan kacamata yang selalu bertengger pun sudah ia ganti dengan lensa kontak.

Dan kini perubahan itu menyasar pada berat tubuhnya. Memanglah suatu hal yang mustahil bisa sempurna pada waktunya. Namun paling tidak, Arumi telah berusaha untuk mencapai tujuannya. Dan lagi apa yang ia lakukan saat ini bukan hanya untuk menjawab tantangan Mirza, namun untuk kebahagiaan dirinya sendiri. Kini obsesinya telah berubah.

"Yeeei...satu kilogram lagi" teriak Arumi saat melihat angka pada alat timbangan turun satu angka lagi. Jadi genap sebelas kilogram sudah penurunan berat tubuh Arumi dari tujuh puluh kilogram. Artinya Arumi masih memiliki pekerjaan rumah sebanyak delapan belas kilogram untuk diturunkan sehingga berat tubuhny menjadi ideal. Bukan perkara mudah hingga ia mencapai pada situasi saat ini. Ada banyak hal yang telah ia lalui

Mulai dari olahraga yang dinilainya sangat ketat, pengurangan porsi makan hingga menghilangkan acara ngemil, aktifitas yang amat ia sukai.

Seperti biasa di pagi hari, Arumi akan menghabiskan waktu satu atau dua jam untuk berolahraga. Waktu yang cukup panjang memang. Tapi itulah Arumi, pantang menyerah.

"Semangat Arumi...!" batin Arumi menyemangati diri sendiri.

Peluh telah membanjiri tubuh Arumi. Lelah pun sudah menyergap tubuh Arumi. Segelas air mineral Arumi teguk hingga tandas. Nafasnya naik-turun dengan cepat seiring degup jantung yang serasa berlarian.

Arumi beristirahat sejenak melepas lelahnya. Matanya menerobos jendela dengan gorden putih yang melayang di terbangkan angin. Semilir angin pun menerpa wajah Arumi, menyadarkan bahwa ia harus bersegera kembali bersiap untuk berangkat ke kampus.

Sedikit susah, Arumi bangkit dari duduknya. Bersegera mandi dan memakai pakaian terbaiknya hari ini. Arumi mematut diri di depan cermin. Ada senyum yang terbit di sudut bibirnya saat mendapati perubahan pada wajahnya yang sedikit tirus.

Tin.

Tin.

Tin.

Mendengar itu Arumi langsung melangkah cepat. Ia tidak ingin sahabatnya itu berceloteh panjang bak kereta ekspres hanya karena ia terlambat menghampirinya. Tinggal beberapa langkah lagi Aruna sampai, tiba-tiba pandangannya menjadi samar. Sembari tetap melangkah walau melambat Arumi memijat-mijat perlahan kepalanya. Tapi yang terjadi tidak sesuai harapan. Bukannya sembuh, justru semakin samar. Langkahnya pun menjadi limbung.

"Arumi....!"

Melihat itu Vanya langsung berteriak dan menghampiri Arumi yang kini sudah terduduk pada hamparan rumput yang basah sisa embun semalam. Sontak teriakan Vanya membuat gaduh rumah. Segenap asisten rumah tangga datang menghampiri.

"Langsung ke rumah sakit saja..." pinta mbok Parni saat melihat gadis yang sudah hampir sembilan belas tahun dalam pengasuhannya itu tergeletak tak berdaya.

"Pakai mobil Vanya saja..."

Kurang lebih lima belas menit perjalanan, mobil pun tepat berhenti di salah satu gedung instalasi gawat darurat di MA Hospital. Dokter dan beberapa perawat langsung menyambut kehadiran pasien dengan cekatan. Vanya pun menceritakan sedikit peristiwa yang baru dialami Arumi sambil menuju ruang tindakan.

Vanya menatap lesu tubuh Arumi yang menghilang di balik pintu ruang tindakan. Hatinya begitu khawatir, terlebih saat ini Arumi sendiri karena ayahnya masih berada di luar kota.

Hampir satu jam Arumi dalam ruang tindakan, namun belum ada kabar tentang kondisi Arumi. Vanya duduk di sebuah kursi dimana di sebelahnya telah terlebih dahulu duduk mbok Parmi yang terus mengurai air matanya.

Sementara itu di tempat yang berbeda di waktu yang sama, Kelas Manajemen bisnis sudah separuh berjalan. Mirza yang baru saja selesai menjelaskan kisi-kisi materi hari ini duduk dengan santai sementara mahasiswanya asyik berdiskusi tentang tugas yang disampaikan Elvano.

"Kemana si kereta ekspres? Aku tidak melihatnya. Apakah ia sakit? Atau sengaja menghindari ku? Sudah merasa pintar hingga berani meninggalkan jam kuliah ku? Awas kau ya..." batin Mirza.

"Kemana Vanya? Mengapa tidak masuk kuliah? Apakah ia belum kembali dari luar kota?" batin Elvano.

Mata Mirza sekali lagi mencari sosok Arumi di antara kerumunan mahasiswa yang tengah berdiskusi. Namun lagi-lagi nihil. Mirza tak menemukan sosok yang mudah ditemukan walau pun bersembunyi di lobang semut sekalipun.

Rasa penasaran Mirza mendorongnya untuk segera menghubungi Arumi. Sebuah kontak pun sudah tertera di layar ponselnya, namun ia sedikit ragu. Elvano yang melihat kegamangan di ujung tatapan Mirza, mulai menerka-nerka apa yang sedang dialami sahabat sekaligus bosnya itu.

Tut.

Tut.

Tut.

Nada panggil itu begitu lama terdengar di telinga, namun nihil tiada jawaban yang di dapat Mirza. Sedikit menyimpan kekesalan, Mirza pun kembali menghubungi Arumi. Kali ini terhubung. Dan Mirza langsung menghujani si penerima telepon dengan banyak kata ajaibnya.

"Sudah merasa pintar sehingga tidak mengikuti jam kuliah ku? Atau kau sengaja menghindari ku? Hei, kereta ekspres...kemana suara jelekmu? Ayo...jawab!"

Suara Mirza memang tak sekeras saat ia melampiaskan amarahnya, namun cukup membuat Elvano yang berada di sebelahnya menatap Mirza dengan heran.

"Maaf, Pak. Saya Vanya. Arumi ada di ruang tindakan. Tadi Arumi pingsan..."

Deg.

Serasa disengat ribuan volt listrik, Mirza terkesiap. Lidahnya kelu. Tubuhnya yang semula bersandar kini tegak.

"Dimana kalian?"

"Di MA Hospital ..."

"El, tolong handle sampai selesai. Ada yang harus aku kerjakan" ucap Mirza tergesa.

"Baik. Tapi pak bos ingin kemana?"

Pertanyaan Elvano tak Mirza jawab. Ia langsung memacu langkahnya begitu cepat menuju parkiran. Mendadak langkahnya melambat hingga kemudian terhenti.

"Tunggu...Kenapa aku jadi tergesa begini. Kenapa aku mengkhawatirkannya? Apakah aku mulai jatuh hati padanya? Ah, tidak mungkin. Aku yakin ini hanya sebuah rasa kemanusiaan, terlebih dia adalah salah satu mahasiswi ku. Tenang Mirza...kriteria gadismu belum berubah" batin Mirza.

Mirza pun melajukan mobil sport silver-nya dengan cepat. Kecepatannya pun mampu mengalahkan hembusan angin saat itu.

Kurang dari lima belas menit, lebih cepat dari kecepatan normal Mirza sampai di rumah sakit milik keluarganya itu. Beberapa dokter dan perawat mengangguk takzim saat mengetahui kehadiran pemilik MA Group itu. Matanya langsung menangkap sosok Vanya yang tengah duduk dengan menangkupkan kedua tangannya di wajah.

"Vanya..."

"Pak Mirza..." ucap Vanya cukup terkesiap dengan kehadiran dosen tampan itu.

"Bagaimana...?"

Belum lagi Vanya menjawab, pintu ruang tindakan terbuka.

Kreeek....

Berdiri seorang dokter di ambang pintu. Melihat kehadiran Mirza, dokter yang tak kalah tampan dengan Mirza itu menghampirinya.

"Siapa dia, hingga membuat tuan repot-repot datang?" ucap dokter Faaz yang tak lain adalah sahabat Mirza.

"Salah satu mahasiswi ku...Ah, sudah jangan banyak tanya. Bagaimana keadaannya?"

"Arumi baik. Dia hanya kelelahan saja sepertinya"

"Hati-hati dengan hasil observasi mu, jika salah ku potong gaji mu"

Faaz terkekeh saat mendengar ancaman Mirza. Ia tahu betul, ini bukanlah Mirza yang biasanya. Mirza yang dingin bak es di puncak Himalaya. Tapi hari ini tampak ekspresi wajahnya, menunjukkan bahwa Mirza juga seorang manusia. Atau tepatnya telah menjadi manusia kembali.

"Siapa, dia..."

"Hei..."

"Siapa dia...?"

"Dia anak dari sahabat papa dan mama. Ayahnya sedang berada di luar kota. Beliau menitipkannya padaku selama beliau belum kembali. So...dia tanggungjawab ku. Puas..."

Faaz kembali terkekeh.

"Cukup puas. Sebentar lagi Arumi akan dipindahkan ke ruang perawatan. Satu atau dua hari biarkan ia beristirahat di sini..."

"Terima kasih dokter..." ucap Vanya yang langsung mengiringi brankar dimana Arumi berada saat keluar dari ruang tindakan. Sementara Mirza memilih berbincang sejenak bersama sahabatnya itu.

"Hei...Bagaimana keadaan mu sahabat bawel ku?"

Arumi tersenyum di sapa demikian oleh sahabatnya itu. Arumi pun bermaksud bangun, namun dicegah Vanya dan mbok Parni.

"Aku sudah baik-baik saja. Ayo kita pulang..."

"Hei, tetap di tempat. Jangan kemana-mana. Kau harus menjalani perawatan mu hingga waktu yang ditetapkan dokter..."

"Tapi, Arumi sudah baik-baik saja pak..."

"Itu menurutmu, tapi tidak menurut dokter..."

"Tapi pak..."

"Kau...."

Kata Arumi jadi gagu saat Mirza melontarkan satu kata dengan nada cukup tinggi. Arumi terdiam. Terlebih saat ini Mirza tengah menghadiahinya dengan tatapan mengintimidasi. Arumi lagi-lagi diam. Ia pun menyimpan tatapannya pada pangkuannya. Ada kesal yang bergelayut dalam hatinya.

Sementara itu, Vanya dan mbok Parmi yang menyaksikan ketegangan antara keduanya, hanya bisa mengulum senyum dan menyimpannya pada sisi lain ruangan tersebut. Pun demikian, ada rasa bahagia yang terselip di hati Vanya dan mbok Parmi saat melihat keduanya beradu kata.

"Siapa dia, berani mengatur-atur ku? Dasar manusia kulkas...!" batin Arumi.

"Well...saya akan kembali ke kantor. Ada meeting penting. Kamu tidak boleh pulang. Tetap disini, turuti kata dokter. Vanya dan mbok tolong jaga Arumi. Hubungi saya jika dia macam-macam" ucap Mirza sambil melangakah meninggalkan ruangan.

"Huh... Dasar manusia kulkas" rutuk Arumi yang membuat Vanya dan mbok Parmi tertawa.

"Aku dengar...!" ucap Mirza dari balik pintu.

Arumi yang mendengar itu langsung menutup mulutnya dengan tangannya.

Vanya dan Mbok Parmi semakin tertawa melihat polah Arumi tersebut.

Senja datang menjemput. Mentari mulai kembali ke peraduannya berganti dengan sang malam yang mulai bersiap menyelimuti bumi. Arumi yang baru selesai dengan rutunitas sorenya terkejut dengan kehadiran Faaz. Senyum dokter tampan itu tampak menghiasi wajahnya saat melihat kehadiran Arumi. Bukan tanpa alasan ia mendatangi Arumi saat ini. Faaz ingin membunuh rasa penasaran terhadap Arumi yang menurutnya sudah mendapatkan sedikit perhatian dari Mirza. Berbeda dari biasanya, Mirza hanya akan mengirimkan Elvano---asistennya untuk mengurus segala sesuatunya. Andrea, kekasihnya saja diperlakukan demikian saat dirawat di rumah sakit. Tapi Arumi, yang jauh dari kata ideal justru mampu mendatangkan Mirza.

"Bagaimana keadaan mu, Arumi...?"

"Baik dokter...Pusingnya sudah berkurang"

"Panggil Faaz saja. Kebetulan saya sahabat Mirza..." ucap Faaz sambil tersenyum menatap Arumi yang duduk di bibir brankar.

"Kalau begitu harus saya panggil bapak Faaz, sebab pak Mirza dipanggil demikian"

"Bhuahaha...." Faaz tertawa mendapat pernyataan dari Arumi tersebut.

"Kenapa pak dokter tidak membiarkan saya pulang saja. Saya sudah sembuh..."

"Wah, bisa digorok saya oleh Mirza..."

"Ow...jadi ini permintaan pak Mirza?"

"Bukan. Bukan begitu. Mirza tahu kalau Arumi harus beristirahat dua hari, jika tiba-tiba pulang wah bisa gawat. Bukan saya saja yang terkena masalah, tapi seluruh dokter dan perawat di rumah sakit juga terkena masalah"

"Ish...sungguh mengerikan manusia kulkas itu"

"What...! manusia kulkas?"

"Hehe...maksudnya pak Mirza" ucap Arumi sambil tertawa kecil.

"Kenapa Arumi sampai merasa kelelahan berlebih itu? Apa ada sesuatu yang terjadi? Em, aku bertanya sebagai seorang teman bukan dokter kepada pasiennya"

"Saya melakukan olahraga dalam waktu yang lebih lama dari umumnya orang biasa lakukan"

"Apa ada tujuan tertentu?"

"Aku ingin sehat dengan bonus kurus..." ucap Arumi sambil menyimpan tatapannya pada ujung kakinya.

"Apa semua itu karena Mirza?"

Arumi diam. Matanya sejenak menatap Faaz yang juga tengah menatapnya lekat.

"Semula ya. Tapi pada akhirnya tujuan saya berubah..."

"Ow...." gumam Faaz sambil mengangguk-angguk.

"Walau bukan karena Mirza pun, saya akan membantu mu. Karena sepertinya kau gadis spesial bagi Mirza..."

"Egh..."

Arumi lagi-lagi menatap Faaz. Ada tanya di ujung tatapannya. Sementara Faaz tampak mengumbar senyum khasnya...

Terpopuler

Comments

Maaaaaak"utun"..nie🍉

Maaaaaak"utun"..nie🍉

eaah.....semngaaaat truuuuuuz...dah ada pendukungmu lgi😁😁😁

2022-06-25

1

lihat semua
Episodes
1 Episode 1. Aku Arumi
2 Episode 2. Buat Aku Jatuh Cinta
3 Episode 3. Menjadi Kuat dan Berani
4 Episode 4. Hinaan Terakhir
5 Episode 5. Perhelatan Kampus
6 Episode 6. Cemburu
7 Episode 7. Rencana Andrea
8 Episode 8. Kau Berbeda
9 Episode 9. Ujian Diet...
10 Episode 10. Menginap di Rumah Sakit
11 Episode 11. Desiran Aneh
12 Episode 12. Liburan Singkat Bersama Keluarga William
13 Episode 13. Bertemu Wewe Gombel
14 Episode 14. Pernyataan Cinta
15 Episode 15. Kecemburuan Mirza.
16 Episode 16. Rencana Andrea
17 Episode 17. Terungkapnya Kejahatan Andrea
18 Episode 18. Pembalasan Arumi
19 Episode 19. Hukuman Terenak
20 Episode 20. Cinta Mirza, Kegamangan Arumi
21 Episode 21. Oleh-oleh Ayah
22 Episode 22. Quiz Dadakan
23 Episode 23. Kegelisahan itu Milik siapa?
24 Episode 24. Ada yang Kangen...
25 Episode 25. Keyakinan Mirza
26 Episode 26. Gadis Ajaib itu...Gadisku
27 Episode 27. Aku ingin Bersamamu...
28 Episode 28. Selamat Tinggal, Pak Mirza...
29 Episode 29. Arumi Menghilang
30 Episode 30. Arumi, Dimana Kau...?
31 Episode 31. Kecemasan Mirza
32 Episode 32. Pencarian Mirza
33 Episode 33. Flashback Arumi
34 Episode 34. Pertemuan Arumi dan Mirza
35 Episode 35. Dia Gadis Ku
36 Episode 36. Hukuman
37 Episode 37. Kangen
38 Episode 38. Berita Sampah
39 Episode 39. Ancaman Mirza
40 Episode 40. Menikah, yuk...
41 Episode 41. Surat Izin Menikah
42 Episode 42. Permintaan Permana
43 Episode 43. Proposal
44 Episode 44. Dalang Penyebar Berita Hoax
45 Episode 45. Hukuman Shereen...
46 Episode 46. Ayah....
47 Episode 47. Cara Ampuh Mirza
48 Episode 48. Menyusun Rencana
49 Episode 49. Bertemu "Nyai" (1)
50 Episode 50. Bertemu "Nyai" (2)
51 Episode 51. Terbongkar
52 Episode 52. Siapa Dalang Perusakan?
53 Episode 53. Kecewa dan Amarah
54 Episode 54. Penasaran
55 Episode 55. Saudara Laki-laki Se-ibu
56 Episode 56. Kakak Lain Ayah
57 Episode 57. Mungkinkah Andrea Pelakunya?
58 Episode 58. Gala Dinner
59 Episode 59. Pengakuan Dua Laki-laki
60 Episode 60. Hampir Saja....
61 Episode 61. Tangis Shereen
62 Episode 62. Ada Apa...?
63 Episode 63. Dilema Dua Hati
64 Episode 64. Satu Jam Terasa Setahun
65 Episode 65. Sendu di Pagi Hari
66 Episode 66. Permintaan Permana...
67 Episode 67. Rencana Pernikahan
68 Episode 68. Wali Nikah
69 Episode 69. Jangan Tinggalkan Arumi, Yah...
70 Episode 70. Sebait Doa Terindah
71 Episode 71. Sedihnya Arumi
72 Episode 72. Sendu Yang Berubah Merah Jambu
73 Episode 73. Maafkan Aku...
74 Episode 74. Apakah Korban itu Mirza...?
75 Episode 75. Skenario Pertemuan
76 Episode 76. Dua Pendekar
77 Episode 77. Kesempatan Dalam Kesempitan
78 Episode 78. Pernyataan Dokter Faaz
79 Episode 79. Di Lorong Yang Lengang
80 Episode 80. Rindu Yang Membuncah
81 Episode 81. Rindu Yang Membuncah Lagi
82 Episode 82. Undangan
83 Episode 83. Kegamangan Edward
84 Episode 84. Andrea...
85 Episode 85. Keive...(1)
86 Episode 86. Keive...(2)
87 Episode 87. Mangsa Memangsa Mangsa...
88 Episode 88. Jaring-jaring Kepalsuan
89 Episode 89. Permintaan Keive
90 Episode 90. Jatuh Hati
91 Episode 91. Mencintai Sepanjang Mau Kita...
92 Episode 92. Pertemuan
93 Episode 93. Beri Kesempatan
94 Episode 94. Rencana
95 Episode 95. Tepok Jidat Atas Sebuah Kebenaran
96 Episode 96. Rencana Keive dan Vanya
97 Episode 97. Vanya Oh Vania...
98 Episode 98. Misi Selesai...
99 Episode 99. Permintaan Keive
100 Episode 100. Misi Selanjutnya
101 Episode 101. Jalan Cerita...
102 Episode 102. Mencari File Rahasia
103 Episode 103. Api Amarah (Aku Harus Apa...?)
104 Episode 104. Api Amarah Lagi...
105 Episode 105. Terima Kasih
106 Episode 106. Ancaman Andrea
107 Episode 107. Ketidakpedulian Andrea
108 Episode 108. Pecinta Sejati
109 Episode 109. Kepergian Keive
110 Episode 110. Catatan Keive
111 Episode 111. Cerita Keive Lagi...
112 Episode 112. Hari Kebebasan Ryu...
113 Episode 113. Permintaan Andrea, Rencana Ryu
114 Episode 114. Gara-gara Parfum
115 Episode 115. Tempat Teraman
116 Episode 116. Misi Danu?
117 Episode 117. Tertangkapnya Andrea
118 Episode 118. Cerita Danu
119 Episode 119. Berkah atau Musibah...?
120 Episode 120. Tak Ada Peluang
121 Episode 121. Pertemuan
122 Episode 122. Jangan Jadi Pengecut...!
123 Episode 123. Baby Kalila
124 Episode 124. Cinta yang sebenarnya
125 Episode 125. Penyembuh Luka
126 Episode 126. Pertemuan
127 Episode 127.
Episodes

Updated 127 Episodes

1
Episode 1. Aku Arumi
2
Episode 2. Buat Aku Jatuh Cinta
3
Episode 3. Menjadi Kuat dan Berani
4
Episode 4. Hinaan Terakhir
5
Episode 5. Perhelatan Kampus
6
Episode 6. Cemburu
7
Episode 7. Rencana Andrea
8
Episode 8. Kau Berbeda
9
Episode 9. Ujian Diet...
10
Episode 10. Menginap di Rumah Sakit
11
Episode 11. Desiran Aneh
12
Episode 12. Liburan Singkat Bersama Keluarga William
13
Episode 13. Bertemu Wewe Gombel
14
Episode 14. Pernyataan Cinta
15
Episode 15. Kecemburuan Mirza.
16
Episode 16. Rencana Andrea
17
Episode 17. Terungkapnya Kejahatan Andrea
18
Episode 18. Pembalasan Arumi
19
Episode 19. Hukuman Terenak
20
Episode 20. Cinta Mirza, Kegamangan Arumi
21
Episode 21. Oleh-oleh Ayah
22
Episode 22. Quiz Dadakan
23
Episode 23. Kegelisahan itu Milik siapa?
24
Episode 24. Ada yang Kangen...
25
Episode 25. Keyakinan Mirza
26
Episode 26. Gadis Ajaib itu...Gadisku
27
Episode 27. Aku ingin Bersamamu...
28
Episode 28. Selamat Tinggal, Pak Mirza...
29
Episode 29. Arumi Menghilang
30
Episode 30. Arumi, Dimana Kau...?
31
Episode 31. Kecemasan Mirza
32
Episode 32. Pencarian Mirza
33
Episode 33. Flashback Arumi
34
Episode 34. Pertemuan Arumi dan Mirza
35
Episode 35. Dia Gadis Ku
36
Episode 36. Hukuman
37
Episode 37. Kangen
38
Episode 38. Berita Sampah
39
Episode 39. Ancaman Mirza
40
Episode 40. Menikah, yuk...
41
Episode 41. Surat Izin Menikah
42
Episode 42. Permintaan Permana
43
Episode 43. Proposal
44
Episode 44. Dalang Penyebar Berita Hoax
45
Episode 45. Hukuman Shereen...
46
Episode 46. Ayah....
47
Episode 47. Cara Ampuh Mirza
48
Episode 48. Menyusun Rencana
49
Episode 49. Bertemu "Nyai" (1)
50
Episode 50. Bertemu "Nyai" (2)
51
Episode 51. Terbongkar
52
Episode 52. Siapa Dalang Perusakan?
53
Episode 53. Kecewa dan Amarah
54
Episode 54. Penasaran
55
Episode 55. Saudara Laki-laki Se-ibu
56
Episode 56. Kakak Lain Ayah
57
Episode 57. Mungkinkah Andrea Pelakunya?
58
Episode 58. Gala Dinner
59
Episode 59. Pengakuan Dua Laki-laki
60
Episode 60. Hampir Saja....
61
Episode 61. Tangis Shereen
62
Episode 62. Ada Apa...?
63
Episode 63. Dilema Dua Hati
64
Episode 64. Satu Jam Terasa Setahun
65
Episode 65. Sendu di Pagi Hari
66
Episode 66. Permintaan Permana...
67
Episode 67. Rencana Pernikahan
68
Episode 68. Wali Nikah
69
Episode 69. Jangan Tinggalkan Arumi, Yah...
70
Episode 70. Sebait Doa Terindah
71
Episode 71. Sedihnya Arumi
72
Episode 72. Sendu Yang Berubah Merah Jambu
73
Episode 73. Maafkan Aku...
74
Episode 74. Apakah Korban itu Mirza...?
75
Episode 75. Skenario Pertemuan
76
Episode 76. Dua Pendekar
77
Episode 77. Kesempatan Dalam Kesempitan
78
Episode 78. Pernyataan Dokter Faaz
79
Episode 79. Di Lorong Yang Lengang
80
Episode 80. Rindu Yang Membuncah
81
Episode 81. Rindu Yang Membuncah Lagi
82
Episode 82. Undangan
83
Episode 83. Kegamangan Edward
84
Episode 84. Andrea...
85
Episode 85. Keive...(1)
86
Episode 86. Keive...(2)
87
Episode 87. Mangsa Memangsa Mangsa...
88
Episode 88. Jaring-jaring Kepalsuan
89
Episode 89. Permintaan Keive
90
Episode 90. Jatuh Hati
91
Episode 91. Mencintai Sepanjang Mau Kita...
92
Episode 92. Pertemuan
93
Episode 93. Beri Kesempatan
94
Episode 94. Rencana
95
Episode 95. Tepok Jidat Atas Sebuah Kebenaran
96
Episode 96. Rencana Keive dan Vanya
97
Episode 97. Vanya Oh Vania...
98
Episode 98. Misi Selesai...
99
Episode 99. Permintaan Keive
100
Episode 100. Misi Selanjutnya
101
Episode 101. Jalan Cerita...
102
Episode 102. Mencari File Rahasia
103
Episode 103. Api Amarah (Aku Harus Apa...?)
104
Episode 104. Api Amarah Lagi...
105
Episode 105. Terima Kasih
106
Episode 106. Ancaman Andrea
107
Episode 107. Ketidakpedulian Andrea
108
Episode 108. Pecinta Sejati
109
Episode 109. Kepergian Keive
110
Episode 110. Catatan Keive
111
Episode 111. Cerita Keive Lagi...
112
Episode 112. Hari Kebebasan Ryu...
113
Episode 113. Permintaan Andrea, Rencana Ryu
114
Episode 114. Gara-gara Parfum
115
Episode 115. Tempat Teraman
116
Episode 116. Misi Danu?
117
Episode 117. Tertangkapnya Andrea
118
Episode 118. Cerita Danu
119
Episode 119. Berkah atau Musibah...?
120
Episode 120. Tak Ada Peluang
121
Episode 121. Pertemuan
122
Episode 122. Jangan Jadi Pengecut...!
123
Episode 123. Baby Kalila
124
Episode 124. Cinta yang sebenarnya
125
Episode 125. Penyembuh Luka
126
Episode 126. Pertemuan
127
Episode 127.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!