Episode 9. Ujian Diet...

"Ada banyak cara untuk menunjukkan rasa cinta. Dan saya bukan termasuk gadis yang mengumbar rasa cinta di khalayak ramai. Apalagi sampai mencium atau berlari mengejar bapak seperti para gadis lainnya atau mungkin pacar bapak itu. Toh cinta tidak harus buta. Toh cinta tidak harus memiliki apalagi memaksa. Kalau tidak cinta ya sudah..."

"Duh, apa yang sudah ku katakan barusan. Mengapa aku berkata seperti itu. Sebenarnya jika aku berani aku akan melakukannya, memberitahu pada mu bahkan dunia bahwa aku mencintaimu. Bukan hanya mencium atau berlari mengejar mu tapi memintamu menikahi ku..." batin Arumi.

"Kau memang beda Arumi. Kau tidak seperti gadis lain yang selalu mengejar-ngejar ku. Memaksakan membahagiakan ku hanya ingin memiliki apa yang aku miliki, yaitu harta dan ketenaran. Mereka selalu mengerubuti ku bak semut menemukan gulali manis..." batin Mirza.

"Untuk sementara, jangan jauh-jauh dari ku"

"Egh...."

"Sebuah permintaan yang aneh. Terlebih keluar dari bibir seorang Mirza Adyatma..." batin Arumi.

"Kenapa...?"

"Tidak perlu kau tanya, sebab aku tidak memiliki jawabannya..."

"Egh..."

"Turunlah..."

Arumi terdiam. Fikirannya tengah mengembara dan memaknai kalimat permintaan Mirza.

KTak....

Jari Mirza kembali mampir di kening Arumi membuat lamunan gadis itu buyar.

"Iy-ya, pak. Ada apa...?" ucap Arumi sambil mengusap keningnya.

Mirza tersenyum tipis setengah kesal melihat reaksi Arumi.

"Sudah sampai. Turunlah..."

Arumi gagap. Sikapnya begitu rikuh saat turun mobil hingga kepalanya pun mampir sejenak pada bibir pintu mobil.

Duk...

Meringis Arumi menahan sakit. Tangannya mengusap-usap pucuk kepalanya dan diakhiri dengan nyengir kuda. Dan mendapati situasi tersebut Mirza pura-pura tidak mengetahuinya. Ia memilih memalingkan wajah, menatap arah lain.

"Terima kasih, bapak..." ucap Arumi sambil berlalu.

"Beritahu aku jika ada apa-apa..."

🌸🌸🌸🌸🌸

"Kira-kira apa yang sedang dibicarakan pak Mirza dan Arumi ya?"

"Kamu penasaran? Telfon saja..."

"Ah, tidak mungkin aku telfon Arumi..." ucap Vanya sambil membetulkan posisi duduknya. Dan sedikit mengulum senyum.

"Gadis ini, kalau diperhatikan cantik juga. Rambutnya panjang, tinggi dan hidungnya bangir. Kira-kira masih jomblo ga ya...?" batin Elvano

"Pak Elvano ini tampan juga. Walau masih kalah ganteng sih dengan pak Mirza. Tapi jika harus memilih, aku akan memilih pak Elvano. Lebih humanis, humoris dan perhatian. Jomblo ga ya? Hehe....ganjen amat ya aku" batin Vanya.

"Menurutmu bagaimana hubungan Pak Mirza dan Arumi? Berhasil tidak..?"

"Berat, pak. Sikap pak Mirza saja begitu. Belum lagi kecantikan gadis yang di cintai pak Mirza. Akan sulit bagi Arumi untuk merebut perhatian dan cinta pak Mirza. Tapi seandainya Arumi bisa merubah sedikit penampilannya, mungkin pak Mirza akan menunjukkan sikap mengingat Arumi juga mempunyai kelebihan yang patut diperhitungkan..."

"Oya...? Tapi jujur ya. Selama aku menjadi sahabat Mirza, aku belum pernah melihatnya se-ilfeel seperti saat menghadap Arumi. Tapi anehnya, walaupun demikian Mirza juga amat penasaran dengan Arumi"

"Wah...mungkin benci akan berubah jadi cinta. Semoga saja keduanya berjodoh sehingga Arumi bisa berbahagia. Selama ini sudah banyak rasa sakit hati yang ia alami.."

"Sakit hati...?"

"Ya. Sakit hati karena hinaan yang ia alami selama ini. Dengan tinggi tubuh 150 cm, sudah cukup membuatnya menjadi bahan bully-an orang-orang. Belum lagi tubuhnya yang kini makin subur, otomatis menambah bahan gunjingan. Aku harap sudah waktunya Arumi bahagia, karena Arumi gadis yang baik"

"Vanya bantu Arumi, donk..."

"Pasti, pak..."

🌸🌸🌸🌸🌸

"Kemana Vanya kenapa belum datang juga" batin Arumi saat belum mendapati sosok Vanya di Widya salon n Spa.

Drrrt....

Sebuah pesan menghiasi layar ponselnya. Arumi pun langsung membukanya.

"Aku dan pak Elvano ngopi dulu ya. Hehe... Sebentar lagi menyusul ke Widya salon n Spa"

"Aihs... ada-ada saja" batin Arumi.

Tak mau berlama-lama, Arumi pun akhirnya mengambil sejumlah paket perawatan mulai dari ujung kuku hingga kepala. Arumi mulai ingin tampil paripurna di setiap kesempatan. Bahkan kacamata yang biasanya bertengger pun kini telah diganti dengan lensa kontak.

Tersenyum Arumi menatap wajahnya di cermin saat perawatan telah usai. Tekadnya kembali membara saat melihat tubuhnya yang belum ideal.

"Semangat, Arumi...!" gumam Arumi.

Senyum Arumi mendadak redup saat teringat Vanya yang sampai saat ini belum datang. Arumi menjadi khawatir terlebih ponsel Vanya tak dapat di hubungi.

Tut.

Tut.

Tut.

"Tidak terhubung. Ada apa? Apakah telah terjadi sesuatu? Ah, bukankah Vanya tadi bersama pak Elvano. Ah, sial aku tidak mempunyai nomor kontaknya lagi. Aku harus bagaimana?" batin Arumi.

Tangannya tampak menimang-nimang ponsel sambil sesekali melihat layarnya.

"Haruskah aku menghubungi pak Mirza? Ah, apa kata pak Mirza nanti. Dosen kulkas itu pasti akan mencibirku..Aduh" perang batin Arumi ditengah kekhawatiran sahabatnya itu.

Mata Arumi menatap layar ponselnya. Sebuah nomor kontak tertera disana. Hatinya masih ragu. Kemudian tanpa sengaja jarinya menyentuh tombol hubungi. Arumi terkesiap. Ia pun bermaksud membatalkannya, namun sayang panggilan itu sudah terhubung. Sebuah suara berkharisma pun terdengar di ujung telefon.

"Em, ma-maaf Pak. A-aku..." Arumi gagu. Lidahnya kelu.

"Katakan. Apa ada sesuatu yang terjadi pada mu?"

"Bu-bukan saya. Tapi Vanya..."

Akhirnya kata itu meluncur juga. Arumi pun menjelaskan situasi yang tengah ia alami. Perlahan namun pasti, kata demi kata meluncur dari bibir tipisnya.

"Sebentar, aku menghubungi Elvano. Kau jangan kemana-mana. Tetap di sana" ucap Mirza di ujung telfon. Terdengar sekali jika ia berbicara masih dengan kekhasannya, yaitu tanpa ekspresi.

"Baik, Pak..." ucap Arumi mengakhiri sambungan telfonnya.

Arumi menghela nafas. Hatinya cemas. Setelah tiga puluh menit menanti kabar baik dari Mirza , Elvano atau Vanya akhirnya cemas Arumi berubah menjadi senyum. Sebuah pesan menghiasi layar ponselnya.

"Ces, maaf aku tadi langsung pulang. Mama telfon, kami harus ke luar kota. Nenek sakit. Maaf ya, Ces tidak dapat menemanimu..." begitu pesan Vanya.

"It's ok, Nya. Semoga nenek disegerakan menjadi sehat kembali..."

"Trims, Ar... Sampai bertemu pekan depan di kampus"

"In Syaa Allah..."

Arumi menghela nafas lega. Ternyata sahabatnya baik-baik saja. Kaki Arumikembali melangkah menuju parkiran saat taxi online yang dipesan datang. Namun belum lagi ia menghampirinya, sebuah mobil sport silver datang tepat di sampingnya.

"Pak Mirza...?" batin Arumi.

"Masuk..." ucap Mirza yang terkesan memberi perintah.

"Tapi taxi pesanan ku sudah datang" ucap Arumi sambil menunjuk sebuah mobil.

"Batalkan...."

"Tidak bisa donk, Pak. Tidak boleh seperti itu..."

Mirza turun dari mobilnya. Ia melangkah menuju Arumi berada. Arumi menatapnya tanpa berkedip saat laki-laki tampan itu melangkah mantap. Tubuh jangkungnya menjura saat ia memberikan dua lembar uang seratus ribuan kepada pengemudi taxi online.

"Kau boleh berputar-putar sesuai alamat di aplikasi"

"Tapi, Pak..." ucap pengemudi itu terputus saat tatapan dingin Mirza berpadu dengannya.

"Wah, sombong sekali manusia kulkas satu ini..." batin Arumi.

"Baik, Pak. Terima kasih...." ucap pengemudi taxi online kemudian. Ia menjadi sumringah sesaat sebelum berlalu.

"Masuk..." ucap Mirza tanpa ekspresi.

Arumi terdiam. Hatinya tengah menggerutu hebat atas perlakuan Mirza barusan. Bibirnya ingin sekali mengeluarkan kata-kata ajaib untuk merutuki laki-laki tampan di hadapannya itu. Sialnya, tak satu pun kata yang mampu ia keluarkan. Terlebih saat Arumi di tarik paksa oleh Mirza masuk ke dalam mobil mewahnya.

"Tidak bisakah memperlakukan ku lembut sedikit. Tidak perlu ditarik begitu, karena aku bukan kambing atau sapi..."

"Kau memang bukan kambing atau sapi. Kau gajah..."

Arumi manyun. Ada kekesalan dalam hatinya. Ingin rasanya ia mencabik-cabik mulut laki-laki yang bagai belati itu.

Tak sampai dua puluh menit, mobil kembali parkir pada sebuah cafe. Arumi menatap Mirza sejenak. Ia ingin memastikan apa tujuannya membawanya ke cafe tanpa konfirmasi terlebih dahulu.

"Turunlah. Aku lapar, belum makan siang...." ucap Mirza sesaat sebelum turun dari mobil.

"Oya, Jika kau tidak mau makan. Kau harus tetap menemaniku makan"

"Kenapa?"

"Itu hukuman karena sudah mengganggu jam makan siang ku dengan telfon tak penting mu itu..."

"Mungkin tidak penting bagi, bapak. Tapi bagi saya itu penting"

"Ah, alasan saja. Sebenarnya kau kangen kan dengan ku?"

"Ish...jangan baper, Pak. Saya murni khawatir dengan kondisi sahabat saya itu"

"Dengar... sebenarnya kau berhak memintaku melakukan apa pun sekedar untuk mengukur kadar cinta ku pada mu"

"Cinta...?"

"Ya point (1)..."

"Saya tidak berani melakukan itu. Karena saya yakin bagaimana perasaan bapak kepada saya dan kepada Andrea. Jadi yang saya lakukan saat ini terlebih hanya untuk membahagiakan diri saya sendiri saya.."

"Sombong sekali. Kau tahu, kau telah menghinaku..."

"Bapak yang sudah menghina saya. merendahkan saya. Menolak saya karena kekurangan fisik saya. Dan membuatkan perjanjian gila untuk saya..."

"Dasar kereta ekspres. Panjang sekali katanya" gerutu Mirza.

Perbincangan pun terhenti saat pramusaji menghidangkan makanan yang sudah dipesan Mirza. Arumi menyimpan salivanya dengan kasar. Matanya menatap tajam deretan makanan tersebut.

"Duh ini cobaan. Melihat deretan makanan seperti ini aku bisa kalap. Duh, manusia kulkas yang tampan, apa kau sengaja memesan makanan yang lezat-lezat begini? Aduh...bantu aku Tuhan" batin Arumi.

Mirza mengulum senyum. Batinnya bersorak saat melihat kegamangan di wajah Arumi. Sesungguhnya ia sengaja melakukan itu karena ia tahu Arumi tengah menjalani program diet yang ketat.

Ayo...makan" ajak Mirza yang langsung di jawab Arumi dengan gelengan kepala.

"Kenapa? Takut gemuk. Kan memang sudah gemuk"

Jleb...!

Kalimat Mirza barusan bak belati menghunjam hati Arumi bertubi-tubi.

"Dasar manusia tak berperasaan. Bisa-bisanya ia berucap terlampau jujur begitu. Tak bisakah berlaku manis sedikit saja kepadaku?" batin Arumi.

"Ayo dimakan. Kau diet?"

Lagi-lagi Arumi terdiam. Matanya menatap Mirza sesaat lalu kembali pada makanan di hadapannya.

"Bapak sengaja ya memesan makanan seenak ini? Aku bisa kalap, Pak..."

"Kalap tidak apa-apa. Makan saja"

"Arumi...Arumi, jujur saja kau sedang diet untuk ku. Untuk membuat ku jatuh hati kepadamu. Ayo katakan. Cepat katakan..." batin Mirza.

"Arumi tidak bisa, Pak. Maaf..."

"Kenapa? Hei..." ucap Mirza setengah teriak saat Arumi meninggalkannya begitu saja. Langkah Arumi begitu cepat. Hatinya mulai gerimis karena rasa kesalnya pada Mirza yang mengerjainya. Kemudian sebuah taxi pun telah berhasil membawanya pergi dari cafe tersebut.

Sementara itu, Mirza duduk terdiam sesaat setelah ditinggalkan Arumi. Selera makannya benar-benar telah hilang.

"Sial. Baru kali ini aku ditinggalkan seorang gadis seperti ini. Sombong sekali kau Arumi. Tunggu pembalasan ku..." batin Mirza.

🌸🌸🌸🌸🌸

Arumi yang telah sampai di kamar, langsung menghempaskan tubuhnya pada kasur. Lagi-lagi ia membenamkan wajahnya pada kasur dan menutupnya dengan bantal. Hal itu karena saat ini ia tengah berteriak sekuat tenaga. Ia tengah melampiaskan kekesalannya atas perlakuan Mirza barusan.

Episodes
1 Episode 1. Aku Arumi
2 Episode 2. Buat Aku Jatuh Cinta
3 Episode 3. Menjadi Kuat dan Berani
4 Episode 4. Hinaan Terakhir
5 Episode 5. Perhelatan Kampus
6 Episode 6. Cemburu
7 Episode 7. Rencana Andrea
8 Episode 8. Kau Berbeda
9 Episode 9. Ujian Diet...
10 Episode 10. Menginap di Rumah Sakit
11 Episode 11. Desiran Aneh
12 Episode 12. Liburan Singkat Bersama Keluarga William
13 Episode 13. Bertemu Wewe Gombel
14 Episode 14. Pernyataan Cinta
15 Episode 15. Kecemburuan Mirza.
16 Episode 16. Rencana Andrea
17 Episode 17. Terungkapnya Kejahatan Andrea
18 Episode 18. Pembalasan Arumi
19 Episode 19. Hukuman Terenak
20 Episode 20. Cinta Mirza, Kegamangan Arumi
21 Episode 21. Oleh-oleh Ayah
22 Episode 22. Quiz Dadakan
23 Episode 23. Kegelisahan itu Milik siapa?
24 Episode 24. Ada yang Kangen...
25 Episode 25. Keyakinan Mirza
26 Episode 26. Gadis Ajaib itu...Gadisku
27 Episode 27. Aku ingin Bersamamu...
28 Episode 28. Selamat Tinggal, Pak Mirza...
29 Episode 29. Arumi Menghilang
30 Episode 30. Arumi, Dimana Kau...?
31 Episode 31. Kecemasan Mirza
32 Episode 32. Pencarian Mirza
33 Episode 33. Flashback Arumi
34 Episode 34. Pertemuan Arumi dan Mirza
35 Episode 35. Dia Gadis Ku
36 Episode 36. Hukuman
37 Episode 37. Kangen
38 Episode 38. Berita Sampah
39 Episode 39. Ancaman Mirza
40 Episode 40. Menikah, yuk...
41 Episode 41. Surat Izin Menikah
42 Episode 42. Permintaan Permana
43 Episode 43. Proposal
44 Episode 44. Dalang Penyebar Berita Hoax
45 Episode 45. Hukuman Shereen...
46 Episode 46. Ayah....
47 Episode 47. Cara Ampuh Mirza
48 Episode 48. Menyusun Rencana
49 Episode 49. Bertemu "Nyai" (1)
50 Episode 50. Bertemu "Nyai" (2)
51 Episode 51. Terbongkar
52 Episode 52. Siapa Dalang Perusakan?
53 Episode 53. Kecewa dan Amarah
54 Episode 54. Penasaran
55 Episode 55. Saudara Laki-laki Se-ibu
56 Episode 56. Kakak Lain Ayah
57 Episode 57. Mungkinkah Andrea Pelakunya?
58 Episode 58. Gala Dinner
59 Episode 59. Pengakuan Dua Laki-laki
60 Episode 60. Hampir Saja....
61 Episode 61. Tangis Shereen
62 Episode 62. Ada Apa...?
63 Episode 63. Dilema Dua Hati
64 Episode 64. Satu Jam Terasa Setahun
65 Episode 65. Sendu di Pagi Hari
66 Episode 66. Permintaan Permana...
67 Episode 67. Rencana Pernikahan
68 Episode 68. Wali Nikah
69 Episode 69. Jangan Tinggalkan Arumi, Yah...
70 Episode 70. Sebait Doa Terindah
71 Episode 71. Sedihnya Arumi
72 Episode 72. Sendu Yang Berubah Merah Jambu
73 Episode 73. Maafkan Aku...
74 Episode 74. Apakah Korban itu Mirza...?
75 Episode 75. Skenario Pertemuan
76 Episode 76. Dua Pendekar
77 Episode 77. Kesempatan Dalam Kesempitan
78 Episode 78. Pernyataan Dokter Faaz
79 Episode 79. Di Lorong Yang Lengang
80 Episode 80. Rindu Yang Membuncah
81 Episode 81. Rindu Yang Membuncah Lagi
82 Episode 82. Undangan
83 Episode 83. Kegamangan Edward
84 Episode 84. Andrea...
85 Episode 85. Keive...(1)
86 Episode 86. Keive...(2)
87 Episode 87. Mangsa Memangsa Mangsa...
88 Episode 88. Jaring-jaring Kepalsuan
89 Episode 89. Permintaan Keive
90 Episode 90. Jatuh Hati
91 Episode 91. Mencintai Sepanjang Mau Kita...
92 Episode 92. Pertemuan
93 Episode 93. Beri Kesempatan
94 Episode 94. Rencana
95 Episode 95. Tepok Jidat Atas Sebuah Kebenaran
96 Episode 96. Rencana Keive dan Vanya
97 Episode 97. Vanya Oh Vania...
98 Episode 98. Misi Selesai...
99 Episode 99. Permintaan Keive
100 Episode 100. Misi Selanjutnya
101 Episode 101. Jalan Cerita...
102 Episode 102. Mencari File Rahasia
103 Episode 103. Api Amarah (Aku Harus Apa...?)
104 Episode 104. Api Amarah Lagi...
105 Episode 105. Terima Kasih
106 Episode 106. Ancaman Andrea
107 Episode 107. Ketidakpedulian Andrea
108 Episode 108. Pecinta Sejati
109 Episode 109. Kepergian Keive
110 Episode 110. Catatan Keive
111 Episode 111. Cerita Keive Lagi...
112 Episode 112. Hari Kebebasan Ryu...
113 Episode 113. Permintaan Andrea, Rencana Ryu
114 Episode 114. Gara-gara Parfum
115 Episode 115. Tempat Teraman
116 Episode 116. Misi Danu?
117 Episode 117. Tertangkapnya Andrea
118 Episode 118. Cerita Danu
119 Episode 119. Berkah atau Musibah...?
120 Episode 120. Tak Ada Peluang
121 Episode 121. Pertemuan
122 Episode 122. Jangan Jadi Pengecut...!
123 Episode 123. Baby Kalila
124 Episode 124. Cinta yang sebenarnya
125 Episode 125. Penyembuh Luka
126 Episode 126. Pertemuan
127 Episode 127.
Episodes

Updated 127 Episodes

1
Episode 1. Aku Arumi
2
Episode 2. Buat Aku Jatuh Cinta
3
Episode 3. Menjadi Kuat dan Berani
4
Episode 4. Hinaan Terakhir
5
Episode 5. Perhelatan Kampus
6
Episode 6. Cemburu
7
Episode 7. Rencana Andrea
8
Episode 8. Kau Berbeda
9
Episode 9. Ujian Diet...
10
Episode 10. Menginap di Rumah Sakit
11
Episode 11. Desiran Aneh
12
Episode 12. Liburan Singkat Bersama Keluarga William
13
Episode 13. Bertemu Wewe Gombel
14
Episode 14. Pernyataan Cinta
15
Episode 15. Kecemburuan Mirza.
16
Episode 16. Rencana Andrea
17
Episode 17. Terungkapnya Kejahatan Andrea
18
Episode 18. Pembalasan Arumi
19
Episode 19. Hukuman Terenak
20
Episode 20. Cinta Mirza, Kegamangan Arumi
21
Episode 21. Oleh-oleh Ayah
22
Episode 22. Quiz Dadakan
23
Episode 23. Kegelisahan itu Milik siapa?
24
Episode 24. Ada yang Kangen...
25
Episode 25. Keyakinan Mirza
26
Episode 26. Gadis Ajaib itu...Gadisku
27
Episode 27. Aku ingin Bersamamu...
28
Episode 28. Selamat Tinggal, Pak Mirza...
29
Episode 29. Arumi Menghilang
30
Episode 30. Arumi, Dimana Kau...?
31
Episode 31. Kecemasan Mirza
32
Episode 32. Pencarian Mirza
33
Episode 33. Flashback Arumi
34
Episode 34. Pertemuan Arumi dan Mirza
35
Episode 35. Dia Gadis Ku
36
Episode 36. Hukuman
37
Episode 37. Kangen
38
Episode 38. Berita Sampah
39
Episode 39. Ancaman Mirza
40
Episode 40. Menikah, yuk...
41
Episode 41. Surat Izin Menikah
42
Episode 42. Permintaan Permana
43
Episode 43. Proposal
44
Episode 44. Dalang Penyebar Berita Hoax
45
Episode 45. Hukuman Shereen...
46
Episode 46. Ayah....
47
Episode 47. Cara Ampuh Mirza
48
Episode 48. Menyusun Rencana
49
Episode 49. Bertemu "Nyai" (1)
50
Episode 50. Bertemu "Nyai" (2)
51
Episode 51. Terbongkar
52
Episode 52. Siapa Dalang Perusakan?
53
Episode 53. Kecewa dan Amarah
54
Episode 54. Penasaran
55
Episode 55. Saudara Laki-laki Se-ibu
56
Episode 56. Kakak Lain Ayah
57
Episode 57. Mungkinkah Andrea Pelakunya?
58
Episode 58. Gala Dinner
59
Episode 59. Pengakuan Dua Laki-laki
60
Episode 60. Hampir Saja....
61
Episode 61. Tangis Shereen
62
Episode 62. Ada Apa...?
63
Episode 63. Dilema Dua Hati
64
Episode 64. Satu Jam Terasa Setahun
65
Episode 65. Sendu di Pagi Hari
66
Episode 66. Permintaan Permana...
67
Episode 67. Rencana Pernikahan
68
Episode 68. Wali Nikah
69
Episode 69. Jangan Tinggalkan Arumi, Yah...
70
Episode 70. Sebait Doa Terindah
71
Episode 71. Sedihnya Arumi
72
Episode 72. Sendu Yang Berubah Merah Jambu
73
Episode 73. Maafkan Aku...
74
Episode 74. Apakah Korban itu Mirza...?
75
Episode 75. Skenario Pertemuan
76
Episode 76. Dua Pendekar
77
Episode 77. Kesempatan Dalam Kesempitan
78
Episode 78. Pernyataan Dokter Faaz
79
Episode 79. Di Lorong Yang Lengang
80
Episode 80. Rindu Yang Membuncah
81
Episode 81. Rindu Yang Membuncah Lagi
82
Episode 82. Undangan
83
Episode 83. Kegamangan Edward
84
Episode 84. Andrea...
85
Episode 85. Keive...(1)
86
Episode 86. Keive...(2)
87
Episode 87. Mangsa Memangsa Mangsa...
88
Episode 88. Jaring-jaring Kepalsuan
89
Episode 89. Permintaan Keive
90
Episode 90. Jatuh Hati
91
Episode 91. Mencintai Sepanjang Mau Kita...
92
Episode 92. Pertemuan
93
Episode 93. Beri Kesempatan
94
Episode 94. Rencana
95
Episode 95. Tepok Jidat Atas Sebuah Kebenaran
96
Episode 96. Rencana Keive dan Vanya
97
Episode 97. Vanya Oh Vania...
98
Episode 98. Misi Selesai...
99
Episode 99. Permintaan Keive
100
Episode 100. Misi Selanjutnya
101
Episode 101. Jalan Cerita...
102
Episode 102. Mencari File Rahasia
103
Episode 103. Api Amarah (Aku Harus Apa...?)
104
Episode 104. Api Amarah Lagi...
105
Episode 105. Terima Kasih
106
Episode 106. Ancaman Andrea
107
Episode 107. Ketidakpedulian Andrea
108
Episode 108. Pecinta Sejati
109
Episode 109. Kepergian Keive
110
Episode 110. Catatan Keive
111
Episode 111. Cerita Keive Lagi...
112
Episode 112. Hari Kebebasan Ryu...
113
Episode 113. Permintaan Andrea, Rencana Ryu
114
Episode 114. Gara-gara Parfum
115
Episode 115. Tempat Teraman
116
Episode 116. Misi Danu?
117
Episode 117. Tertangkapnya Andrea
118
Episode 118. Cerita Danu
119
Episode 119. Berkah atau Musibah...?
120
Episode 120. Tak Ada Peluang
121
Episode 121. Pertemuan
122
Episode 122. Jangan Jadi Pengecut...!
123
Episode 123. Baby Kalila
124
Episode 124. Cinta yang sebenarnya
125
Episode 125. Penyembuh Luka
126
Episode 126. Pertemuan
127
Episode 127.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!