Episode 4. Hinaan Terakhir

Mata Arumi perlahan terbuka. Mengerjap sebentar karena cahaya yang menyasar dalam mata begitu menyilaukan. "Ayah. Ayah sudah pulang?" ucap Arumi lirih saat menyadari kehadiran Permana. "Ya, sayang. Ayah di sini" ucap Permana. Tangannya mengusap lembut pucuk kepala Arumi dan menghadiahi keningnya dengan sebuah kecupan lembut.

"Dua minggu tak melihatmu, Ayah kangen sekali. Apa kabar, Ndok..." ucap Permana. "Arumi baik-baik saja, ayah..." ucap Arumi sambil membetulkan posisi tubuhku.

"Bagaimana bisa Arumi mengatakan baik-baik saja. Lah wong tadi siang saja tidur sambil menangis e..." ucap Permana dengan logat kedaerahannya.

"Pasti mbok Parni yang memberitahu. Ah, pengaduan dia mah orangnya" ucap Arumi dengan nada manja. Permana terkekeh melihat ekspresi kesal di wajah putri semata wayangnya itu.

"Aku tahu putri ku sedang tidak baik-baik saja. Semoga perjodohan mu dengan Mirza akan menjadikanmu lebih kuat dan berani..." batin Permana.

🌸🌸🌸🌸🌸

Pukul enam lewat empat puluh lima menit. Arumi berdiri di depan cermin. Matanya menatap pantulan bayang dirinya dalam cermin.

"Hanya dua kekurangan mu, Arumi. Yakni tinggi badan yang hanya 150 cm dan berat badan yang mencapai 70 kg. Selebihnya kau tidak berkekurangan".

"Apa kini kedua hal tersebut menjadi masalah bagi mu?"

"Em, Em..." gumam Arumi cepat sambil menggelengkan kepalanya. Ada senyum yang terbit dari sudut bibirnya.

"Yes, I'am short---Ya, aku pendek. Tapi aku tidak akan pernah terintimidasi lagi hanya karena kalian lebih tinggi dari ku".

"Yes, I'am fat---Ya, aku gemuk. Tapi aku tidak akan menyerahkan harga diriku hanya karena sebuah penilaian dimana timbangan berat badan lebih relevan dibanding timbangan amal kebaikan"

"It doesn’t matter what your height is, it’s what’s in your heart. — Tidak masalah berapa tinggimu, yang penting adalah apa yang ada di hatimu"

Perbincangan dengan diri sendiri pun berakhir ketika terdengar suara ketukan pada pintu.

Tok.

Tok.

Tok.

"Mbak ditunggu bapak di mobil..." ucap mbok Parni.

"Ya, mbok. Sebentar lagi..."

"Kau harus kuat dan berani, Arumi. Semangat...!" ucap Arumi sambil mengepalkan tangannya dan tersenyum pada pantulan tubuhnya dalam cermin.

Tak lama kemudian, Arumi menuruni anak tangga dengan setengah berlari.

Hos.

Hos.

Hos.

Melihat anak perempuan nya terengah-engah, Permana tersenyum. "Berapa putaran, Ndok...?" candanya. "Ah, ayah..." ucap Arumi sambil menghempaskan tubuhnya dalam mobil tepat di sebelah Permana.

Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang. Lajunya menyusuri jalanan yang tampak ramai. Arumi menjura. Matanya menatap langit yang tampak bersih lewat jendela. Di ujung tatapannya jelas menyiratkan semangat yang membara hari ini.

"Semangat Arumi...!" batin Arumi yang selalu menyemangati. Hari ini Arumi telah menjadi Arumi yang berbeda.

Hingga di dipersimpangan jalan. Ketika lampu lalu lintas berwarna merah, Arumi tertegun. Matanya tak berkedip menatap sosok laki-laki dalam mobil sport silver yang baru saja berhenti tepat di sebelahnya. Dengan kaca mobil yang terbuka, jelas sekali terlihat siapa pengemudinya. Seorang laki-laki berwajah tampan dengan kacamata hitam yang bertengger menghiasi wajahnya. Sebelah tangannya menyandar pada bibir jendela. Lengan baju di gulung hingga siku. Wajahnya begitu fokus menghadap ke depan. Hingga ia tak menyadari ada yang memperhatikannya.

"Em, pagi-pagi sudah diberi vitamin seperti ini. Auto semangat aku menjalani hari. Hehee..." batin Arumi. Wajahnya sumringah dengan senyum yang terkulum.

"Mirza tampan ya..."

"Uu...banget. Eh, ayah..."

Memerah wajah Arumi saat kalimat persetujuan terlontar dari bibirnya. Arumi pun langsung bergelayut pada lengan Permana sambil menahan malunya.

"Memuji itu hal yang wajar. Apalagi kalian akan segera bertunangan..."

"Tunangan...?"

"Kenapa? Tidak mau...?"

"Bu-bukan begitu. Tapi sepertinya masih butuh waktu dech. Jangan terburu-buru, Ayah..."

"Ayah tahu kau belumlah sepercaya diri itu. Hah...jika kau butuh waktu untuk itu, maka ayah akan memberikannya. Ayah ingin kau benar-benar siap, Ndok..." batin Permana. Tangannya mengusap lembut pucuk kepala Arumi.

"Maafkan aku, ayah. Jika nanti aku tidak berhasil membuat pak Mirza jatuh cinta kepadaku..." batin Arumi.

🌸🌸🌸🌸🌸

Langkah Arumi begitu cepat memasuki halaman gedung perkuliahan.

"Ah, masih ada waktu empat puluh lima menit lagi. Sebaiknya aku ke perpustakaan saja. Daripada ngobrol ga puguh..." batin Arumi.

Kakinua langsung memutar arah langkahnya. Kali ini menuju perpustakaan.

Sambil membetulkan letak kacamatanya, Arumi terus memacu kembali langkahnya. Sejenak Arumi berbaur dalam kerumunan mahasiswi yang tengah berbincang. Sedikit tawa pun mulai terdengar di sela perbincangan sesaat itu.

"Arumi agak berbeda ya hari ini. Apa dia salah makan...?"

"Hus...ngawur. Mungkin memang sudah saatnya ia berubah"

"Power Ranger kali berubah..."

Ggrrrr....

Tawa mahasiswi mengiringi langkah Arumi yang sudah separuh jalan menuju perpustakaan.

Sesampainya di perpustakaan, mata Arumi mengitari seisi ruangan yang masih tampak lengang. Hati Arumi menuntun langkahnya pada deretan buku tebal di ujung lorong setelah melihat katalog sebelumnya.

"Ah, ada di baris atas lagi. Mana aku sampai..." keluh Arumi lirih dengan wajah lesu.

"Ah, ku coba saja mengambilnya. Siapa tahu berhasil kuraih..." batin Arumi.

Arumi berdiri berjinjit berusaha menggapai buku yang dimaksud. Sesekali ia pun melompat. Namun sayang, usaha Arumi tak membuahkan hasil. Lelah mencoba, akhirnya Arumi menghentikan usahanya tersebut. Arumi memutar tubuhnya dengan lesu. Arumi memutuskan berlalu dan mencari buku lain.

Namun belum sempurna tubuhnya memutar, Arumi dikejutkan dengan kehadiran seseorang di dekatnya. Saking dekatnya hingga ujung hidung Arumi menyentuh dada laki-laki tersebut. Seketika aroma maskulin menyeruak menggelitik indera penciuman Arumi. Sejenak matanya terpejam, merasai aroma yang menggoda itu.

KTak....

"Aw...!" ucap Arumi setengah teriak ketika jari laki-laki itu mampir di keningnya. Namun tak kalah yang membuat Arumi terkejut adalah saat mengetahui pemilik tubuh jangkung nan tegap itu.

"Pak Mirza...!" ucap Arumi yang cepat membekap mulutnya. Ia khawatir suaranya dapat mengganggu penghuni perpustakaan saat ini.

"Nih..." ucap Mirza sambil menyodorkan buku yang baru diambilnya.

"Makanya tinggi..." ucapnya lagi sambil berlalu dan meninggalkan Arumi yang berdiri mematung.

"Tuh orang apa jelmaan malaikat? Ganteng banget..." batin Arumi sambil mengulum senyum.

Tak lama kemudian, Arumi pun kembali menuju gedung perkuliahan. Langkahnya santai saja.

"Hei, Bul...Dari perpustakaan?" ucap Bima yang tiba-tiba saja sudah mensejajari langkah Arumi. Sebelah lengannya diletakkan pada pucuk kepala Arumi. Geram Arumi diperlakukan demikian. Tangannya berusaha melepaskan lengan Bima yang dengan santainya bergelayut di pucuk kepalanya.

"Ini ada orang nya, loh..."

"O...ada orang toh. Kirain tonggak" ucap Bima sambil terkekeh.

Geram diperlakukan demikian, Arumi pun bermaksud mengeluarkan jurusnya. Arumi menghentikan langkahnya.

"Lepaskan..." ucap Arumi datar.

"Kalau tidak mau, bagaimana...?"

"Yakin tidak mau...?"

"Ya..."

Buk.

Buk.

Arumi menyarangkan sikunya pada perut Bima. Tak seperti biasanya, kali ini Arumi menggunakan sepenuh tenaganya. Tak ayal lagi pukulan telak itu membuat laki-laki bertubuh tegap itu meringis. Matanya memutar sekitar. Menatap wajah-wajah yang tengah menatap ke arahnya penuh intimidasi. Karena mendapat perlakuan itu, gelayutan tangan Bima pada pucuk kepala Arumi pun terlepas.

Merah padam wajah Bima karena perlakuan Arumi tersebut. Tapi bukan takut, Arumi justru menatap menantang. Ini sungguh di luar kebiasaan Arumi dan sudah menjadi tekad bahwa ia harus berubah. Ia harus menghargai dirinya sendiri apa adanya.

"Kau...!" ucap Bima dengan wajah membara.

"Aku bukan Arumi yang kemarin. Arumi yang kemarin sudah tiada. Kini kau berhadapan dengan Arumi yang baru. Sekali saja kau mengganggu atau merendahkan ku, maka jangan salahkan aku jika kau akan menanggung malu lebih dari tadi.." ucap Arumi dengan tatapan membara.

"Kau...!" ucap Bima sambil mengangkat tangannya ke arah Arumi. Beruntung sebuah lengan besar menahannya.

"Cukup... Kampus bukan tempat melampiaskan kekerasan" ucap pemilik lengan yang tak lain adalah Mirza. Wajahnya begitu dingin dengan tatapan begitu tajam bak singa mengintai mangsa.

"Pergilah..." ucap Mirza.

Mendengar kalimat perintah itu Bima bak tersihir. Ia pun segera berlalu meninggalkan kerumunan yang ada.

"Ikut..." ucap Mirza kepada Arumi.

Tanpa ba-bi-bu, Arumi pun mengekori langkah Mirza hingga di sebuah taman kampus. Keduanya duduk berhadapan.

"Ada apa dengan mu? Mau membuat keributan di kampus?"

"Saya hanya membela diri, Pak. Saya ingin dihargai. Sudah lama saya membiarkan diri saya dihina. Hari ini saya mencukupkannya sampai disini"

"Tapi cara mu bisa membuat diri mu justru dalam bahaya"

"Terima kasih atas perhatian, bapak. Tapi itu menjadi urusan saya, bukan bapak"

"Kau...!"

Mirza berang saat dirinya ditinggalkan Arumi begitu saja.

"Berani sekali dia berlaku demikian kepada ku. Memang siapa dia...?" batin Mirza.

Rahangnya mengeras. Tangannya mengepal menahan amarah..

🌸🌸🌸🌸🌸

"Vanya? Bukankah itu Vanya...." gumam Arumi saat matanya menangkap kelebat bayang gadis cantik. Langkah Arumi pun semakin cepat mengikuti kelebat bayang tersebut.

Hos.

Hos.

Hos.

Arumi berhenti sejenak. Ia mengatur nafasnya yang terasa sudah berat.

"Arumi....!

Mendengar namanya disebut, Arumi langsung mengarahkan tatapannya ke sumber suara. seorang gadis cantik tengah berdiri beberapa langkah dari tempatnya berada. Gadis itu menatapnya dengan senyum khasnya. Arumi membulatkan matanya seakan tak percaya dengan tangkapan kornea matanya.

"Arumi...!" panggilnya lagi.

Kali ini Arumi tersadar. Gadis yang dikejarnya tadi benar, dia adalah Vanya.

"Vanya...!" panggil Arumi.

Keduanya berlari, bak adegan di film India. sayangnya tidak ada musik yang mengiringi atau gelayutan pada pohon. Hehehe....

kedua sahabat itu saling menyebutkan nama lagi. Setelah itu keduanya larut dalam pelukan dan tangis haru. Setelah sekian lama tak bertemu tentulah kedua sahabat itu menyimpan rindu dan juga segudang cerita.

"Ada apa kau di kampus ini?" ucap Arumi saat keduanya telah duduk pada kursi taman.

"Ayahku kembali di tugaskan di kota ini. Dan aku memilih mengikutinya. Sebab aku teringat dirimu..."

"O...co cuwit...."

Keduanya tertawa dan berangkulan kembali.

Terpopuler

Comments

Siti Zulaikah

Siti Zulaikah

seru

2024-10-13

0

lihat semua
Episodes
1 Episode 1. Aku Arumi
2 Episode 2. Buat Aku Jatuh Cinta
3 Episode 3. Menjadi Kuat dan Berani
4 Episode 4. Hinaan Terakhir
5 Episode 5. Perhelatan Kampus
6 Episode 6. Cemburu
7 Episode 7. Rencana Andrea
8 Episode 8. Kau Berbeda
9 Episode 9. Ujian Diet...
10 Episode 10. Menginap di Rumah Sakit
11 Episode 11. Desiran Aneh
12 Episode 12. Liburan Singkat Bersama Keluarga William
13 Episode 13. Bertemu Wewe Gombel
14 Episode 14. Pernyataan Cinta
15 Episode 15. Kecemburuan Mirza.
16 Episode 16. Rencana Andrea
17 Episode 17. Terungkapnya Kejahatan Andrea
18 Episode 18. Pembalasan Arumi
19 Episode 19. Hukuman Terenak
20 Episode 20. Cinta Mirza, Kegamangan Arumi
21 Episode 21. Oleh-oleh Ayah
22 Episode 22. Quiz Dadakan
23 Episode 23. Kegelisahan itu Milik siapa?
24 Episode 24. Ada yang Kangen...
25 Episode 25. Keyakinan Mirza
26 Episode 26. Gadis Ajaib itu...Gadisku
27 Episode 27. Aku ingin Bersamamu...
28 Episode 28. Selamat Tinggal, Pak Mirza...
29 Episode 29. Arumi Menghilang
30 Episode 30. Arumi, Dimana Kau...?
31 Episode 31. Kecemasan Mirza
32 Episode 32. Pencarian Mirza
33 Episode 33. Flashback Arumi
34 Episode 34. Pertemuan Arumi dan Mirza
35 Episode 35. Dia Gadis Ku
36 Episode 36. Hukuman
37 Episode 37. Kangen
38 Episode 38. Berita Sampah
39 Episode 39. Ancaman Mirza
40 Episode 40. Menikah, yuk...
41 Episode 41. Surat Izin Menikah
42 Episode 42. Permintaan Permana
43 Episode 43. Proposal
44 Episode 44. Dalang Penyebar Berita Hoax
45 Episode 45. Hukuman Shereen...
46 Episode 46. Ayah....
47 Episode 47. Cara Ampuh Mirza
48 Episode 48. Menyusun Rencana
49 Episode 49. Bertemu "Nyai" (1)
50 Episode 50. Bertemu "Nyai" (2)
51 Episode 51. Terbongkar
52 Episode 52. Siapa Dalang Perusakan?
53 Episode 53. Kecewa dan Amarah
54 Episode 54. Penasaran
55 Episode 55. Saudara Laki-laki Se-ibu
56 Episode 56. Kakak Lain Ayah
57 Episode 57. Mungkinkah Andrea Pelakunya?
58 Episode 58. Gala Dinner
59 Episode 59. Pengakuan Dua Laki-laki
60 Episode 60. Hampir Saja....
61 Episode 61. Tangis Shereen
62 Episode 62. Ada Apa...?
63 Episode 63. Dilema Dua Hati
64 Episode 64. Satu Jam Terasa Setahun
65 Episode 65. Sendu di Pagi Hari
66 Episode 66. Permintaan Permana...
67 Episode 67. Rencana Pernikahan
68 Episode 68. Wali Nikah
69 Episode 69. Jangan Tinggalkan Arumi, Yah...
70 Episode 70. Sebait Doa Terindah
71 Episode 71. Sedihnya Arumi
72 Episode 72. Sendu Yang Berubah Merah Jambu
73 Episode 73. Maafkan Aku...
74 Episode 74. Apakah Korban itu Mirza...?
75 Episode 75. Skenario Pertemuan
76 Episode 76. Dua Pendekar
77 Episode 77. Kesempatan Dalam Kesempitan
78 Episode 78. Pernyataan Dokter Faaz
79 Episode 79. Di Lorong Yang Lengang
80 Episode 80. Rindu Yang Membuncah
81 Episode 81. Rindu Yang Membuncah Lagi
82 Episode 82. Undangan
83 Episode 83. Kegamangan Edward
84 Episode 84. Andrea...
85 Episode 85. Keive...(1)
86 Episode 86. Keive...(2)
87 Episode 87. Mangsa Memangsa Mangsa...
88 Episode 88. Jaring-jaring Kepalsuan
89 Episode 89. Permintaan Keive
90 Episode 90. Jatuh Hati
91 Episode 91. Mencintai Sepanjang Mau Kita...
92 Episode 92. Pertemuan
93 Episode 93. Beri Kesempatan
94 Episode 94. Rencana
95 Episode 95. Tepok Jidat Atas Sebuah Kebenaran
96 Episode 96. Rencana Keive dan Vanya
97 Episode 97. Vanya Oh Vania...
98 Episode 98. Misi Selesai...
99 Episode 99. Permintaan Keive
100 Episode 100. Misi Selanjutnya
101 Episode 101. Jalan Cerita...
102 Episode 102. Mencari File Rahasia
103 Episode 103. Api Amarah (Aku Harus Apa...?)
104 Episode 104. Api Amarah Lagi...
105 Episode 105. Terima Kasih
106 Episode 106. Ancaman Andrea
107 Episode 107. Ketidakpedulian Andrea
108 Episode 108. Pecinta Sejati
109 Episode 109. Kepergian Keive
110 Episode 110. Catatan Keive
111 Episode 111. Cerita Keive Lagi...
112 Episode 112. Hari Kebebasan Ryu...
113 Episode 113. Permintaan Andrea, Rencana Ryu
114 Episode 114. Gara-gara Parfum
115 Episode 115. Tempat Teraman
116 Episode 116. Misi Danu?
117 Episode 117. Tertangkapnya Andrea
118 Episode 118. Cerita Danu
119 Episode 119. Berkah atau Musibah...?
120 Episode 120. Tak Ada Peluang
121 Episode 121. Pertemuan
122 Episode 122. Jangan Jadi Pengecut...!
123 Episode 123. Baby Kalila
124 Episode 124. Cinta yang sebenarnya
125 Episode 125. Penyembuh Luka
126 Episode 126. Pertemuan
127 Episode 127.
Episodes

Updated 127 Episodes

1
Episode 1. Aku Arumi
2
Episode 2. Buat Aku Jatuh Cinta
3
Episode 3. Menjadi Kuat dan Berani
4
Episode 4. Hinaan Terakhir
5
Episode 5. Perhelatan Kampus
6
Episode 6. Cemburu
7
Episode 7. Rencana Andrea
8
Episode 8. Kau Berbeda
9
Episode 9. Ujian Diet...
10
Episode 10. Menginap di Rumah Sakit
11
Episode 11. Desiran Aneh
12
Episode 12. Liburan Singkat Bersama Keluarga William
13
Episode 13. Bertemu Wewe Gombel
14
Episode 14. Pernyataan Cinta
15
Episode 15. Kecemburuan Mirza.
16
Episode 16. Rencana Andrea
17
Episode 17. Terungkapnya Kejahatan Andrea
18
Episode 18. Pembalasan Arumi
19
Episode 19. Hukuman Terenak
20
Episode 20. Cinta Mirza, Kegamangan Arumi
21
Episode 21. Oleh-oleh Ayah
22
Episode 22. Quiz Dadakan
23
Episode 23. Kegelisahan itu Milik siapa?
24
Episode 24. Ada yang Kangen...
25
Episode 25. Keyakinan Mirza
26
Episode 26. Gadis Ajaib itu...Gadisku
27
Episode 27. Aku ingin Bersamamu...
28
Episode 28. Selamat Tinggal, Pak Mirza...
29
Episode 29. Arumi Menghilang
30
Episode 30. Arumi, Dimana Kau...?
31
Episode 31. Kecemasan Mirza
32
Episode 32. Pencarian Mirza
33
Episode 33. Flashback Arumi
34
Episode 34. Pertemuan Arumi dan Mirza
35
Episode 35. Dia Gadis Ku
36
Episode 36. Hukuman
37
Episode 37. Kangen
38
Episode 38. Berita Sampah
39
Episode 39. Ancaman Mirza
40
Episode 40. Menikah, yuk...
41
Episode 41. Surat Izin Menikah
42
Episode 42. Permintaan Permana
43
Episode 43. Proposal
44
Episode 44. Dalang Penyebar Berita Hoax
45
Episode 45. Hukuman Shereen...
46
Episode 46. Ayah....
47
Episode 47. Cara Ampuh Mirza
48
Episode 48. Menyusun Rencana
49
Episode 49. Bertemu "Nyai" (1)
50
Episode 50. Bertemu "Nyai" (2)
51
Episode 51. Terbongkar
52
Episode 52. Siapa Dalang Perusakan?
53
Episode 53. Kecewa dan Amarah
54
Episode 54. Penasaran
55
Episode 55. Saudara Laki-laki Se-ibu
56
Episode 56. Kakak Lain Ayah
57
Episode 57. Mungkinkah Andrea Pelakunya?
58
Episode 58. Gala Dinner
59
Episode 59. Pengakuan Dua Laki-laki
60
Episode 60. Hampir Saja....
61
Episode 61. Tangis Shereen
62
Episode 62. Ada Apa...?
63
Episode 63. Dilema Dua Hati
64
Episode 64. Satu Jam Terasa Setahun
65
Episode 65. Sendu di Pagi Hari
66
Episode 66. Permintaan Permana...
67
Episode 67. Rencana Pernikahan
68
Episode 68. Wali Nikah
69
Episode 69. Jangan Tinggalkan Arumi, Yah...
70
Episode 70. Sebait Doa Terindah
71
Episode 71. Sedihnya Arumi
72
Episode 72. Sendu Yang Berubah Merah Jambu
73
Episode 73. Maafkan Aku...
74
Episode 74. Apakah Korban itu Mirza...?
75
Episode 75. Skenario Pertemuan
76
Episode 76. Dua Pendekar
77
Episode 77. Kesempatan Dalam Kesempitan
78
Episode 78. Pernyataan Dokter Faaz
79
Episode 79. Di Lorong Yang Lengang
80
Episode 80. Rindu Yang Membuncah
81
Episode 81. Rindu Yang Membuncah Lagi
82
Episode 82. Undangan
83
Episode 83. Kegamangan Edward
84
Episode 84. Andrea...
85
Episode 85. Keive...(1)
86
Episode 86. Keive...(2)
87
Episode 87. Mangsa Memangsa Mangsa...
88
Episode 88. Jaring-jaring Kepalsuan
89
Episode 89. Permintaan Keive
90
Episode 90. Jatuh Hati
91
Episode 91. Mencintai Sepanjang Mau Kita...
92
Episode 92. Pertemuan
93
Episode 93. Beri Kesempatan
94
Episode 94. Rencana
95
Episode 95. Tepok Jidat Atas Sebuah Kebenaran
96
Episode 96. Rencana Keive dan Vanya
97
Episode 97. Vanya Oh Vania...
98
Episode 98. Misi Selesai...
99
Episode 99. Permintaan Keive
100
Episode 100. Misi Selanjutnya
101
Episode 101. Jalan Cerita...
102
Episode 102. Mencari File Rahasia
103
Episode 103. Api Amarah (Aku Harus Apa...?)
104
Episode 104. Api Amarah Lagi...
105
Episode 105. Terima Kasih
106
Episode 106. Ancaman Andrea
107
Episode 107. Ketidakpedulian Andrea
108
Episode 108. Pecinta Sejati
109
Episode 109. Kepergian Keive
110
Episode 110. Catatan Keive
111
Episode 111. Cerita Keive Lagi...
112
Episode 112. Hari Kebebasan Ryu...
113
Episode 113. Permintaan Andrea, Rencana Ryu
114
Episode 114. Gara-gara Parfum
115
Episode 115. Tempat Teraman
116
Episode 116. Misi Danu?
117
Episode 117. Tertangkapnya Andrea
118
Episode 118. Cerita Danu
119
Episode 119. Berkah atau Musibah...?
120
Episode 120. Tak Ada Peluang
121
Episode 121. Pertemuan
122
Episode 122. Jangan Jadi Pengecut...!
123
Episode 123. Baby Kalila
124
Episode 124. Cinta yang sebenarnya
125
Episode 125. Penyembuh Luka
126
Episode 126. Pertemuan
127
Episode 127.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!