Episode 3. Menjadi Kuat dan Berani

"Kenapa bos...?" tanya Elvano pada Pradipta--sekretaris Mirza saat melihat Bos kakunya itu masuk ruangan dengan wajah kelabu. Pradipta pun tanpa kata. Ia hanya mengendikkan bahu sesaat sebagai jawaban atas pertanyaan Elvano.

Elvano pun langsung mengekori Mirza yang sudah masuk lebih dahulu dalam ruangannya. Elvano memilih duduk pada sofa sambil memperhatikan polah bos sekaligus sahabatnya itu.

Brukk...!

Mirza melempar berkas dan tas yang dibawa ke atas meja kerjanya. Ia begitu kesal. Saking kesalnya, Mirza melempar sembarang gelas berisi air mineral hingga pecah berantakan. Suasana pun menjadi gaduh sesaat. Mirza benar-benar tengah kalut pagi ini. Amarahnya begitu meluap-luap tak terkendali.

Melihat itu, Elvano diam. Ia hanya menaikkan kedua alisnya. Ia tahu betul jika saat ini Mirza tengah diamuk amarah. Tanpa mengetahui penyebabnya, Elvano enggan berkomentar karen ia tahu bagaimana tabiat laki-laki tampan pemilik MA Group yang disemati pengusaha sukses nomor satu di Indonesia itu.

Mirza mendengus keras. Kemudian matanya menatap Elvano yang sejak tadi menunggu penjelasannya.

"Kau tahu, El..."

"Enggak..."

Mendengar jawaban itu, Elvano dihadiahi lemparan bantal oleh Mirza. Dan tanpa bisa mengelak, Elvano pun pasrah terkena lemparan tersebut.

"Kau dengarkan aku dulu...! Dasar kutu kupret..." ucap Mirza dengan suara meninggi.

"Oke...Oke. Aku kira kau bertanya jadi langsung ku jawab. Karena memang aku tidak tahu" ucap Elvano sambil terkekeh.

"Kau ingat mahasiswi ku, yang bertubuh pendek? Gembul? Yang membuat sketsa wajahku?"

"Ya, aku ingat. Arumi namanya. Kalau tidak salah..."

"Semalam aku ke rumahnya..."

"What...! Dalam rangka apa? Apa sahabatku ini sudah berubah selera? Atau kehabisan stock gadis sehingga Arumi pun di embat..."

"Sialan kau..! Aku masih waras, kutu kupret..."

"Lalu apa urusan mu kesana?"

"Ternyata dia itu anak sahabat mama dan papa sejak SMA.."

"Wow...luar biasa. Kebetulan sekali..."

"Ya, kebetulan sekali. Karena si gembul itu yang...." ucap Mirza terhenti. Ia menatap Elvano. Ia yakin sahabatnya itu pasti akan menertawakannya. Mata Mirza menatap Elvano yang sudah memasang mode wajah menunggu kalimat yang sempat terhenti dari sahabatnya itu.

"Em, mama dan papa sepakat menjodohkan kami.."

"What...! Kau dan Arumi? Bhuahaha...."

Pecah tawa Elvano yang membuat Mirza tak enak perasaan. Wajah Mirza merah padam menahan amuknya.

"Sorry...sorry, Bos. Aku hanya merasa lucu. Beberapa pekan lalu, bos mengatai ku jatuh hati padanya. Tapi nyatanya bos yang justru dijodohkan dengan nya..." ucap Elvano sambil menahan tawa.

"Tapi aku menolaknya secara halus..."

"Maksud bos, gimana?"

"Ini..." ucap Mirza sambil meletakkan selembar kertas semacam perjanjian yang sudah dibubuhi tanda tangan Mirza dan Arumi. Elvano langsung meraih kertas tersebut dan membacanya dengan teliti. Matanya membulat sempurna setiap membaca tiap kata yang tertulis, point demi point.

"Busyeet..... Biadab sekali kau, Bro" ucap Elvano sambil meletakkan kembali kertas tersebut.

"Cuma Andrea yang cintai, El. Cuma dia..."

"Bagaimana jika ia berhasil melewati tantangan dan berhasil membuatmu jatuh cinta kepadanya bahkan sebelum waktu enam bulan?" ucap Elvano sambil menatap lekat sahabatnya itu. Di ujung tatapannya ada tanya yang jawabannya sedang ia cari pada diri laki-laki tampan, pengusaha muda sukses nomor satu di Indonesia itu.

"Andrea sudah cukup bagi ku. Karena cinta ku hanya miliknya. Dan dapat ku pastikan si pendek..em, si gembul atau siapa pun dia itu tak kan pernah berhasil membuatku jatuh cinta kepadanya" ucap Mirza sambil menatapi layar ponselnya yang baru saja berpendar.

"Baiklah jika kau seyakin itu. Em, lalu kenapa kau uring-uringan pagi ini? Seperti anak gadis yang kehilangan pakaian dalamnya saja"

"Sial...emang eyke cowok apaan"

"Bhuahaha....." tawa keduanya pecah mengisi ruangan pagi ini.

"Pagi tadi mama meminta aku berkencan dengan si gembul..."

"Empth... bhuahaha..." lagi-lagi Elvano terbahak hebat. Dan lagi-lagi Mirza menghadiahinya lemparan bantal.

"Tapi aku sudah memiliki solusinya"

"Pasti menghindarinya..."

Mirza tersenyum kaku.

"El, tolong kirim lima puluh juta ke rekening Andrea. Ia sedang berlibur di Jepang. Dan ada barang yang ingin ia beli..."

"What...! baru dua hari lalu dia minta lima puluh juta. Sekarang minta lagi. Emang kau pabrik duit apa"

"Sudahlah...berikan saja. Sebentar lagi juga dia jadi istriku. Jadi wajar jika aku memanjakannya"

"Kau yakin jika..." ucap Elvano terhenti saat Mirza memasang wajah dengan tatapan seakan hendak pergi berperang.

Elvano diam. Dia tahu betul tabiat sahabatnya itu jika sudah mencintai dan merasa memiliki maka semua akan ia berikan. Tapi ini sudah menjadi sebuah kegilaan. "Oke deh. Aku transfer sekarang..." ucap Elvano sambil berlalu.

"Oya, satu lagi..." ucap Mirza yang berhasil menghentikan langkah Elvano dan langsung memutar kembali tubuhnya.

"Tolong kau amati gerak-gerik si pendek, si gembul itu. Kau kirim saja Darius atau Praja" ucap Mirza sambil duduk pada kursi kebesarannya.

"Ok, Bos..."

🌸🌸🌸🌸🌸

Sementara itu di tempat berbeda di waktu yang sama. Arumi tengah berada di meja makan. Dari ekspresi yang tampak, jelas sekali Arumi tengah mengalami sindrome tak nafsu makan. Sebab sedari tadi tangannya hanya mengaduk-aduk menu sarapannya tanpa menyuapkannya dalam mulutnya.

"Kok cuma diaduk-aduk? Kapan makannya...?" tanya mbok Parni yang baru saja menghampirinya.

"Tidak lapar, Mbok..." ucap Arumi sambil mendorong piringnya menjauh.

"Nanti sakit loh, mbak. Ayo dimakan" bujuk mbok Parni yang langsung di jawab gelengan kepala oleh Arumi.

"Tidak, Mbok..."

Arumi sambil berlalu. Ia menyusuri anak tangga yang tampak mengular. Namun bukan pada kamar pribadinya ia akan menenggelamkan segala rasa yang tengah ia rasakan saat ini. Melainkan pada sebuah ruangan berukuran 5x5 m lah kakinya melangkah.

Kreeek...

Derit pintu terdengar ketika daun pintu berukir itu terbuka. Arumi melangkahkan kaki dengan gontai. Wajahnya sedikit mendung. Terlebih sejak kunjungan keluarga William, sahabat ayahnya semalam.

Sejenak matanya mengitari setiap inci ruangan yang dipenuhi lukisan hasil karya ibunya itu. Ia makin terdiam saat tatapannya berpadu pada sebuah lukisan terakhir yang ibunya buat. Sebuah lukisan dengan seorang anak perempuan yang duduk pada ayunan. Di tangannya tergenggam sebuah permen besar rainbow. Melihat itu terbitlah senyum di sudut bibirnya. Hatinya mulai beriak.

"Bu, apa yang harus Arumi lakukan untuk membuat pak Mirza mencintaiku? Arumi memang mencintainya, tapi mampukah Arumi memenuhi tantangannya? Waktunya begitu singkat, Bu. Arumi yakin, itu hanya akal-akalannya saja untuk menggagalkan rencana perjodohan itu. Arumi juga sadar diri tidak mungkin dia mencintai Arumi dengan segala kekurangan Arumi. Arumi harus bagaimana, Bu..." batin Arumi.

Tanpa sadar Arumi terbawa ke dalam alam bawah sadar saat matanya terpejam.

"Siapa itu...?" ucap Arumi saat melihat sosok perempuan yang tengah duduk membelakanginya. Tangannya tengah asyik membuat goresan pada kanvas di hadapannya. Dari bentuk dan ciri tubuhnya, Arumi tahu betul siapa perempuan itu. Ya, dia tak lain adalah sosok ibunya.

"Ibu..." panggil Arumi. Langkahnya menjadi cepat saat perempuan yang ia panggil dengan ibu memutar tubuh sambil mengurai senyum. Terisak Arumi dalam pangkuan perempuan itu. Ia berkeluh kesah atas segala rasa yang sudah begitu menghimpit jiwanya.

"Jadi kuat dan beranilah menerima kenyataan, menerima kekurangan pada diri, juga berani menjalani hidup mu. Jangan takut untuk berubah demi sebuah tujuan..." ucap perempuan itu yang dipanggil Arumi sebagai ibu yang juga sejak tadi selalu mengusap lembut punggung Arumi.

"Apa yang harus Arumi lakukan, Ibu...?" tanya Arumi sambil menatap wajah ibunya yang begitu cantik sempurna.

"Jadi kuat dan beranilah menerima kenyataan, menerima kekurangan pada diri, juga berani menjalani hidup mu. Jangan takut untuk berubah demi sebuah tujuan..." ucap perempuan itu mengulang kalimat sebelumya.

Kemudian perempuan itu mengecup lembut pucuk kepala Arumi sesaat sebelum ia berlalu menuju sebuah cahaya.

"Ibu, jangan pergi ibu. Arumi membutuhkan ibu. Arumi mohon ibu...!" ucap Arumi berurai air mata saat melihat kepergian sosok ibunya itu.

"Mbak Arumi...mbak, bangun. Mbak..." ucap mbok Parni sambil mengguncang tubuh Arumi yang dilihatnya tengah menangis dalam tidurnya.

Mendapat guncangan itu, Arumi pun terkesiap dari tidurnya. Ia mengusap wajahnya berulangkali. Kemudian tanpa memperhatikan kehadiran mbok Parni, Arumi melangkah menuju sebuah kursi kayu. Matanya tak lepas pada kanvas dan cat yang ada di hadapannya kini. Bak tersihir, Arumi memulai goresannya pada kanvas.

Hampir satu jam Arumi berkutat dengan cat dan kanvas hingga menghasilkan sebuah lukisan. Arumi menghela nafas. Matanya menatap sendu lukisan yang baru saja ia buat.

Seorang perempuan yang tengah duduk membelakangi dengan kuas di tangannya. Sebelah tangannya memegangi kanvas yang berwarna putih. Perempuan itu tengah melukis. Persisi seperti yang ada dalam mimpinya. Tak lupa Arumi pun menuliskan kata-kata yang diucapkan perempuan itu. Kata-kata yang hingga kini masih terngiang jelas di telinganya.

"Jadi kuat dan beranilah menerima kenyataan, menerima kekurangan pada diri, juga berani menjalani hidup mu. Jangan takut untuk berubah demi sebuah tujuan..." ucap Arumi mengulangi kata-kata perempuan itu yang dipanggilnya sebagai ibu.

Hatinya mendadak gerimis. Fikirannya menguat mencoba memaknai kata-kata yang kini telah ia tulis pada lukisannya. Lama ia termenung. Bibirnya berulangkali mengulang kata-kata tersebut.

Mendadak terbitlah senyum dari sudut bibirnya. "Arumi mengerti, Bu. Sekarang Arumi tahu apa yang harus Arumi lakukan. Terima kasih..." ucapnya lirih.

"Pertama Arumi harus berani menerima kekurangan Arumi. Tinggi tubuh sudah tidak dapat ditambah karena usia sudah mencapai delapan belas tahun. Ya, Bu...Arumi menerima itu. Kedua Arumi harus kuat menerima kenyataan. Olokan hanya bagian dari ujian hidup sebab semua tiada yang sempurna. Ketiga Arumi harus berani menjalani hidup. Karena hidup milik yang Maha Hidup. Matahari akan selalu terbenam disore hari, tapi yakin saja bahwa esok hari matahari akan kembali terbit. Hari ini hujan, tapi beberapa waktu kemudian hujan akan berlalu. Keempat Arumi jangan takut untuk berubah demi sebuah tujuan. Mengambil keputusan terbaik setelah ditimbang adalah sebuah kebijakan. Tujuan terdekat saat ini adalah membuat pak Mirza jatuh cinta. Maka aku harus fokus pada tujuan ku yang satu ini. Em, kurasa menjadi cantik adalah sebuah pilihan untuk mewujudkan tujuanku. Terima kasih ibu. Arumi akan berjuang untuk mencapai setiap tujuan hidup Arumi. Semangat...!" batin Arumi penuh bara.

Terpopuler

Comments

Jepri Sal

Jepri Sal

semangat

2022-10-18

2

lihat semua
Episodes
1 Episode 1. Aku Arumi
2 Episode 2. Buat Aku Jatuh Cinta
3 Episode 3. Menjadi Kuat dan Berani
4 Episode 4. Hinaan Terakhir
5 Episode 5. Perhelatan Kampus
6 Episode 6. Cemburu
7 Episode 7. Rencana Andrea
8 Episode 8. Kau Berbeda
9 Episode 9. Ujian Diet...
10 Episode 10. Menginap di Rumah Sakit
11 Episode 11. Desiran Aneh
12 Episode 12. Liburan Singkat Bersama Keluarga William
13 Episode 13. Bertemu Wewe Gombel
14 Episode 14. Pernyataan Cinta
15 Episode 15. Kecemburuan Mirza.
16 Episode 16. Rencana Andrea
17 Episode 17. Terungkapnya Kejahatan Andrea
18 Episode 18. Pembalasan Arumi
19 Episode 19. Hukuman Terenak
20 Episode 20. Cinta Mirza, Kegamangan Arumi
21 Episode 21. Oleh-oleh Ayah
22 Episode 22. Quiz Dadakan
23 Episode 23. Kegelisahan itu Milik siapa?
24 Episode 24. Ada yang Kangen...
25 Episode 25. Keyakinan Mirza
26 Episode 26. Gadis Ajaib itu...Gadisku
27 Episode 27. Aku ingin Bersamamu...
28 Episode 28. Selamat Tinggal, Pak Mirza...
29 Episode 29. Arumi Menghilang
30 Episode 30. Arumi, Dimana Kau...?
31 Episode 31. Kecemasan Mirza
32 Episode 32. Pencarian Mirza
33 Episode 33. Flashback Arumi
34 Episode 34. Pertemuan Arumi dan Mirza
35 Episode 35. Dia Gadis Ku
36 Episode 36. Hukuman
37 Episode 37. Kangen
38 Episode 38. Berita Sampah
39 Episode 39. Ancaman Mirza
40 Episode 40. Menikah, yuk...
41 Episode 41. Surat Izin Menikah
42 Episode 42. Permintaan Permana
43 Episode 43. Proposal
44 Episode 44. Dalang Penyebar Berita Hoax
45 Episode 45. Hukuman Shereen...
46 Episode 46. Ayah....
47 Episode 47. Cara Ampuh Mirza
48 Episode 48. Menyusun Rencana
49 Episode 49. Bertemu "Nyai" (1)
50 Episode 50. Bertemu "Nyai" (2)
51 Episode 51. Terbongkar
52 Episode 52. Siapa Dalang Perusakan?
53 Episode 53. Kecewa dan Amarah
54 Episode 54. Penasaran
55 Episode 55. Saudara Laki-laki Se-ibu
56 Episode 56. Kakak Lain Ayah
57 Episode 57. Mungkinkah Andrea Pelakunya?
58 Episode 58. Gala Dinner
59 Episode 59. Pengakuan Dua Laki-laki
60 Episode 60. Hampir Saja....
61 Episode 61. Tangis Shereen
62 Episode 62. Ada Apa...?
63 Episode 63. Dilema Dua Hati
64 Episode 64. Satu Jam Terasa Setahun
65 Episode 65. Sendu di Pagi Hari
66 Episode 66. Permintaan Permana...
67 Episode 67. Rencana Pernikahan
68 Episode 68. Wali Nikah
69 Episode 69. Jangan Tinggalkan Arumi, Yah...
70 Episode 70. Sebait Doa Terindah
71 Episode 71. Sedihnya Arumi
72 Episode 72. Sendu Yang Berubah Merah Jambu
73 Episode 73. Maafkan Aku...
74 Episode 74. Apakah Korban itu Mirza...?
75 Episode 75. Skenario Pertemuan
76 Episode 76. Dua Pendekar
77 Episode 77. Kesempatan Dalam Kesempitan
78 Episode 78. Pernyataan Dokter Faaz
79 Episode 79. Di Lorong Yang Lengang
80 Episode 80. Rindu Yang Membuncah
81 Episode 81. Rindu Yang Membuncah Lagi
82 Episode 82. Undangan
83 Episode 83. Kegamangan Edward
84 Episode 84. Andrea...
85 Episode 85. Keive...(1)
86 Episode 86. Keive...(2)
87 Episode 87. Mangsa Memangsa Mangsa...
88 Episode 88. Jaring-jaring Kepalsuan
89 Episode 89. Permintaan Keive
90 Episode 90. Jatuh Hati
91 Episode 91. Mencintai Sepanjang Mau Kita...
92 Episode 92. Pertemuan
93 Episode 93. Beri Kesempatan
94 Episode 94. Rencana
95 Episode 95. Tepok Jidat Atas Sebuah Kebenaran
96 Episode 96. Rencana Keive dan Vanya
97 Episode 97. Vanya Oh Vania...
98 Episode 98. Misi Selesai...
99 Episode 99. Permintaan Keive
100 Episode 100. Misi Selanjutnya
101 Episode 101. Jalan Cerita...
102 Episode 102. Mencari File Rahasia
103 Episode 103. Api Amarah (Aku Harus Apa...?)
104 Episode 104. Api Amarah Lagi...
105 Episode 105. Terima Kasih
106 Episode 106. Ancaman Andrea
107 Episode 107. Ketidakpedulian Andrea
108 Episode 108. Pecinta Sejati
109 Episode 109. Kepergian Keive
110 Episode 110. Catatan Keive
111 Episode 111. Cerita Keive Lagi...
112 Episode 112. Hari Kebebasan Ryu...
113 Episode 113. Permintaan Andrea, Rencana Ryu
114 Episode 114. Gara-gara Parfum
115 Episode 115. Tempat Teraman
116 Episode 116. Misi Danu?
117 Episode 117. Tertangkapnya Andrea
118 Episode 118. Cerita Danu
119 Episode 119. Berkah atau Musibah...?
120 Episode 120. Tak Ada Peluang
121 Episode 121. Pertemuan
122 Episode 122. Jangan Jadi Pengecut...!
123 Episode 123. Baby Kalila
124 Episode 124. Cinta yang sebenarnya
125 Episode 125. Penyembuh Luka
126 Episode 126. Pertemuan
127 Episode 127.
Episodes

Updated 127 Episodes

1
Episode 1. Aku Arumi
2
Episode 2. Buat Aku Jatuh Cinta
3
Episode 3. Menjadi Kuat dan Berani
4
Episode 4. Hinaan Terakhir
5
Episode 5. Perhelatan Kampus
6
Episode 6. Cemburu
7
Episode 7. Rencana Andrea
8
Episode 8. Kau Berbeda
9
Episode 9. Ujian Diet...
10
Episode 10. Menginap di Rumah Sakit
11
Episode 11. Desiran Aneh
12
Episode 12. Liburan Singkat Bersama Keluarga William
13
Episode 13. Bertemu Wewe Gombel
14
Episode 14. Pernyataan Cinta
15
Episode 15. Kecemburuan Mirza.
16
Episode 16. Rencana Andrea
17
Episode 17. Terungkapnya Kejahatan Andrea
18
Episode 18. Pembalasan Arumi
19
Episode 19. Hukuman Terenak
20
Episode 20. Cinta Mirza, Kegamangan Arumi
21
Episode 21. Oleh-oleh Ayah
22
Episode 22. Quiz Dadakan
23
Episode 23. Kegelisahan itu Milik siapa?
24
Episode 24. Ada yang Kangen...
25
Episode 25. Keyakinan Mirza
26
Episode 26. Gadis Ajaib itu...Gadisku
27
Episode 27. Aku ingin Bersamamu...
28
Episode 28. Selamat Tinggal, Pak Mirza...
29
Episode 29. Arumi Menghilang
30
Episode 30. Arumi, Dimana Kau...?
31
Episode 31. Kecemasan Mirza
32
Episode 32. Pencarian Mirza
33
Episode 33. Flashback Arumi
34
Episode 34. Pertemuan Arumi dan Mirza
35
Episode 35. Dia Gadis Ku
36
Episode 36. Hukuman
37
Episode 37. Kangen
38
Episode 38. Berita Sampah
39
Episode 39. Ancaman Mirza
40
Episode 40. Menikah, yuk...
41
Episode 41. Surat Izin Menikah
42
Episode 42. Permintaan Permana
43
Episode 43. Proposal
44
Episode 44. Dalang Penyebar Berita Hoax
45
Episode 45. Hukuman Shereen...
46
Episode 46. Ayah....
47
Episode 47. Cara Ampuh Mirza
48
Episode 48. Menyusun Rencana
49
Episode 49. Bertemu "Nyai" (1)
50
Episode 50. Bertemu "Nyai" (2)
51
Episode 51. Terbongkar
52
Episode 52. Siapa Dalang Perusakan?
53
Episode 53. Kecewa dan Amarah
54
Episode 54. Penasaran
55
Episode 55. Saudara Laki-laki Se-ibu
56
Episode 56. Kakak Lain Ayah
57
Episode 57. Mungkinkah Andrea Pelakunya?
58
Episode 58. Gala Dinner
59
Episode 59. Pengakuan Dua Laki-laki
60
Episode 60. Hampir Saja....
61
Episode 61. Tangis Shereen
62
Episode 62. Ada Apa...?
63
Episode 63. Dilema Dua Hati
64
Episode 64. Satu Jam Terasa Setahun
65
Episode 65. Sendu di Pagi Hari
66
Episode 66. Permintaan Permana...
67
Episode 67. Rencana Pernikahan
68
Episode 68. Wali Nikah
69
Episode 69. Jangan Tinggalkan Arumi, Yah...
70
Episode 70. Sebait Doa Terindah
71
Episode 71. Sedihnya Arumi
72
Episode 72. Sendu Yang Berubah Merah Jambu
73
Episode 73. Maafkan Aku...
74
Episode 74. Apakah Korban itu Mirza...?
75
Episode 75. Skenario Pertemuan
76
Episode 76. Dua Pendekar
77
Episode 77. Kesempatan Dalam Kesempitan
78
Episode 78. Pernyataan Dokter Faaz
79
Episode 79. Di Lorong Yang Lengang
80
Episode 80. Rindu Yang Membuncah
81
Episode 81. Rindu Yang Membuncah Lagi
82
Episode 82. Undangan
83
Episode 83. Kegamangan Edward
84
Episode 84. Andrea...
85
Episode 85. Keive...(1)
86
Episode 86. Keive...(2)
87
Episode 87. Mangsa Memangsa Mangsa...
88
Episode 88. Jaring-jaring Kepalsuan
89
Episode 89. Permintaan Keive
90
Episode 90. Jatuh Hati
91
Episode 91. Mencintai Sepanjang Mau Kita...
92
Episode 92. Pertemuan
93
Episode 93. Beri Kesempatan
94
Episode 94. Rencana
95
Episode 95. Tepok Jidat Atas Sebuah Kebenaran
96
Episode 96. Rencana Keive dan Vanya
97
Episode 97. Vanya Oh Vania...
98
Episode 98. Misi Selesai...
99
Episode 99. Permintaan Keive
100
Episode 100. Misi Selanjutnya
101
Episode 101. Jalan Cerita...
102
Episode 102. Mencari File Rahasia
103
Episode 103. Api Amarah (Aku Harus Apa...?)
104
Episode 104. Api Amarah Lagi...
105
Episode 105. Terima Kasih
106
Episode 106. Ancaman Andrea
107
Episode 107. Ketidakpedulian Andrea
108
Episode 108. Pecinta Sejati
109
Episode 109. Kepergian Keive
110
Episode 110. Catatan Keive
111
Episode 111. Cerita Keive Lagi...
112
Episode 112. Hari Kebebasan Ryu...
113
Episode 113. Permintaan Andrea, Rencana Ryu
114
Episode 114. Gara-gara Parfum
115
Episode 115. Tempat Teraman
116
Episode 116. Misi Danu?
117
Episode 117. Tertangkapnya Andrea
118
Episode 118. Cerita Danu
119
Episode 119. Berkah atau Musibah...?
120
Episode 120. Tak Ada Peluang
121
Episode 121. Pertemuan
122
Episode 122. Jangan Jadi Pengecut...!
123
Episode 123. Baby Kalila
124
Episode 124. Cinta yang sebenarnya
125
Episode 125. Penyembuh Luka
126
Episode 126. Pertemuan
127
Episode 127.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!