Episode 2. Buat Aku Jatuh Cinta

Arumi menghempaskan tubuh pada kasur yang sejak tadi serasa memanggilnya. Sejenak Ia benamkan wajah pada kasur nan empuk itu dan menutup kedua telinga dengan bantal saat bermacam kata olokan seakan kembali menyasar dalam kedua telinganya. Terlebih saat insiden sketsa wajah kembali menari dalam ingatannya.

"Arumi..." ucap seorang laki-laki yang tak lain adalah Permana--ayah Arumi. Mendengar derit pintu yang terbuka bergegas Arumi menyusut air mata yang sejak tadi terjun bebas. "Ada apa, Ndok...?" tanya Permana. Tangannya mengusap lembut pucuk kepala Arumi.

"Ayah tahu bagaimana perasaanmu, Ndok. Maafkan ayah begitu terlambat menyadarinya. Maafkan ayah..." batin Permana. Laki-laki paruh baya itu begitu menyesali tindakannya beberapa tahun yang lalu.

"Ayah..." ucap Arumi yang langsung menghambur memeluknya. Tangis Arumi kembali pecah dalam dekapan Permana.

"Ada apa, Ndok...?" tanya Permana lagi. Bukan sekali, bahkan berulangkali. Namun tiada kata yang mampu Arumi ucap sebagai jawaban atas pertanyaan tersebut.

Permana menghela nafas dengan berat. "Ndok...manusia tidak ada yang sempurna. Semua pasti mempunyai kekurangan. Dan yakin saja, apa yang sedang kau jalani saat ini adalah bagian hidup untuk cerita indah esok hari. Ayah yakin itu..." ucap Permana akhirnya dengan bijak sambil terus mengusap pucuk kepala Arumi.

"Ayah tidak mengerti bagaimana perasaan ini...?" ucap Arumi di sela tangisnya. Mendengar ucapan putri semata wayangnya itu, Permana tak dapat berkata-kata lagi. Kini ia larut dalam perasaan Arumi. Di dekapnya Arumi dengan erat dan diusapnya punggung gadis bertubuh tambun itu.

"Ndok...yakin saja. Setiap manusia lahir dengan membawa kelebihan seperti yang sudah digariskan Tuhan" ucap Permana sendu mengakhiri diamnya.

"Tapi Arumi tidak tahu apa kelebihan Arumi...?!" ucap Arumi setengah teriak dengan suara parau.

"karena Arumi terlalu sibuk dengan kekurangan Arumi"

Deg.

Arumi terdiam. Kata-kata Permana barusan berhasil menohok hatinya. Sebagian hatinya benar-benar membenarkan setiap ucapan Permana. Dan sebagian lagi bak mencibir karena ia tahu bagaimana rasanya berada pada situasi dimana timbangan berat badan dianggap lebih relevan dibanding timbangan amal kebaikan. Tinggi tubuh lebih utama dibanding harga diri.

Tampak Permana menghela nafas lagi. Kali ini kedua tangannya menegakkan bahu Arumi. Matanya yang basah menatap Arumi lekat jauh kedalam hati.

"Ayah tahu bagaimana perasaanmu, Arumi. Kenapa? Karena aku ayahmu. Dan semua itu terjadi karena ayah. Tapi ayah berjanji akan menebusnya. Ayah akan membuatmu bahagia..." batin Permana.

"Setelah sekian lama aku baru mendapatkan kasih sayang ayah, maka apa pun akan kulakukan demi membuat ayah bahagia. Arumi janji, Yah. Arumi akan menjadi gadis yang kuat..." batin Arumi.

"Arumi percaya pada ayah...?" tanya Permana dengan terus menatap wajah putrinya yang telah basah air mata itu. Arumi mengangguk lemah.

"Itu sudah cukup bagi ayah. Yang pasti ayah yakin, Arumi akan bahagia suatu hari nanti" ucap Permana kemudian sambil mengecup pucuk kepala Arumi dengan lembut.

"Sekarang lihat yang ayah bawa..." ucap Permana sambil mengusap air mata Arumi. Tangannya kemudian menyodorkan sebuah paper bag berwarna biru. Aruni menatap wajah Permana dan isi paper bag bergantian.

"Sahabat ayah akan berkunjung. Anak ayah pakai ini, ya..." ucap Permana sambil mencolek dagu putrinya yang masih terdiam itu.

🌸🌸🌸🌸🌸

Senja sudah menjemput. Langit pun sebagian tertutup lembayung. Warnanya yang kemerahan begitu menenangkan. Arumi tengah bersiap. Ia tengah mematut diri di depan cermin setelah sebelumnya menyelesaikan ibadah sholat maghrib.

Blouse biru dengan motif bunga kecil-kecil di bagian bawahnya ia padu dengan celana berwarna gelap. Sementara rambutnya ia ikat sembarang begitu saja.

Pukul tujuh lewat sepuluh menit. Sebuah mobil mewah keluaran terbaru terlihat parkir di halaman rumah. "Permana..." ucap laki-laki tersebut sambil menjabat dan memeluk Permana.

"William..." ucap Permana sumringah membalas pelukan laki-laki yang dipanggilnya William itu. Kemudian berlanjut menjabat tangan perempuan di sebelah William. Tampak ketiganyaa begitu akrab.

Berada pada situasi tersebut, Arumi mendadak rikuh. Ia mulai menyimpan tatapannya pada ujung kaki. Sementara tangannya tak henti-henti membetulkan letak kacamatanya.

"Ini anakku, Arumi..." ucap Permana yang berhasil mengalihkan perhatian keduanya kepada Arumi.

"Arumi...ini Om Willian dan Tante Dania" ucap Permana yang semakin membuat Arumi kikuk. Pun demikian, Arumi tetap meraih dan mengecup punggung tangan keduanya dengan takzim sambil menyebut nama.

"Arumi..." begitu ucapnya.

"Wah... sopan ya, Pa?..." puji Dania.

"Ya, sekarang sudah jarang anak muda yang mau mencium tangan seperti ini. Kamu hebat Permana, bisa mendidiknya" ucap William.

"Ah, bisa saja. Jika aku hebat, lalu kalian apa? Super hebat toh..." ucap Permana sambil tertawa. Pun demikian dengan kedua sahabat Permana yang super tajir itu.

Di tengah keramahan itu, sejenak mata Permana seakan tengah mencari sesuatu. Bola matanya melirik kesana-kemari. Sadar dengan tingkah Permana, William menepuk bahu Permana.

"Anak kami ada di mobil. Sebentar lagi juga bergabung bersama kita. Maklum saja. Biar sudah malam pun pekerjaannya tak selesai juga" ucap William tersenyum bangga disusul decak kagum Permana.

"Nah itu dia..." ucap Dania saat seorang laki-laki keluar dari dalam mobil sambil terus melakukan percakapan melalui ponselnya hingga berdiri dekat William. "Ini Mirza, putra semata wayang kami..." ucap Dania sambil mengusap lengan anak laki-laki nya itu.

Arumi yang mendengar sebuah nama disebut, sontak mengangkat wajahnya.

"Pak Mirza..." ucap Arumi. Tak dapat dipungkiri lagi jika Arumi dipenuhi rasa terkejut hingga degup jantungnya tak dapat ia ajak damai.

"Kamu..." ucap Mirza saat sadar namanya disebut dengan nada tak biasa.

"Astaga kenapa manusia kulkas ini yang nongol? Aduh, mau ditaruh dimana muka ini. Semoga saja pak Mirza tidak menyinggung soal insiden mobil saat itu. Terlebih tentang sketsa wajah itu. Em, semoga saja..." batin Arumi.

"Ini gadis gembul ternyata anak sahabat papa dan mama. Astaga...rasanya aku ingin lari saja dari tempat ini. Ah, sial. Mengapa mama dan papa begitu ngotot menjodohkan ku dengan gadis seperti ini. Apa sudah tidak ada stock gadis lagi di dunia ini. Mau ditaruh dimana nieh muka jika para relasi ku melihatnya. Ah, sial..." batin Mirza.

"Mirza, ini om Permana. Sahabat papa dan mama sejak masih di SMA" ucap Dania sambil mengulum senyum.

"Mirza..." ucap William sambil menepuk bahu Mirza. Dan hal tersebut nyaris membuat Mirza tergagap dari lamunannya.

"Ma-malam, Om " ucap Mirza menyambut jabatan tangan Permana.

"Ini Arumi. Anak Om satu-satunya. Sepertinya kalian sudah saling kenal..." ucap Permana sambil mengulum senyum saat bertemu mata dengan William dan Dania.

Deg.

Jantung Arumi berdenyut saat tatapan Mirza beralih padanya.

"I-iya, Om. Kebetulan Arumi salah satu mahasiswa saya di kampus XYZ" ucap Mirza dengan wajah datarnya. Hanya ujung bibirnya saja yang memberi senyum. Mungkin sebagai tanda penghargaan kepada Permana.

"Wah, baguslah jika demikian..." ucap William sambil mengikuti langkah Permana memasuki rumah.

Deg.

Deg.

Deg.

"Ah, sial...Mengapa mataku tak dapat lepas dari nya. Desiran aneh itu pun semakin menjalari seluruh tubuhku. Dan jantung ini pun semakin berdegup tak menentu. Terlebih saat ia menatapku dari ujung kaki hingga kepala" batin Arumi.

Walau sedikit gagu, Arumi berhasil mengumpulkan keberaniannya. Arumi pun kembali mengangkat kepalanya. Arumi tertegun.

"Astaga, tinggi sekali nieh manusia kulkas. Aku saja sampai mendongak untuk menatap wajahnya. Wah..." batin Arumi.

"Sial...berani sekali ia menatapku dengan mata empatnya itu. Jadi ternoda ketampaannku ini. Duh, Andrea sayang. Mengapa kau dibandingkan dengan gadis stock terakhir begini?" batin Mirza.

Perang batin antara Arumi dan Mirza berlangsung hingga di meja makan. Keduanya lebih banyak diam, asyik dengan fikiran masing-masing hingga makan malam berakhir.

Pukul delapan lewat sepuluh menit. Obrolan ketiga sahabat pun terus berlanjut. Membuat Arumi dan Mirza yang sejak tadi berkutat dengan ponselnya mulai merasa jenuh.

"Arumi, ajak Mirza ke taman. Di sana kalian bisa berbincang banyak. Mungkin ada banyak hal yang ingin dibicarakan" ucap Permana sedikit tawa yang langsung diamini Arumi dan Mirza yang nyatanya sudah merasa jenuh berada di tengah obrolan kedua orangtua mereka.

Keduanya pun tampak berjalan beriringan melewati halaman rumah dimana mobil mewah keluarga Williams terparkir. Dan sejenak Mirza menghampiri mobil tersebut. Ia mengambil sesuatu yang akhirnya ia sembunyikan dibalik bajunya.

Tak lama , tampak kembali keduanya tengah mengitari sebuah kolam untuk kemudian duduk pada kursi dengan meja bulat berwarna putih di tengahnya.

"Apa kau dan ayah mu yang merencanakan perjodohan ini?" tanya Mirza datar.

"Perjodohan...?"

"Ya. Per-jo-do-han..."

"Ar-Arumi tidak tahu, Pak. Su-sungguh..." ucap Arumi canggung.

"Aku yakin kau tidak keberatan atas perjodohan ini. Apa kau yang membuat ini?" ucap Mirza sambil menyodorkan lembar kertas yang jelas berisi sketsa wajahnya.

Blush....

Wajah Arumi merah padam bak kepiting direbus.

Deg.

Deg.

Deg.

Arumi terdiam. Sekuat tenaga ia berusaha setenang mungkin di tengah situasi yang Mirza ciptakan. Arumi mendamaikan degup jantungnya yang tengah berloncatan tak menentu.

"Kau yang membuatnya? Dan apa kau juga yang membuat tulisan di belakangnya?" ucap Mirza lagi. Spontan Arumi membalik kertas dan menatapi deretan huruf yang cukup panjang.

Arumi semakin menyimpan wajahnya. Ia menggigit bibirnya menahan desiran aneh yang bergejolak di dadanya. Karena ia tahu betul itu adalah benar tulisan tangannya.

"Aku tidak keberatan dengan ungkapan perasaanmu itu..."

"Egh..."

"Em, maksudku tidak keberatan karena itu adalah hak setiap orang. Aku minta kau tidak salah faham. Aku datang bukan berarti menyetujui perjodohan ini. Aku hanya ingin membuat bahagia mama dan papa" ucap Mirza tanpa ekspresi.

"Oya, tentu saja kau tidak akan menerima perjodohan ini. Karena aku bukan gadis yang kau impikan, bukan. Arumi-Arumi... sadarlah..." batin Arumi.

"Ketahuilah...sesungguhnya aku tengah menjalin hubungan dengan seorang gadis. Dan aku amat mencintainya. Tapi entah mengapa mama dan papa tidak merestui hubungan kami tersebut"

Deg.

"Ow, ternyata manusia kulkas ini punya pacar juga. Ku kira tak ada gadis yang mau. Atau mungkin gadisnya pun sama seperti nya. Sama-sama manusia kulkas." batin Arumi.

"Kau mengerti maksud ku..." ucap Mirza datar.

Arumi terdiam. Ia tengah memaknai setiap kata yang sudah dilontarkan laki-laki yang masih bertahan duduk di sebelahnya itu. Laki-laki yang jika dilihat dari ekor matanya, tengah asyik menatap pendar cahaya pada air kolam yang tampak berkilauan. Dan Kilauan itu pun sesekali membias pada wajah tampan laki-laki yang diam-diam sudah ia cintai itu.

"Apa kau mengerti maksud ku..?!" ucap Mirza sekali lagi sedikit meninggi.

"Arumi mengerti. Bapak tidak menerima perjodohan ini, karena bapak sudah memiliki cinta untuk gadis lain. Jadi sebuah kemustahilan jika bapak mencintai saya. Itu kan maksud bapak...?" ucap Arumi menjabarkan ulang maksud Mirza berdasar pemahamannya.

"Good..." ucap Mirza sambil berdiri.

"Tapi aku ingin memberi mu kesempatan. Hitung-hitung memberi angin segar pada mama dan papa ku. Kau baca lembar kedua sketsa itu pada bagian belakangnya..." ucap Mirza lagi.

Kesepakatan perjodohan :

Buatlah aku jatuh cinta pada mu

Kesempatan mu enam bulan untuk

mewujudkan point (1)

Tidak boleh melarang jika aku bersama

gadis yang aku cintai

Tidak menuntut lebih atas kompensasi

selama mewujudkan point (1)

Tidak boleh baper

"Apa ini? Semacam perjanjian? Atau apa?Dasar manusia kulkas, kau ingin membuat kegilaan rupanya" batin Arumi.

"Apa maksudnya...?" tanya Arumi sambil melangkah panjang karena Mirza baru saja meninggalkannya.

"Aku menghargai keinginan mama dan papa ku. Dan aku tidak ingin membuat keduanya kecewa. Maka aku memberimu kesempatan seperti yang tertulis itu. Jika kau berhasil maka aku akan jadi budak cinta mu. Tapi jika tidak maka kau harus menyingkir dari jalan cintaku bersama gadis yang aku cintai. Bagaimana?" ucap Mirza sambil berdiri dan menatap Arumi.

Glekk...

Arumi kembali terpaksa menelan saliva kelatnya dengan berat. Arumi gamang. Ia tidak tahu harus berkata apa dalam situasinya saat ini.

"Tidak sanggup menerima tantangan ku? ya, baiklah. Aku akan mengatakan pada kedua orangtua kita, bahwa kau yang menolak perjodohan ini" ucap Mirza sambil berlalu.

Arumi kembali tertegun. Ada kegamangan yang menggelayuti ujung hatinya. Matanya menatap punggung Mirza yang hampir hilang di balik dinding ruangan dimana ketiga sahabat tengah berbincang.

"Jika pak Mirza menyampaikan bahwa aku yang menolak, bagaimana perasaan ayah di depan kedua sahabatnya itu. Hadeeuh...aku harus apa? Aku memang mencintainya tapi tak mungkin rasanya memilikinya mengingat ia sudah mencintai gadis lain..." batin Arumi.

"Mama, papa, dan om...maaf. Setelah berbincang sepertinya Arumi..."

"Tunggu..." ucap Arumi menghentikan kata yang bersiap meluncur dari bibir Mirza.

"Ikut aku...." ucap Arumi sambil menarik lengan Mirza yang manut saja diperlakukan demikian.

Tersenyum ketiga orang yang memang bermaksud menjodohkan Arumi dan Mirza. Ketiganya saling menatap saat melihat acara tarik menarik yang tengah terjadi.

"Ok. Aku setuju... Pena?" ucap Arumi yang langsung menandatangani lembar kertas putih berisi empat point yang sudah ia baca sebelumnya sesaat setelah ia menerima sebuah pena dari Mirza. Dan Mirza pun melakukan hal yang sama, yaitu menandatangi lembar tersebut.

"Maaf Arumi, jelas aku tidak dapat menerimamu. Tapi aku akan membuat situasi kaulah yang mundur teratur atas perjodohan ini, bukan aku. Karena dapat aku pastikan selama enam bulan kau tidak akan mendapat perhatianku sedikit pun, apalagi cinta ku" batin Mirza. Wajahnya menyiratkan sebuah kemenangan.

Episodes
1 Episode 1. Aku Arumi
2 Episode 2. Buat Aku Jatuh Cinta
3 Episode 3. Menjadi Kuat dan Berani
4 Episode 4. Hinaan Terakhir
5 Episode 5. Perhelatan Kampus
6 Episode 6. Cemburu
7 Episode 7. Rencana Andrea
8 Episode 8. Kau Berbeda
9 Episode 9. Ujian Diet...
10 Episode 10. Menginap di Rumah Sakit
11 Episode 11. Desiran Aneh
12 Episode 12. Liburan Singkat Bersama Keluarga William
13 Episode 13. Bertemu Wewe Gombel
14 Episode 14. Pernyataan Cinta
15 Episode 15. Kecemburuan Mirza.
16 Episode 16. Rencana Andrea
17 Episode 17. Terungkapnya Kejahatan Andrea
18 Episode 18. Pembalasan Arumi
19 Episode 19. Hukuman Terenak
20 Episode 20. Cinta Mirza, Kegamangan Arumi
21 Episode 21. Oleh-oleh Ayah
22 Episode 22. Quiz Dadakan
23 Episode 23. Kegelisahan itu Milik siapa?
24 Episode 24. Ada yang Kangen...
25 Episode 25. Keyakinan Mirza
26 Episode 26. Gadis Ajaib itu...Gadisku
27 Episode 27. Aku ingin Bersamamu...
28 Episode 28. Selamat Tinggal, Pak Mirza...
29 Episode 29. Arumi Menghilang
30 Episode 30. Arumi, Dimana Kau...?
31 Episode 31. Kecemasan Mirza
32 Episode 32. Pencarian Mirza
33 Episode 33. Flashback Arumi
34 Episode 34. Pertemuan Arumi dan Mirza
35 Episode 35. Dia Gadis Ku
36 Episode 36. Hukuman
37 Episode 37. Kangen
38 Episode 38. Berita Sampah
39 Episode 39. Ancaman Mirza
40 Episode 40. Menikah, yuk...
41 Episode 41. Surat Izin Menikah
42 Episode 42. Permintaan Permana
43 Episode 43. Proposal
44 Episode 44. Dalang Penyebar Berita Hoax
45 Episode 45. Hukuman Shereen...
46 Episode 46. Ayah....
47 Episode 47. Cara Ampuh Mirza
48 Episode 48. Menyusun Rencana
49 Episode 49. Bertemu "Nyai" (1)
50 Episode 50. Bertemu "Nyai" (2)
51 Episode 51. Terbongkar
52 Episode 52. Siapa Dalang Perusakan?
53 Episode 53. Kecewa dan Amarah
54 Episode 54. Penasaran
55 Episode 55. Saudara Laki-laki Se-ibu
56 Episode 56. Kakak Lain Ayah
57 Episode 57. Mungkinkah Andrea Pelakunya?
58 Episode 58. Gala Dinner
59 Episode 59. Pengakuan Dua Laki-laki
60 Episode 60. Hampir Saja....
61 Episode 61. Tangis Shereen
62 Episode 62. Ada Apa...?
63 Episode 63. Dilema Dua Hati
64 Episode 64. Satu Jam Terasa Setahun
65 Episode 65. Sendu di Pagi Hari
66 Episode 66. Permintaan Permana...
67 Episode 67. Rencana Pernikahan
68 Episode 68. Wali Nikah
69 Episode 69. Jangan Tinggalkan Arumi, Yah...
70 Episode 70. Sebait Doa Terindah
71 Episode 71. Sedihnya Arumi
72 Episode 72. Sendu Yang Berubah Merah Jambu
73 Episode 73. Maafkan Aku...
74 Episode 74. Apakah Korban itu Mirza...?
75 Episode 75. Skenario Pertemuan
76 Episode 76. Dua Pendekar
77 Episode 77. Kesempatan Dalam Kesempitan
78 Episode 78. Pernyataan Dokter Faaz
79 Episode 79. Di Lorong Yang Lengang
80 Episode 80. Rindu Yang Membuncah
81 Episode 81. Rindu Yang Membuncah Lagi
82 Episode 82. Undangan
83 Episode 83. Kegamangan Edward
84 Episode 84. Andrea...
85 Episode 85. Keive...(1)
86 Episode 86. Keive...(2)
87 Episode 87. Mangsa Memangsa Mangsa...
88 Episode 88. Jaring-jaring Kepalsuan
89 Episode 89. Permintaan Keive
90 Episode 90. Jatuh Hati
91 Episode 91. Mencintai Sepanjang Mau Kita...
92 Episode 92. Pertemuan
93 Episode 93. Beri Kesempatan
94 Episode 94. Rencana
95 Episode 95. Tepok Jidat Atas Sebuah Kebenaran
96 Episode 96. Rencana Keive dan Vanya
97 Episode 97. Vanya Oh Vania...
98 Episode 98. Misi Selesai...
99 Episode 99. Permintaan Keive
100 Episode 100. Misi Selanjutnya
101 Episode 101. Jalan Cerita...
102 Episode 102. Mencari File Rahasia
103 Episode 103. Api Amarah (Aku Harus Apa...?)
104 Episode 104. Api Amarah Lagi...
105 Episode 105. Terima Kasih
106 Episode 106. Ancaman Andrea
107 Episode 107. Ketidakpedulian Andrea
108 Episode 108. Pecinta Sejati
109 Episode 109. Kepergian Keive
110 Episode 110. Catatan Keive
111 Episode 111. Cerita Keive Lagi...
112 Episode 112. Hari Kebebasan Ryu...
113 Episode 113. Permintaan Andrea, Rencana Ryu
114 Episode 114. Gara-gara Parfum
115 Episode 115. Tempat Teraman
116 Episode 116. Misi Danu?
117 Episode 117. Tertangkapnya Andrea
118 Episode 118. Cerita Danu
119 Episode 119. Berkah atau Musibah...?
120 Episode 120. Tak Ada Peluang
121 Episode 121. Pertemuan
122 Episode 122. Jangan Jadi Pengecut...!
123 Episode 123. Baby Kalila
124 Episode 124. Cinta yang sebenarnya
125 Episode 125. Penyembuh Luka
126 Episode 126. Pertemuan
127 Episode 127.
Episodes

Updated 127 Episodes

1
Episode 1. Aku Arumi
2
Episode 2. Buat Aku Jatuh Cinta
3
Episode 3. Menjadi Kuat dan Berani
4
Episode 4. Hinaan Terakhir
5
Episode 5. Perhelatan Kampus
6
Episode 6. Cemburu
7
Episode 7. Rencana Andrea
8
Episode 8. Kau Berbeda
9
Episode 9. Ujian Diet...
10
Episode 10. Menginap di Rumah Sakit
11
Episode 11. Desiran Aneh
12
Episode 12. Liburan Singkat Bersama Keluarga William
13
Episode 13. Bertemu Wewe Gombel
14
Episode 14. Pernyataan Cinta
15
Episode 15. Kecemburuan Mirza.
16
Episode 16. Rencana Andrea
17
Episode 17. Terungkapnya Kejahatan Andrea
18
Episode 18. Pembalasan Arumi
19
Episode 19. Hukuman Terenak
20
Episode 20. Cinta Mirza, Kegamangan Arumi
21
Episode 21. Oleh-oleh Ayah
22
Episode 22. Quiz Dadakan
23
Episode 23. Kegelisahan itu Milik siapa?
24
Episode 24. Ada yang Kangen...
25
Episode 25. Keyakinan Mirza
26
Episode 26. Gadis Ajaib itu...Gadisku
27
Episode 27. Aku ingin Bersamamu...
28
Episode 28. Selamat Tinggal, Pak Mirza...
29
Episode 29. Arumi Menghilang
30
Episode 30. Arumi, Dimana Kau...?
31
Episode 31. Kecemasan Mirza
32
Episode 32. Pencarian Mirza
33
Episode 33. Flashback Arumi
34
Episode 34. Pertemuan Arumi dan Mirza
35
Episode 35. Dia Gadis Ku
36
Episode 36. Hukuman
37
Episode 37. Kangen
38
Episode 38. Berita Sampah
39
Episode 39. Ancaman Mirza
40
Episode 40. Menikah, yuk...
41
Episode 41. Surat Izin Menikah
42
Episode 42. Permintaan Permana
43
Episode 43. Proposal
44
Episode 44. Dalang Penyebar Berita Hoax
45
Episode 45. Hukuman Shereen...
46
Episode 46. Ayah....
47
Episode 47. Cara Ampuh Mirza
48
Episode 48. Menyusun Rencana
49
Episode 49. Bertemu "Nyai" (1)
50
Episode 50. Bertemu "Nyai" (2)
51
Episode 51. Terbongkar
52
Episode 52. Siapa Dalang Perusakan?
53
Episode 53. Kecewa dan Amarah
54
Episode 54. Penasaran
55
Episode 55. Saudara Laki-laki Se-ibu
56
Episode 56. Kakak Lain Ayah
57
Episode 57. Mungkinkah Andrea Pelakunya?
58
Episode 58. Gala Dinner
59
Episode 59. Pengakuan Dua Laki-laki
60
Episode 60. Hampir Saja....
61
Episode 61. Tangis Shereen
62
Episode 62. Ada Apa...?
63
Episode 63. Dilema Dua Hati
64
Episode 64. Satu Jam Terasa Setahun
65
Episode 65. Sendu di Pagi Hari
66
Episode 66. Permintaan Permana...
67
Episode 67. Rencana Pernikahan
68
Episode 68. Wali Nikah
69
Episode 69. Jangan Tinggalkan Arumi, Yah...
70
Episode 70. Sebait Doa Terindah
71
Episode 71. Sedihnya Arumi
72
Episode 72. Sendu Yang Berubah Merah Jambu
73
Episode 73. Maafkan Aku...
74
Episode 74. Apakah Korban itu Mirza...?
75
Episode 75. Skenario Pertemuan
76
Episode 76. Dua Pendekar
77
Episode 77. Kesempatan Dalam Kesempitan
78
Episode 78. Pernyataan Dokter Faaz
79
Episode 79. Di Lorong Yang Lengang
80
Episode 80. Rindu Yang Membuncah
81
Episode 81. Rindu Yang Membuncah Lagi
82
Episode 82. Undangan
83
Episode 83. Kegamangan Edward
84
Episode 84. Andrea...
85
Episode 85. Keive...(1)
86
Episode 86. Keive...(2)
87
Episode 87. Mangsa Memangsa Mangsa...
88
Episode 88. Jaring-jaring Kepalsuan
89
Episode 89. Permintaan Keive
90
Episode 90. Jatuh Hati
91
Episode 91. Mencintai Sepanjang Mau Kita...
92
Episode 92. Pertemuan
93
Episode 93. Beri Kesempatan
94
Episode 94. Rencana
95
Episode 95. Tepok Jidat Atas Sebuah Kebenaran
96
Episode 96. Rencana Keive dan Vanya
97
Episode 97. Vanya Oh Vania...
98
Episode 98. Misi Selesai...
99
Episode 99. Permintaan Keive
100
Episode 100. Misi Selanjutnya
101
Episode 101. Jalan Cerita...
102
Episode 102. Mencari File Rahasia
103
Episode 103. Api Amarah (Aku Harus Apa...?)
104
Episode 104. Api Amarah Lagi...
105
Episode 105. Terima Kasih
106
Episode 106. Ancaman Andrea
107
Episode 107. Ketidakpedulian Andrea
108
Episode 108. Pecinta Sejati
109
Episode 109. Kepergian Keive
110
Episode 110. Catatan Keive
111
Episode 111. Cerita Keive Lagi...
112
Episode 112. Hari Kebebasan Ryu...
113
Episode 113. Permintaan Andrea, Rencana Ryu
114
Episode 114. Gara-gara Parfum
115
Episode 115. Tempat Teraman
116
Episode 116. Misi Danu?
117
Episode 117. Tertangkapnya Andrea
118
Episode 118. Cerita Danu
119
Episode 119. Berkah atau Musibah...?
120
Episode 120. Tak Ada Peluang
121
Episode 121. Pertemuan
122
Episode 122. Jangan Jadi Pengecut...!
123
Episode 123. Baby Kalila
124
Episode 124. Cinta yang sebenarnya
125
Episode 125. Penyembuh Luka
126
Episode 126. Pertemuan
127
Episode 127.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!