150 Cm

150 Cm

Episode 1. Aku Arumi

Arumi adalah putri tunggal Permana. Selama kurang lebih sepuluh tahun Arumi menjalani hidup tanpa kehadiran sosok seorang ibu. Sejak usia delapan tahun ibunya telah meninggalkannya untuk selama-lamanya. Dan untuk sampai pada situasi saat ini, bukanlah suatu hal yang mudah bagi Arumi. Selain kesedihan yang mendera, Arumi pun mengalami banyak celaan berkenaan dengan pertumbuhan dan perkembangannya.

Arumi frustasi saat tinggi dan berat tubuhnya menjadi olokan. Yaa..di usianya yang genap delapan belas tahun, Arumi memiliki tinggi tubuh 150 cm dengan berat tubuh hampir menembus angka tujuh puluh kilogram. Belum lagi kacamata yang bertengger menemani hari-harinya.

"Hei semampai..." ucap seorang teman sembari duduk di atas motornya. "Apa tuh semampai...?" timpal seorang lagi. "Semeter tak sampai..." ucap mereka bersamaan dibarengi dengan kekeh yang cukup membuat merah padam wajah si empunya.

KTak...

"Aw..."

Arumi mengaduh saat jari telunjuk Bima mampir di keningnya . Hal tersebut berhasil membuat Arumi mengusap keningnya sambil meringis memperlihatkan gigi putihnya.

"Bul...Bul, Mbok ya kalau disapa itu jawab. Jangan malah ngelamun" ucap Bima lagi sambil berwajah kesal.

"Bulbul...? Siapa? Aku...?" tanya Arumi memasang wajah bingung.

"Ya, siapa lagi. Kan cuma ada kamu, Bul. Emang ada kucing di sini?" ucap Bima.

"Bulbul...? It-itu bukan nama ku..." ucap Arumi sambil memainkan ujung bajunya.

"Bulbul itu panggilan istimewa kami untuk kamu. Sebab Bulbul...sangat cocok dengan mu. Bulbul...gembul" ucap Bima terkekeh diikuti kedua teman lainnya.

Arumi manyun. Kakinya dihentak berulangkali sambil memasang wajah kesal.

"Wow...ada gempa" ucap Bima dan lainnya sambil berjalan terhuyung seakan hilang keseimbangan.

"Kalian...!" teriak Arumi. Kali ini wajahnya terpasang mode marah.

"Dasar cowok ga berahang. Ngomong ga pake saringan. Seenaknya saja mengataiku. Awas ya, nanti akan ku balas. Jika tidak dikehidupan ini, maka dikehidupan lainnya. Aku pastikan itu" batin Arumi.

Arumi hanya bisa menatap kepergian ketiga laki-laki itu dari hadapannya.

Belum tuntas kesalnya, kini Arya kembali menguras emosinya. Arya menarik paksa tas Arumi dan membongkarnya tanpa permisi.

"Apa yang kau lakukan...?!" ucap Arumi sambil berusaha mengambil kembali tas miliknya.

"Sebentar..." cegah Arya dengan sebelah tangannya sambil memutar sedikit tubuhnya.

"Dapat..." ucap Arya dengan wajah sumringah sembari menunjukkan sebuah buku dari dalam tas Arumi.

"Aku pinjam ya, Bul. Kau kan mahasiswi yang rajin mencatat" ucap Arya sambil melempar tas tepat mengenai wajah Arumi. Mengepal tangan Arumi menahan kesalnya.

"Dasar kutu kupret. Apa tidak bisa meminjam secara baik-baik. Bulbul...bulbul. Enak saja memanggilku seperti itu. Ah, sial...." batin Arumi.

Kemudian tangannya meraih beberapa perlengkapan yang berserakan dengan kesal dan memasukkannya kembali dalam tasnya. Begitu fokus, hingga Arumi tidak menyadari jika sejak tadi ada sepasang mata yang mengamatinya.

"Diledekin lagi? Kenapa tidak melawan..." ucap seorang laki-laki. Arumi terdiam. Matanya langsung terkunci pada sosok yang baru saja mengubah tempat duduknya sehingga kini ia berada tak jauh dari Arumi. Mata laki-laki itu sesekali menatap Arumi yang masih tertegun. Sementara sebelah tangannya menjangkau sebuah buku yang masih tergeletak tak jauh dari tempatnya duduk. Laki-laki itu pun menyodorkannya kepada Arumi.

"Te-terima kasih, Pak..."

"Duh...pak Elvano makin hari makin ganteng saja. Andai kan...Stop Arumi, jangan berkhayal macam-macam" batin Arumi sambil melihat Elvano dengan ekor matanya.

"Kamu harus balas sekali-kali Arumi" ucapnya kemudian. "Kalau saya mau, saya akan lakukan..." ucap Arumi datar. Entah darimana ia mendapat keberanian itu. Mungkin karena sikap humble Elvano yang membuat Arumi bak memiliki kekuatan untuk menyatakan pendapat.

"Kalau saya mau, saya akan lakukan. Apa maksud gadis ini..." batin Elvano.

"Lalu kenapa kau tidak mau melakukannya...?" ucap Elvano berharap mendapat jawaban yang akurat. "Karena Arumi tidak berani, Bapak..." ucap Arumi sedikit ketus.

"Astaga..." ucap Elvano sambil menepuk keningnya. Matanya menatap kepergian Arumi yang tergesa. Kepalanya menggeleng penuh heran.

Brukk...

Arumi menabrak tubuh seorang laki-laki yang tengah berjalan berlawanan arah dengannya. Tubuh Arumi sedikit limbung. Beruntung ia mampu segera menyeimbangkan tubuhnya. "Ma-maaf..." ucap Arumi gagu tanpa melihat sosok yang telah ditabraknya. Arumi lebih asyik merapikan lembar kertas yang terburai dari dekapannya. Sementara si laki-laki hanya berdiri dan menatap sekilas Arumi. Kemudian melangkah beberapa langkah menuju Elvano, sahabat sekaligus asistennya.

"Astaga..." ucap Elvano lagi saat melihat peristiwa tersebut. Lagi-lagi tangannya menepuk keningnya sambil mengurai senyum.

"Kau jatuh hati...? Sepertinya kau perhatian sekali padanya?" ucap Mirza Adyatma--seorang pengusaha muda sukses nomor satu di Indonesia. Saat ini Mirza tengah menjadi dosen tamu untuk mata kuliah manajemen bisnis di kampus XYZ pada semester kedua ini.

"Jatuh hati...? Padanya?" ucap Elvano yang spontan menatap Mirza.

"Bhuahaha...." tawa Elvano membahana.

"Ah, pura-pura kau El..."

"Tidak. Aku hanya kasian padanya. Mahasiswi yang terbilang pandai, mendapat olokan hanya karena fisik yang tak sempurna..." ucap Elvano. Mirza mengerutkan kedua alisnya. Ia tengah mencerna perkataan Elvano--sahabat sekaligus asisten pribadinya itu.

Pukul sembilan lewat lima belas menit. Lima belas menit lagi, perkuliahan jam kedua akan segera di mulai. Arumi melangkah dengan tergesa. Namun saat melewati kerumunan mahasiswa, Arumi menangkap beberapa pasang mata yang sesekali menatapnya lekat bergantian dengan papan pengumuman. Mereka pun terdengar kasak-kusuk seperti membicarakan sesuatau. Arumi menjadi penasaran. Kemudian Arumi menghampiri kerumunan dan berhasil menembusnya.

"What....!!

Arumi tertegun.

"Ap-apa ini..? ucap Arumi gagu. Matanya menatap kaku pada sebuah sketsa yang tertempel papan pengumuman. Sketsa yang amat ia kenal. Karena seratus persen ia ingat itu adalah hasil goresan tangannya. Sketsa yang menampilkan wajah Mirza Adyatma.

Yang membuat dada Arumi sesak adalah tulisan yang tertera sebagai penghantar sketsa.

"Si semampai alias si gembul sedang jatuh cinta..." baca Arumi. Dadanya bergemuruh hebat dan sepertinya tengah bersiap menjadi badai.

Jelas tulisan itu ditujukan padanya. Karena tiada lain lagi di kampus ini yang dianugerahi gelar se-nyentrik itu, semampai dan gembul selain dirinya. Hampir menitik air mata Arumi berada pada situasi tersebut.

Tak ingin berlama-lama, akhirnya Arumi memilih untuk meraih sketsa tersebut dan merobeknya kasar. Perbuatannya itu dibarengi dengan mahasiswa yang meng-hu serentak.

"Hah...si pungguk merindukan bulan" ucap Shereen di sela kekehnya yang terus mengisi gendang telinga Arumi.

Bhuahaha....

Tawa hampir seluruh mahasiswa yang ada. Mendengar itu, langkah Arumi menjadi panjang meninggalkan area gedung. Kedua matanya sudah menyimpan air mata dan sesaat lagi akan terjun bebas.

Seiring rasa pilu dan malu, langkah Arumi semakin tak terkendali hingga ia tak memperhatikan lajur jalan. Bahkan bayangannya sendiri pun tak ia pedulikan. Saat ini ia hanya ingin menghilang dari tatapan menyudutkan dari setiap pasang mata yang menatapnya.

Ciiiiiit....!

Suara mesin mobil mencicit. Suara cicitnya telah berhasil mencubit sisi jantung Arumi. Arumi menjadi ciut. Wajahnya pasi dengan degup jantung yang berkejaran tak menentu, bak genderang ditabuh bertalu. Bagaimana tidak, saat sebuah mobil berhenti mendadak dan hanya berjarak beberapa sentimeter saja dari tempatnya berdiri. Arumi terpaku. Seluruh urat syarafnya menegang. Dan kemudian tubuhnya me-lesu, tiada energi lagi.

"Ya, Tuhan... Tolong aku" batin Arumi sambil berusaha mendamaikan degup jantungnya.

"Ini gadis pendek dan gembul sungguh keterlaluan. Seenaknya saja melintas tanpa memperhatikan jalan. Sial...!"

Tak lama pintu mobil terbuka. Seorang laki-laki berwajah tampan, bertubuh tinggi dan tegap keluar dari mobil sport berwarna silver. Sejenak ia melempar tatapan pada sekitar. Lalu melangkah mantap menghampiri Arumi. Mata Arumi terkunci pada sosok tampan itu. Jantung Arumi semakin berdegup hebat dan sepertinya sulit di damaikan jika terus-menerus berdekatan dengan si tampan itu.

"Aah..tampan sekali kau, Pak. Seandainya...Hus! banyak halu kau Arumi. Pikirkan nasib mi sekarang" batin Arumi.

Arumi tertunduk pasrah. Karena ia tahu ialah yang bersalah.

Glek...

Arumi terpaksa menelan saliva lekatnya, walau terasa sulit saat laki-laki tampan yang tak lain tak bukan adalah Mirza berdiri tepat dihadapannya dengan menghadiahi tatapan yang begitu mengintimidasi.

"Eegh...Dasar manusia kulkas. Marah saja tetap tanpa ekspresi-- begitu datar. Begitu dingin. Begitu semakin membuat degup jantung ini berlarian tak karuan" batin Arumi saat tatapan Mirza benar-benar mempengaruhi suasana hatinya.

KTak...

Jari telunjuk Mirza mendarat tepat pada kening Arumi sehingga gadis itu terhenyak dari lamunannya.

"Awa...!"

Tangan Arumi sontak memegang kening yang yang baru saja dihadiahi sentilan oleh Mirza.

"Sedang kebelet ya? Sampai-sampai jalan seperti milik sendiri" ucap Mirza yang terus menatap Arumi tanpa ekspresi berarti.

"Ah, kau tidak tahu jika ini semua bapak lah penyebabnya. Jika saja aku tidak membuat sketsa wajah bapak, jika saja lembaran kertas sketsa wajah bapak tak terjatuh, jika saja...jika saja...jika saja...Tentu hal memalukan ini tak kan pernah aku alami. Duh...aku malu sekali. Jika ada sumur jin sekali pun, aku akan tetap terjun sekedar untuk nersembunyi" batin kembali Arumi.

"Minggir. Aku mau lewat. Aku membutuhkan jalan ini untuk sampai ke kelasku" ucap Mirza. Lagi-lagi tanpa ekspresi bermakna. Arumi sempat bergidik mendapati situasi tersebut.

"Hii...! angkuh sekali. Dasar manusia kulkas..." Arumi membatin. Ada kesal yang menelusup dalam relung hati dan tak dapat terelakkan lagi.

Arumi pun akhirnya menepi. Memberi jalan pada sang dosen kulkas untuk berlalu bersama mobil mewahnya. Mata Arumi menatap gagu laki-laki tampan yang kini sudah kembali duduk di belakang kemudi.

"Fiuh...."

Arumi mendengus lega. Tangannya mengelus dadanya berulangkali. Sekali Arumi menjura saat mobil Mirza melewatinya sebagai permintaan maafnya.

"Haduh, beruntung si manusia kulkas tidak melakukan apa-apa. Tak terbayang jika ia mencak-mencak memarahi ku. Kan semakin malu..." batin Arumi.

Pukul sembilan lewat tiga puluh menit. Arumi terisak dalam toilet. Ia menumpahkan segala sesal dan goretan luka dalam hatinya.

"Mengapa kau sebodoh ini. Mengapa kau harus membuat sketsa wajahnya. Dasar bodoh...kau Arumi. Kini hendak kau taruh dimana mukamu, jika hampir setiap orang mengetahui bahwa kau menyukai pak Mirza. Haduh, Apa kata pak Mirza. Bodoh kau Arumi..." batin Arumi yang kian tak menentu. Berulangkali tangannya mengusap kasar wajahnya.

Terpopuler

Comments

玫瑰

玫瑰

kerana tajuk nya, aku singgah di sini. Dengan ketinggian 148cm, aku rasa tidak ada masalah dengan sekeliling cuma aku lebih kurus dan dikategorikan sebagai remaja walau umur ku 43 tahun..hahaha

2024-10-12

0

Lee

Lee

Hai kak..
My ice girl saranghae dan I Want a Baby mampir ya..
salam kenal..

2022-04-24

2

♋잋하그울💞

♋잋하그울💞

Aku mampir nih, nyicil satu dulu ya. Kata²nya udah bagus kok. semangat ya

2022-04-09

1

lihat semua
Episodes
1 Episode 1. Aku Arumi
2 Episode 2. Buat Aku Jatuh Cinta
3 Episode 3. Menjadi Kuat dan Berani
4 Episode 4. Hinaan Terakhir
5 Episode 5. Perhelatan Kampus
6 Episode 6. Cemburu
7 Episode 7. Rencana Andrea
8 Episode 8. Kau Berbeda
9 Episode 9. Ujian Diet...
10 Episode 10. Menginap di Rumah Sakit
11 Episode 11. Desiran Aneh
12 Episode 12. Liburan Singkat Bersama Keluarga William
13 Episode 13. Bertemu Wewe Gombel
14 Episode 14. Pernyataan Cinta
15 Episode 15. Kecemburuan Mirza.
16 Episode 16. Rencana Andrea
17 Episode 17. Terungkapnya Kejahatan Andrea
18 Episode 18. Pembalasan Arumi
19 Episode 19. Hukuman Terenak
20 Episode 20. Cinta Mirza, Kegamangan Arumi
21 Episode 21. Oleh-oleh Ayah
22 Episode 22. Quiz Dadakan
23 Episode 23. Kegelisahan itu Milik siapa?
24 Episode 24. Ada yang Kangen...
25 Episode 25. Keyakinan Mirza
26 Episode 26. Gadis Ajaib itu...Gadisku
27 Episode 27. Aku ingin Bersamamu...
28 Episode 28. Selamat Tinggal, Pak Mirza...
29 Episode 29. Arumi Menghilang
30 Episode 30. Arumi, Dimana Kau...?
31 Episode 31. Kecemasan Mirza
32 Episode 32. Pencarian Mirza
33 Episode 33. Flashback Arumi
34 Episode 34. Pertemuan Arumi dan Mirza
35 Episode 35. Dia Gadis Ku
36 Episode 36. Hukuman
37 Episode 37. Kangen
38 Episode 38. Berita Sampah
39 Episode 39. Ancaman Mirza
40 Episode 40. Menikah, yuk...
41 Episode 41. Surat Izin Menikah
42 Episode 42. Permintaan Permana
43 Episode 43. Proposal
44 Episode 44. Dalang Penyebar Berita Hoax
45 Episode 45. Hukuman Shereen...
46 Episode 46. Ayah....
47 Episode 47. Cara Ampuh Mirza
48 Episode 48. Menyusun Rencana
49 Episode 49. Bertemu "Nyai" (1)
50 Episode 50. Bertemu "Nyai" (2)
51 Episode 51. Terbongkar
52 Episode 52. Siapa Dalang Perusakan?
53 Episode 53. Kecewa dan Amarah
54 Episode 54. Penasaran
55 Episode 55. Saudara Laki-laki Se-ibu
56 Episode 56. Kakak Lain Ayah
57 Episode 57. Mungkinkah Andrea Pelakunya?
58 Episode 58. Gala Dinner
59 Episode 59. Pengakuan Dua Laki-laki
60 Episode 60. Hampir Saja....
61 Episode 61. Tangis Shereen
62 Episode 62. Ada Apa...?
63 Episode 63. Dilema Dua Hati
64 Episode 64. Satu Jam Terasa Setahun
65 Episode 65. Sendu di Pagi Hari
66 Episode 66. Permintaan Permana...
67 Episode 67. Rencana Pernikahan
68 Episode 68. Wali Nikah
69 Episode 69. Jangan Tinggalkan Arumi, Yah...
70 Episode 70. Sebait Doa Terindah
71 Episode 71. Sedihnya Arumi
72 Episode 72. Sendu Yang Berubah Merah Jambu
73 Episode 73. Maafkan Aku...
74 Episode 74. Apakah Korban itu Mirza...?
75 Episode 75. Skenario Pertemuan
76 Episode 76. Dua Pendekar
77 Episode 77. Kesempatan Dalam Kesempitan
78 Episode 78. Pernyataan Dokter Faaz
79 Episode 79. Di Lorong Yang Lengang
80 Episode 80. Rindu Yang Membuncah
81 Episode 81. Rindu Yang Membuncah Lagi
82 Episode 82. Undangan
83 Episode 83. Kegamangan Edward
84 Episode 84. Andrea...
85 Episode 85. Keive...(1)
86 Episode 86. Keive...(2)
87 Episode 87. Mangsa Memangsa Mangsa...
88 Episode 88. Jaring-jaring Kepalsuan
89 Episode 89. Permintaan Keive
90 Episode 90. Jatuh Hati
91 Episode 91. Mencintai Sepanjang Mau Kita...
92 Episode 92. Pertemuan
93 Episode 93. Beri Kesempatan
94 Episode 94. Rencana
95 Episode 95. Tepok Jidat Atas Sebuah Kebenaran
96 Episode 96. Rencana Keive dan Vanya
97 Episode 97. Vanya Oh Vania...
98 Episode 98. Misi Selesai...
99 Episode 99. Permintaan Keive
100 Episode 100. Misi Selanjutnya
101 Episode 101. Jalan Cerita...
102 Episode 102. Mencari File Rahasia
103 Episode 103. Api Amarah (Aku Harus Apa...?)
104 Episode 104. Api Amarah Lagi...
105 Episode 105. Terima Kasih
106 Episode 106. Ancaman Andrea
107 Episode 107. Ketidakpedulian Andrea
108 Episode 108. Pecinta Sejati
109 Episode 109. Kepergian Keive
110 Episode 110. Catatan Keive
111 Episode 111. Cerita Keive Lagi...
112 Episode 112. Hari Kebebasan Ryu...
113 Episode 113. Permintaan Andrea, Rencana Ryu
114 Episode 114. Gara-gara Parfum
115 Episode 115. Tempat Teraman
116 Episode 116. Misi Danu?
117 Episode 117. Tertangkapnya Andrea
118 Episode 118. Cerita Danu
119 Episode 119. Berkah atau Musibah...?
120 Episode 120. Tak Ada Peluang
121 Episode 121. Pertemuan
122 Episode 122. Jangan Jadi Pengecut...!
123 Episode 123. Baby Kalila
124 Episode 124. Cinta yang sebenarnya
125 Episode 125. Penyembuh Luka
126 Episode 126. Pertemuan
127 Episode 127.
Episodes

Updated 127 Episodes

1
Episode 1. Aku Arumi
2
Episode 2. Buat Aku Jatuh Cinta
3
Episode 3. Menjadi Kuat dan Berani
4
Episode 4. Hinaan Terakhir
5
Episode 5. Perhelatan Kampus
6
Episode 6. Cemburu
7
Episode 7. Rencana Andrea
8
Episode 8. Kau Berbeda
9
Episode 9. Ujian Diet...
10
Episode 10. Menginap di Rumah Sakit
11
Episode 11. Desiran Aneh
12
Episode 12. Liburan Singkat Bersama Keluarga William
13
Episode 13. Bertemu Wewe Gombel
14
Episode 14. Pernyataan Cinta
15
Episode 15. Kecemburuan Mirza.
16
Episode 16. Rencana Andrea
17
Episode 17. Terungkapnya Kejahatan Andrea
18
Episode 18. Pembalasan Arumi
19
Episode 19. Hukuman Terenak
20
Episode 20. Cinta Mirza, Kegamangan Arumi
21
Episode 21. Oleh-oleh Ayah
22
Episode 22. Quiz Dadakan
23
Episode 23. Kegelisahan itu Milik siapa?
24
Episode 24. Ada yang Kangen...
25
Episode 25. Keyakinan Mirza
26
Episode 26. Gadis Ajaib itu...Gadisku
27
Episode 27. Aku ingin Bersamamu...
28
Episode 28. Selamat Tinggal, Pak Mirza...
29
Episode 29. Arumi Menghilang
30
Episode 30. Arumi, Dimana Kau...?
31
Episode 31. Kecemasan Mirza
32
Episode 32. Pencarian Mirza
33
Episode 33. Flashback Arumi
34
Episode 34. Pertemuan Arumi dan Mirza
35
Episode 35. Dia Gadis Ku
36
Episode 36. Hukuman
37
Episode 37. Kangen
38
Episode 38. Berita Sampah
39
Episode 39. Ancaman Mirza
40
Episode 40. Menikah, yuk...
41
Episode 41. Surat Izin Menikah
42
Episode 42. Permintaan Permana
43
Episode 43. Proposal
44
Episode 44. Dalang Penyebar Berita Hoax
45
Episode 45. Hukuman Shereen...
46
Episode 46. Ayah....
47
Episode 47. Cara Ampuh Mirza
48
Episode 48. Menyusun Rencana
49
Episode 49. Bertemu "Nyai" (1)
50
Episode 50. Bertemu "Nyai" (2)
51
Episode 51. Terbongkar
52
Episode 52. Siapa Dalang Perusakan?
53
Episode 53. Kecewa dan Amarah
54
Episode 54. Penasaran
55
Episode 55. Saudara Laki-laki Se-ibu
56
Episode 56. Kakak Lain Ayah
57
Episode 57. Mungkinkah Andrea Pelakunya?
58
Episode 58. Gala Dinner
59
Episode 59. Pengakuan Dua Laki-laki
60
Episode 60. Hampir Saja....
61
Episode 61. Tangis Shereen
62
Episode 62. Ada Apa...?
63
Episode 63. Dilema Dua Hati
64
Episode 64. Satu Jam Terasa Setahun
65
Episode 65. Sendu di Pagi Hari
66
Episode 66. Permintaan Permana...
67
Episode 67. Rencana Pernikahan
68
Episode 68. Wali Nikah
69
Episode 69. Jangan Tinggalkan Arumi, Yah...
70
Episode 70. Sebait Doa Terindah
71
Episode 71. Sedihnya Arumi
72
Episode 72. Sendu Yang Berubah Merah Jambu
73
Episode 73. Maafkan Aku...
74
Episode 74. Apakah Korban itu Mirza...?
75
Episode 75. Skenario Pertemuan
76
Episode 76. Dua Pendekar
77
Episode 77. Kesempatan Dalam Kesempitan
78
Episode 78. Pernyataan Dokter Faaz
79
Episode 79. Di Lorong Yang Lengang
80
Episode 80. Rindu Yang Membuncah
81
Episode 81. Rindu Yang Membuncah Lagi
82
Episode 82. Undangan
83
Episode 83. Kegamangan Edward
84
Episode 84. Andrea...
85
Episode 85. Keive...(1)
86
Episode 86. Keive...(2)
87
Episode 87. Mangsa Memangsa Mangsa...
88
Episode 88. Jaring-jaring Kepalsuan
89
Episode 89. Permintaan Keive
90
Episode 90. Jatuh Hati
91
Episode 91. Mencintai Sepanjang Mau Kita...
92
Episode 92. Pertemuan
93
Episode 93. Beri Kesempatan
94
Episode 94. Rencana
95
Episode 95. Tepok Jidat Atas Sebuah Kebenaran
96
Episode 96. Rencana Keive dan Vanya
97
Episode 97. Vanya Oh Vania...
98
Episode 98. Misi Selesai...
99
Episode 99. Permintaan Keive
100
Episode 100. Misi Selanjutnya
101
Episode 101. Jalan Cerita...
102
Episode 102. Mencari File Rahasia
103
Episode 103. Api Amarah (Aku Harus Apa...?)
104
Episode 104. Api Amarah Lagi...
105
Episode 105. Terima Kasih
106
Episode 106. Ancaman Andrea
107
Episode 107. Ketidakpedulian Andrea
108
Episode 108. Pecinta Sejati
109
Episode 109. Kepergian Keive
110
Episode 110. Catatan Keive
111
Episode 111. Cerita Keive Lagi...
112
Episode 112. Hari Kebebasan Ryu...
113
Episode 113. Permintaan Andrea, Rencana Ryu
114
Episode 114. Gara-gara Parfum
115
Episode 115. Tempat Teraman
116
Episode 116. Misi Danu?
117
Episode 117. Tertangkapnya Andrea
118
Episode 118. Cerita Danu
119
Episode 119. Berkah atau Musibah...?
120
Episode 120. Tak Ada Peluang
121
Episode 121. Pertemuan
122
Episode 122. Jangan Jadi Pengecut...!
123
Episode 123. Baby Kalila
124
Episode 124. Cinta yang sebenarnya
125
Episode 125. Penyembuh Luka
126
Episode 126. Pertemuan
127
Episode 127.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!