bayi Rafa dan Jasmin akhirnya juga di perbolehkan pulang setelah mendapatkan persetujuan dokter.
terlebih bayi mungil itu kini juga sehat, Rafa tak mengira akan bisa membawa bayi perempuannya itu.
"ayah apa di rumah ada yang menyiapkan?" tanya jasmin yang mengendong putrinya.
"tenang bunda, semua sudah di bereskan oleh Tante, karena wulan juga belum sehat sepenuhnya, bahkan Raka sudah berniat berhenti jadi kepala sekolah dan hanya menemani istrinya," jelas Rafa.
"itu tak masalah, toh kalian juga tak sepenuhnya menganggur, pakde juga tau jika usaha kalian begitu banyak, tapi kenapa hanya penggilingan beras saja tak kalian berikan padanya?" tanya Rizal.
"pakde tau, mereka hanya datang sesekali, dan hanya keluarga bunda yang membesarkan dan menjaga kami semua, om Adri dapat karena merawat Rania, dan pakde yang menjaga kami," jawab Rafa.
"tapi rada, ingat dengan Robi dan Ela yang berakhir tragis karena harta, jangan sampai kalian memutuskan tali persaudaraan karena harta juga," nasehat Rizal.
"bukan kami tapi mereka, bahkan ibu Anis dan ayah Fandi juga murka saat tau, kenapa harus mengusik kami lagi, bahkan semua harta ayah dan bunda sudah di bahu rata pada anak-anaknya," kesal Rafa.
"itulah manusia nak, saat dia kepepet maka apapun bisa dia lakukan, dan sekarang tugasmu tinggal menjaga keluarga mu," kata Rizal.
"iya pakde," jawab Rafa.
mobil mereka pun sampai, pak Doni langsung memberitahukan kepada istrinya.
Rafa pun membantu Jasmin turun, Nurul yang mengendong bayi Jasmin sedang sdri menjaga putranya Aslan.
"maaf ibu-ibu, sebelum semuanya ikut masuk, toping cuci tangan dan kaki dulu ya," kata Raka.
para ibu-ibu ini pun mencuci tangan dan kaki sesuai instruksi Raka, tapi saat akan masuk Bu Mirna kaget.
pasalnya ada sosok Wulan yang berdiri didepan pintu, dia pun pura-pura tenang dan berjalan masuk.
Wulan pun melirik ibu Mirna dan tersenyum kearah wanita itu, sedang Bu Mirna sedikit khawatir jika Wulan tau niatnya.
tapi tak di duga, Raka malah memeluk Wulan di depan ibu-ibu dan mengajaknya masuk kedalam rumah.
Bu Mirna menghela nafas lega, setidaknya dia aman dari sosok Wulan yang mungkin tau niatnya.
tapi saat ingin masuk ke dalam rumah, Bu Mirna malah kejatuhan ular piton berukuran empat meter yang pas jatuh di atas tubuhnya.
wanita itu pun berteriak histeris, terlebih baru kali ini dia melihat ular sebesar itu.
"tolong lepaskan ular ini, tolong aku!" teriaknya histeris.
sedang para ibu yang juga datang pun bingung karena tak melihat apapun dan menganggap Bu Mirna halu.
Bu Mirna masih tetap berteriak, karena ribut Rafa keluar dan melihat Bu Mirna yang di lilit oleh anak buah Sesnag yang siap membunuh wanita itu.
Rafa membaca doa dan ular itu pun melepaskan Bu Mirna dan kini wanita itu terbatuk-batuk karena sudah lepas dari lilitan itu.
"Bu Mirna oke, lebih baik pulang Bu jika tak enak badan," kata Bu Atik.
"tidak Bu, saya baik-baik saja," jawab Mirna, pasalnya tak ada waktu baik selain hari ini.
"iya Bu Mirna lebih baik pulang dan istirahat, jangan sampai hal tadi terjadi lagi," kata Rafa yang kembali kedalam rumah.
bu Mirna pun tak ada pilihan lain, dua pun mengikuti perkataan dari Rafa, karena dia sadar betul jika pria itu sudah mulai curiga.
Bu Mirna pun memutuskan pulang, sedang Wulan dan Raka hanya melihat bayi Rafa dari jauh.
Wulan sebenarnya ingin memeluk bayi itu, tapi dua urungkan karena takut tak bisa menahan perasaannya.
"ayah tolong bawa aku pulang ya, aku merasa lemas," kata Wulan dengan suara lirih.
"baiklah Amma, kami permisi," pamit Raka yang mengendong Wulan.
"iya Raka, Wulan belum sehat sepenuhnya, dan ingat Raka harus libur dua bulan, ingat itu," pesan Nurul
"iya Tante, aku tau karena Tante sangat berpengalaman," kata Raka tersenyum.
"dasar kamu ini di ingetin kok malah meledek," kesal Nurul yang membuat semua tertawa.
tapi aneh, bayi yang awalnya begitu tenang, saat Raka mulai melangkah keluar, bayi itu langsung menangis dengan keras.
bahkan saat di susui pun bayi itu tak mau, Wulan memeluk erat leher Raka sambil terisak lirih.
Raka pun tau perasaan istrinya, dan sebenarnya dia tak suka dengan pilihan dari Wulan.
"aduh cantik bunda, kenapa menangis, cup cup sayang," kata Jasmin mencoba menenangkan putri kecilnya.
Rafa sedikit curiga tapi dia tak tau juga apa yang terjadi, "Rafa bacakan sholawat nabi dengan suara lirih, dan timang dengan pelan dan usap keningnya," kata Raka.
"baiklah, biar aku coba," kata Rafa mencoba cara itu.
bayi itu awalnya tetap menangis, tapi perlahan sedikit tenang tapi Raka bisa mendengar ucapan istrinya.
"Husna cantik Amma, Husna anak cantik ya nak, jadi jangan merepotkan orang tuamu ..."
tak di duga Wulan malah pingsan dan membuat panik Raka, dia pun bergegas masuk ke rumah mereka.
Adri yang melihat pun langsung menelpon dokter, dan tak butuh waktu lama dokter datang dan langsung memasak infus.
"dia belum sepenuhnya sehat, tolong jaga emosi dan jangan sampai stres, dan tolong jaga makanan nya, dan ini resep yang harus di tebus," kata dokter
"terima kasih dokter, mari saya antar," kata Adri.
semua sibuk dengan bayi Jasmin, sedang Aslan dan Raka menemani Wulan, "Amma tantik, angun ya..."
Raka mengacak rambut bocah kecil itu, "Aslan doa in amma ya," kata Raka tersenyum meski air matanya jatuh.
"ia ayah," jawab Aslan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 198 Episodes
Comments