pukul tiga dini hari, Arkan terbangun dan mengambil air wudhu untuk sholat.
dia memang di biasakan oleh Wulan untuk sholat malam, arkan pun mulai mengambil tasbih miliknya setelah sholat.
tapi sebelum mulai berdzikir, dia ingat bagaimana Wulan yang terus melindunginya karena dia yang lemah.
"Amma aku berjanji, akan menjagamu dan melindungi mu, karena aku akan jadi pria kuat," gumam Arkan yang mulai berzikir.
tanpa sadar Arkan tertidur sambil duduk, dia pun bermimpi bagaimana perjuangan Wulan dan Raka yang melakukan apapun untuk mengalahkan keburukan.
arkan pun melihat bagaimana kedua orang tuanya tertusuk tombak Cokro Geni yang memang begitu sakti tapi juga butuh pengorbanan.
tapi tiba-tiba tubuhnya di pukul seseorang yang membuatnya bangun, diapun melihat Aryan di depannya.
"ya elah mas kenapa malah tidur disini, ayo ke mushola,"ajak Aryan.
ternyata Nurul juga sudah mulai memasak dan di bantu beberapa tetangga.
tapi saat berpamitan, tak sengaja Arkan melihat sosok Bu Mirna yang tersenyum kearahnya.
tapi Arkan melihat hal lain, ada aura gelap di sekitarnya, "sudah mas, ayo pergi kenapa malah melamun disini,"
Aryan menarik Arkan, sedang ada sesuatu yang tersenyum melihat kedua bocah itu, terlebih dia berhasil bersembunyi dan masuk ke area rumah yang begitu di lindungi ini.
tapi mahluk itu tak tau ada banyak penjaga di tiga rumah itu, si poci sedang mengawasi mahluk itu dari pohon mangga belakang rumah.
"om item, tuh ada yang masuk, gak di usir?"
"kamu gila, jika aku mengusir mahluk itu, maka berarti aku harus menghadapi mahluk rendahan itu, lagi pula cukup dengan Arkan dan Aryan yang bisa memberikannya dengan mudah," jawab Ki item.
"idih genderuwo males nih om, ya udah aku mau tidur dulu, udah mau pagi," kata pocong gosong itu pergi.
begitu pula dengan Ki item, setelah sholat subuh para remaja itu memilih berjalan-jalan berkeliling kampung.
pukul enam semuanya pulang untuk bersiap ke sekolah, hari ini Raka dan Wulan sengaja tak mengatakan jika akan pulang.
terlebih Wulan terlalu merindukan kedua pria tampannya, Arkan dan Aryan memutuskan untuk berangkat mengunakan sepeda milik mereka.
sedang Faraz memilih bolos, Arkan pun masuk ke sekolah tak lama bel masuk terdengar.
pagi ini sebelum mulai pelajaran di wajibkan setiap kelas membaca surat Yasin dan juga membaca alfatihah sebanyak tiga kali.
setelah itu guru masuk dan memulai pelajaran, Arkan begitu serius terlebih dia tak ingin jadi murid yang bodoh dan mempermalukan orang tuanya.
satu persatu pelajaran di ikuti oleh Arkan dan Aryan, bahkan keduanya sudah bersiap untuk try out untuk mempersiapkan ujian negara.
"mas ke kantin yuk, aku lapar," lirih Aryan yang menaruh kepalanya di meja.
"memang kamu tadi tidak sarapan? kenapa masih pagi sudah lapar?" tanya Arkan yang sibuk dengan buku-buku Lksnya.
"ya bagaimana mau sarapan, Faraz sialan itu terus mengangguku, aku sebenarnya malas terus bersamanya, tapi mau bagaimana lagi, dia terus bertingkah dan membuatku kesal," lirih Aryan.
"jangan bicara sembarangan, ingat perkataan ayah, bagaimana pun kita harus menghormati Faraz karena dia putra dari pakde, ya sudah ayo kita ke kantin, untuk kali ini biar aku yang bayar," kata Arkan tersenyum.
"terima kasih mas," kata Aryan begitu senang.
keduanya pun berjalan ke kantin dan benar saja Aryan memesan nasi pecel dan juga gorengan, sedang Arkan memesan gado-gado.
"pelan-pelan Aryan, tak ada yang akan meminta makanan mu,"
"oke," jawab Aryan yang begitu senang.
Arkan ikut senang melihat saudaranya itu, dia sadar jika mereka berdua memang selalu tak bisa cocok dengan Faraz.
tapi Arkan akan melakukan apapun untuk membuat keluarganya tak terpecah bagaimana pun mereka saudara dekat.
tak lama terdengar suara bel masuk, istirahat pertama pun usai dan kini keduanya masuk kedalam kelas.
terlihat beberapa murid wanita sedang sibuk berkumpul, dan saat melihat Arkan dan Aryan mereka pun mendekat.
"Arkan, Aryan apa benar bunda dari Faraz sudah melahirkan?" tanya semua murid wanita penasaran.
"woy woy woy, tenang dulu ada apa ini?" bingung Aryan.
"ayolah kami hanya tanya, kenapa kamu kok gitu sih Aryan," protes seorang gadis.
"sudahlah, kalian punya nomor ponsel Faraz kenapa tidak menelponnya saja, dan jangan ganggu kami," jawab Arkan.
"kok jahat banget sih, padahal kami cuma tanya kok," kesal ratu gadis yang terkenal sebagai murid paling cantik di sekolah.
"karena kalian tak memiliki empati, dengan senang kalian bertanya tentang kelahiran adik Faraz, padahal aku sedang berduka karena kehilangan calon adikku," marah Arkan yang membentak semua siswi di kelasnya.
bahkan setelah mengatakan itu Arkan pergi meninggalkan kelasnya menerobos para siswi.
Aryan kaget, pasalnya Nurul tak mengatakan apapun tentang kenapa wulan harus di rawat.
"Aryan kami tak tau," kata Dewi.
"sudah bubar, jangan sampai aku juga kehilangan kesabaran ku," jawab Aryan yang juga pergi.
ratu dan Dewi pun merasa bersalah, karena mereka tak tau apa yang menimpa Raka dan wulan.
bagaimana pun kedua orang itu sering membantu siswa-siswi yang kekurangan.
"sebaiknya kita ke rumah pak Raka, pasti Arkan dan Aryan lebih sedih, dan untuk adik Faraz kita bisa mengunjunginya lain hari," usul Dewi.
"ya kamu benar, dan aku tak pernah melihat Arkan begitu marah seperti itu," jawab ratu yang terlihat sedih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 198 Episodes
Comments
Anonymous
Kok bsa sih meninggal calon adik si kembar giliran adiknya Faraz gk knp" namanya gk adil hrsnya mati jg
2022-08-04
0
Apriyanti
lanjut thor
2022-03-07
1