"sudah om, jangan di lihatin Mulu, nanti dia masuk ke tubuh om gak lucu kan," kata Raka pada Adri.
"aku hanya penasaran apa yang dia katakan," jawab Adri
"om pernah dengar tentang si pahit lidah? ya salah satu dari cucu keponakan om memiliki bakat itu," terang Raka sambil bersikap biasa.
"maksudmu pahit lidah, itu legenda yang menyeramkan, dan akan sangat membahayakan," Terang Adri.
"itu benar," jawab Raka yang hanya mengangguk.
Adri bingung karena Raka tak menyebut nama, pocong gosong itu pun memutuskan pergi saat setelah sholat isya'.
sedang di rumah Rafa, semua khodam berkumpul untuk melindungi semua anak-anak.
Rizal dan Nurul baru saja pulang dari rumah sakit, Aslan buru-buru keluar menyambut bundanya itu.nuril pun langsung memeluk putranya itu.
"ada apa Aslan?" tanya Nurul.
"Ndak apa-apa bunda," jawab bocah kecil itu.
yang lain pun ikut keluar, tapi nampak Arkan terlihat begitu serius, Rizal pun mengelus puncak kepala bocah itu.
"malam ini kamu tidur di sini bareng Mbah lek ya," perintah Rizal.
"iya Mbah de," jawab ketiganya.
Rizal pun pamit, karena dia ingin menemani Rafa di rumah sakit, sedang Faraz menginginkan sesuatu.
"ada apa Faraz?" tanya Nurul yang melihat bocah itu nampak sedih.
"aku ingin makan terang bulan Tante, tapi takut jika mau keluar lagi," jawab bocah itu.
"Rania tolong pesankan terang bulan lewat ojek online ya," perintah Nurul.
"siap bunda, tapi bisakah kami juga beli," tanya Rania.
"tentu saja boleh," jawab Nurul tersenyum.
Rania pun bergegas memesan lewat ojek online, bahkan mereka pesan cukup banyak.
Nurul memang khawatir jika hanya meninggalkan anak-anak dengan Rania saja.
pasalnya bagaimana pun Rania juga masih tujuh belas tahun takutnya dia kesulitan menjaga Aslan yang masih balita.
setelah satu jam menunggu, akhirnya notifikasi di ponsel Rania berbunyi dan makanan yang di pesan sedang dalam perjalanan.
malam itu desa nampak begitu sepi, bahkan tak ada suara katak maupun jangkrik seperti setiap malam.
telebih setelah tadi sore menyaksikan hal menyeramkan, Arkan terlihat cukup pendiam.
Nurul menghampiri bocah itu dan mengusap kepala Arkan. "jangan sedih ya le, mungkin lusa Amma sudah boleh pulang," hibur Nurul.
"iya Mbah lek, Arkan tau, makanya Arkan terus berdoa untuk kesembuhan Amma," jawab bocah itu.
Nurul pun tersenyum, ojek online itu datang, tapi saat ingin masuk dia tidak bisa.
Nurul dan Arkan yang didik di teras rumah merasa aneh, "tuh tukang ojek kenapa tak bisa masuk?" aneh Nurul.
"sepertinya dia bukan orang Mbah lek, karena ayah pernah bilang jika hanya manusia yang bisa menerobos pagar ghaib di tiga rumah ini," jelas Arkan.
"yey.. bukannya di ambil malah cuma duduk aja, bunda mana uangnya, nanti Arkan tak di bagi karena tak mau ngambil," kata Rania yang ingin keluar.
"tunggu mbak, dia bukan manusia," kata Arkan yang menahan Rania.
benar saja tak lama karena tak bisa masuk, tukang ojek itu berubah menjadi sosok yang begitu menyeramkan.
Rania terduduk lemas melihat itu, sedang Arkan menyentuh tanah dan mulai berdoa memanggil semua khodam miliknya.
Ki Adhiyaksa yang keluar dan langsung membanting tubuh mahluk itu hingga hancur, kemudian membakarnya.
"siapa yang berani mengusik tuan ku," geram mahluk itu.
"Arkan apa itu tadi?" tanya Rania masih kaget.
"itu namanya mahluk muka rata, dia sering menyerupai orang dan biasanya dia jarang seperti ini," kata Arkan.
"tapi bagaimana kamu tau, bukankah ayah Rafa sudah menutup mata batin mu," tanya Rania masih gemetar
"mata batin ku dan Aryan tak bisa sepenuhnya di tutup, tapi hanya kemampuan kami sedikit berkurang, sudah mbak lebih baik sekarang mbak masuk biar aku yang menunggunya, dan jangan buat Faraz mengatakan hal yang aneh-aneh,"
"baiklah, ini ponsel mbak dan uangnya, mbak tak mau ketemu mahluk seperti tadi," kata Rania yang bergegas pergi.
Arkan menerima ponsel dan yang itu, dan melihat Rania bergegas masuk rumah.
sesampainya di dalam rumah Aryan menertawakan wanita itu, pasalnya dia hanya melihat Semuanya dari dalam rumah.
"bagaimana mbak rasanya, mantap kan, bisa ketemu dengan mahluk ghaib," tanya Aryan dengan tengil.
"kamu dan Arkan menyebalkan memang,sudah mbak mau minum dulu, hus... jangan ganggu," kata Rania.
sedang tukang ojek online yang di pesan Rania saat ini hanya berputar-putar saja di kampung itu.
"om poci, jika mendengar suara Arkan, tolong arahkan tukang ojek itu, kasihan dia di ganggu," suara batin dari Arkan
pocong itu pun bergegas melayang dan duduk di jok belakang motor dan mengusir arwah yang menyesatkan tukang ojek itu.
"ini motor kok berat ya," gumamnya heran.
tapi dia tak peduli toh dia harus segera mengantarkan makanan yang di pesan.
akhirnya dia pun sampai di titik pemesanan, dan Arkan sudah menunggu sambil memainkan bambu kuning.
"adek ini pesanannya," kata driver itu
"iya mas, ini uangnya kembaliannya buat mas saja, dan bawa bambu ini untuk mas saja agar tak di dasarkan lagi," kata Arkan tersenyum.
"wah terima kasih, kalau begitu jangan lupa bintang lima ya, permisi ..." pamit driver itu.
benar saja desa yang menurutnya begitu luas itu, kini hanya perlu beberapa menit untuk sampai di jalan utama.
dia juga heran kenapa bisa seperti ini, terlebih dia tadi cukup lama untuk menemukan rumah itu.
sedang Arkan masuk sambil membawa makanan yang di pesan dan memberikan bintang lima pada driver ojol itu.
tak hanya itu, Arkan dan Aryan berbagi martabak manis rasa kacang, coklat dan wijen.
sedang Faraz memilih coklat keju dan berbagi bersama Rania, sedang Nurul dan Aslan suka martabak telur.
setelah puas makan, suasana makin mencekam terasa, tiba-tiba terdengar lolongan anjing.
Nurul sedikit kaget karena tidak ada yang memelihara anjing di desa itu, tapi suara lolongan anjing itu cukup keras.
"sudah Mbah lek, jangan di pikirkan, lebih baik kita tidur, tak baik begadang," kata Arkan.
"kamu ini lucu ya Arkan, malah menyuruh Mbah lek tidur, ya sudah semuanya ayo tidur karena besok Mbah lek harus memasak untuk brokohan dari adik Faraz," kata Nurul yang tidur berjajar dengan semua anak-anak.
terlebih mereka memutuskan tidur di ruang tengah, dan malam itu Arkan tidur di posisi berdampingan dengan Aryan.
sedang Faraz do samping Aslan di samping Rania yang berada di tengah.
Sesnag dan Suni sudah menghadang beberapa bola api yang terbang menuju ke rumah Rafa.
mereka bingung kenapa malam kelahiran putra Rafa begitu banyak serangan yang di tunjukan untuk pria itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 198 Episodes
Comments