Hadi ini persiapan di sekolah sudah rampung, saat keluarga Raka datang, terlihat semua murid dan keluarga juga sudah datang.
terlihat ustadz Arifin dan juga beberapa pengurus pondok juga datang.
acara pengajian pun di mulai dengan pembacaan ayat suci Al-Qur'an yang di bawakan oleh Wulan.
setelah itu Rafa, Raka dan ustadz Arifin dan semua anak asuhnya berdiri, dan Wulan mulai membaca ayat-ayat pendek.
dan tak terduga semua murid mulai berteriak satu persatu dan suasana cukup Keos, tapi secara bersamaan Wulan berdiri dan mengakhiri bacaannya dan akhirnya semua pun tenang.
akhirnya acara di lanjutkan dengan pengajian tak lupa ada door prize juga untuk semua murid sebagai hiburan.
sedang di sebuah rumah, seorang pria terluka, karena serangannya kini berbalik dan malah melukainya.
"brengsek, keluarga edan, aku kalah musuh arek kroco-kroco iku, tapi aku gak oleh nyerah, aku dukun sakti tekan gunung larangan," kata pria itu marah.
terlebih semua sesaji dan juga rencananya hancur melawan Rafa dan Raka.
dia pun mencoba mengirimkan bola api, tapi tenaganya sudah tak mempunyai daya lagi.
acara pun berlanjut sampai cukup siang, bahkan mereka juga makan bersama.
setelah itu satu persatu murid dan wali mereka pun pulang, dan menyisakan para guru dan staf.
tak hanya itu, ustadz Arifin dan semua anak didiknya juga sudah memperkuat pagar ghaib yang di buatnya.
"apa aku perlu meminta bantuan Abah?"
"tidak perlu ustadz Arifin, ini cukup terlebih beberapa guru juga lulusan pondok terbaik, setidaknya mereka bisa membantu jika terjadi sesuatu yang tak diinginkan," jawab Rafa.
"baiklah terserah kamu saja, jika membutuhkan sesuatu kamu bisa bilang padaku," kata ustadz Arifin.
Wulan, Jasmin dan beberapa guru masih duduk di sana, begitu pun para siswa.
Arkan mendekat kearah Rafa, dan memberikan sesuatu yang kemarin dia temukan di sungai.
"apa ini le?"
"itu diakui sebagai benda milik Aisyah, aku juga tak tau ayah, tapi kemarin kami menemukan kalung itu saat bersih-bersih desa," jawab Arkan.
"baiklah, biar aku simpan," jawab Rafa.
siang itu mereka pun pulang, sesampainya di rumah Jasmin sudah di bawa masuk oleh Rafa karena merasa tubuhnya begitu lelah.
sedang Wulan juga memilih istirahat setelah sholat dhuhur, entahlah dia juga merasa kurang enak badan.
sedang Arkan memilih untuk memijat kaki Wulan, hingga tanpa sadar dia ketiduran di samping sang Amma.
Arkan berada di sebuah tempat yang cukup asing, dia tak pernah mendatangi kita itu.
"apa kamu tersesat le?" tanya seorang bapak-bapak.
"tidak, tapi saya juga bingung kenapa bisa disini," jawab Arkan.
pria itu tersenyum kearah Arkan, "ya sudah ayo ikut jalan-jalan, kebetulan Mbah sudah lama tak melihat mu,"
Arkan pun mengikuti pria itu begitu saja, dia di bawa kesebuah istana yang begitu indah dan megah.
terdengar suara sayup Gending gamelan yang mengalun dengan begitu indah.
di tengah ruangan ada sosok yang mirip dengan Wulan, sedang menari bersama seorang gadis seusia dengan Arkan.
"ini istana siapa pak?"
"ini adalah istana milik tumenggung Wira Sanjaya, kamu tak pernah kesini?" tanya bapak itu.
Arkan mengeleng lemah, dia memang dulu sering ke istana milik nyai Nawang tapi istana tumenggung Wira Sanjaya dia belum pernah.
"Ki Brojo bawa Arkan kesini? dan kenapa bisa sampai kesini nak?" suara yang begitu familiar.
"ayah," kaget Arkan yang langsung di sambut pelukan oleh tumenggung Wira Sanjaya.
"iya nak, kenapa kamu bisa masuk ke hutan larangan," tanya tumenggung Wira Sanjaya.
"sepertinya arwah Aden ini tersesat tuan tumenggung," jawab ku Brojo.
"baiklah kalau begitu, ayo aku ajak berkeliling istana ku," ajak tumenggung Wira Sanjaya.
Arkan hanya mengangguk, tapi matanya tak bisa lepas dari gadis cantik itu.
tariannya begitu lemah gemulai, bahkan paras ayu yang di miliki belum pernah di temui oleh Arkan.
"sudah, nanti kalian juga bisa berteman, tapi dia tak bisa di ganggu untuk saat ini?"
"inggeh ayah, ah maaf, tumenggung," jawab Arkan.
mereka pun berkeliling, hingga Arkan di ajak ke tempat paling tinggi di istana itu.
saat melihat kearah luar, dia bisa melihat beberapa gunung yang mengitari istana itu.
tapi dia tak ingin bertanya, mereka masuk kesebuah ruangan yang ada tombak Cokro Geni.
Arkan merasa begitu membenci benda pusaka itu, sedang tumenggung Wira Sanjaya hanya tersenyum menepuk bahu remaja itu.
"jangan marah le, ini adalah pusaka yang sering di gunakan orang tua mu untuk berperang melawan hal buruk dan ilmu hitam,"
"tapi kenapa aku merasa jika pusaka ini merenggut semua kebahagiaan ku, hingga aku merasa begitu tak menyukainya," kata Arkan lirih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 198 Episodes
Comments