mereka pun berjalan bersama, dan sedikit kesulitan untuk mencari pusat pasar.
terlebih pasar ghaib malam ini tidak ada mahluk astral yang datang, tapi beberapa manusia yang mencari ilmu juga datang.
mereka pun menemukan sebuah kios yang menjual beberapa perlengkapan sholat.
Ki item dan ku Adhiyaksa heran melihat kios itu, tapi Rafa dan Raka malah bersyukur melihatnya.
"assalamualaikum, bisa bertemu dengan Mbah kung," kata Raka.
"waalaikum salam, Monggo ikut saya," jawab penjaga toko itu.
"kalian mau ikut apa cuma diam disini?" tanya Rafa pada kedua mahluk penjaga mereka.
keduanya pun langsung ikut, dan ternyata mereka di ajak kesebuah pendopo yang begitu luas.
saat berjalan mereka semua berjongkok dan kemudian duduk bersila di depan seorang pria tua yang mengenakan pakaian putih dan sorban.
"ada apa nak? kalian datang menemui Mbah Wardji," tanya pria yang berpakaian hitam yang baru saja datang sambil merokok sambil duduk bersila.
"saya mau tanya tentang makam dari putri kecil kami, karena istriku terus bermimpi aneh Mbah," jawab Raka.
"iku ilmu gelap yang ingin menyesatkan istrimu, gowo rokok le?"
"bawa Mbah," jawab Rafa mengeluarkan rokok yang khusus di buat sendiri.
"apa adik ipar saya dalam bahaya Mbah?" tanya Rafa khawatir.
"tidak le, dia kuat iman, jangan takut selalu tingkatkan keimanan kalian, ingat tiada daya upaya melainkan hanya karna restu sang pencipta," jawab Mbah Wardji.
"iya mbah, tapi kenapa hanya istriku, dia bilang jika Aisyah yang di jadikan tumbal," tanya Raka.
"tidak le, dia sudah tenang bersama ibu dan juga kakek neneknya, yang di kirim pada keluarga mu itu hanya ilmu Malih Rupo, minta istri dan ketiga putra kalian membaca alfatihah tujuh kali setiap melihat mahluk yang menyerupai Aisyah, dan kalian akan melihat wujudnya yang asli," jawab Mbah Wardji.
"iya mbah, kalau begitu kami pamit dulu,"
"iya le, hati-hati ya Raka, karena sesuatu ingin ikut padamu seperti dulu," kata Mbah Wardji.
"insyaallah saya akan jaga diri mbah," jawab Raka mengangguk.
tiba-tiba mereka sudah berada di tengah makam dan nampak begitu sepi,tak lama terdengar suara adzan subuh.
"ternyata Mbah Wardji mengantarkan kita pulang," kata Rafa yang ingin bangun.
dia juga membantu adiknya untuk berdiri, tapi saat ingin melintas keluar dari gapura makam, sekilas Rafa bisa melihat sesuatu yang hilang di balik barongan bambu.
"ada apa Rafa?"
"tidak ada, sebaiknya kita lekas pulang karena ini sudah terlalu lama," ajak Rafa.
sedang di rumah, Wulan sedang menyiapkan sarapan, terlebih semalam Jasmin menginap bersama Faraz juga.
meski berdampingan, dia tak tenang jika harus meninggalkan Jasmin yang hamil besar hanya tinggal berdua dengan Faraz.
"assalamualaikum ..."
"waalaikum salam, kalian sudah pulang, tunggu dulu, sebelum masuk lebih baik mandi dulu, takut ada yang ikut kasihan karena ada yang hamil di rumah," pesan Wulan
"iya Amma, kok sekarang makin cerewet sih, bikin gemes," kata Raka mencubit pipi Wulan.
"ayah mah gitu, sudah mandi dulu, biar aku bangunin anak-anak," kata Wulan yang di angguki oleh kedua pria itu.
Wulan mengetuk pintu kamar dari kedua putranya, "iya Amma kami sudah bangun,"
benar saja, ketiganya bangun, tapi Wulan kaget saat melihat wajah Aryan.
"tunggu le, kenapa wajah mu nak?"
"ini ya Amma, semalem mas Arkan dan mas Faraz tidurnya gak bisa diem, jadilah mereka tanpa sengaja memukul wajahku," jawab Aryan.
"ya sudah kompres pakai air dingin, dan nanti ke sekolahnya pakai baju taqwa putih karena akan ada acara ruqyah massal."
"iya Amma, apa Amma akan ikut juga?" tanya Faraz.
"kamu ini bagaimana to mas, Amma sudah satu paket sana ayah, jadi pasti ikut, terlebih mereka akan melakukan bantuan kan?" tebak Arkan
"kamu benar, sekarang mandi bergiliran ya, setelah itu lekas ke mushola untuk sholat subuh," perintah Wulan.
"siap Amma."
setelah sholat mereka bersiap-siap untuk ke sekolah, tak hanya itu wulan juga tak lupa menyiapkan sarapan ketiga putranya itu.
Raka merasa aneh pada istrinya yang terus tersenyum melihatnya, "Amma kenapa sih? kok dari tadi terus senyum lihatin ayah, kangen ya? apa butuh sesuatu mungkin," bisik raka.
"tidak kok ayah, aku hanya ingin tersenyum saja pada suamiku, apa tidak boleh?"
" bukan tak boleh, tapi aneh saja melihat Amma, terlebih senyuman aneh itu menakutkan ku," kata Raka.
Wulan pun memeluk tubuh Raka, dan Raka pun mencium puncak kepala istrinya.
"Amma jika bertemu dengan arwah Aisyah, tolong baca alfatihah sebanyak tujuh kali, begitupun dengan kalian bertiga, dan kalian akan tau siapa itu, apa benar arwah Aisyah atau mahluk yang hanya menyerupai saja," pesan Raka pada keluarganya.
"iya ayah," jawab Semuanya.
sedang di rumah Rafa, dia sedang berdoa sambil mengusap perut Jasmin yang sudah semakin mendekati hari kelahiran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 198 Episodes
Comments