"sudah Ki, kalau begitu kita ke makam desa sekarang," ajak Raka.
"tunggu tuan, tunggu Sebentar lagi," kata Ki Adhiyaksa.
"baiklah, aku akan percaya padamu, tapi jangan pernah kecewakan aku," kata Raka melirik ke arah Ki Adhiyaksa.
raksasa itu pun mengangguk, sedang Raka duduk bersila dan mulai mengucapkan dzikir dan meminta petunjuk pada yang Maha Mengetahui.
sedang Wulan dan Jasmin hanya mengawasi para pemuda dan pemudi yang sedang makan malam bersama.
tak hanya itu dia juga memastikan jika pagar ghaib di sekitar rumah mereka masih aman.
"Amma, mari ikut makan bersama," panggil beberapa remaja putri.
"sudah nak, kalian makan saja Amma sudah kenyang, kalian semua mari berdoa dulu, ustadz Rasyid tolong pimpin doa," kata Wulan.
"baik Amma," jawab ustadz Rasyid.
Jasmin tersenyum geli saja, di dan Wulan kini seperti ibu dari semua pemuda dan pemudi di desa itu.
"jangan tersenyum seperti itu, aku merasa kamu menyebalkan sekali," lirih Wulan melirik Jasmin.
"aduh-aduh jangan ngambek gitu dong, lihat dek Amma mu ini suka ngambek," kata Jasmin memeluk Wulan.
Keduanya pun tertawa bersama, dan semua remaja sudah mulai makan, bahkan Wulan mengambilkan air dingin untuk minum.
"mbak tunggu di sini," kata Wulan yang tiba-tiba berdiri dan berjalan kearah gapura di depan rumah.
ternyata Wulan melihat sesuatu yang terbang di atasnya, dia pun hanya tersenyum melihatnya.
"sepertinya kalian benar-benar ingin mencari masalah dengan kedua pria itu," gumam Wulan.
dia pun berbalik, tapi juga beberapa langkah dia melihat seorang pria yang menabrak gapura pagar rumah.
karena suara benturan cukup keras hingga memancing semua orang berkumpul, Wulan memberikan isyarat untuk para remaja itu tenang.
"ustadz Rasyid, pimpin mereka semua membaca doa nabi Sulaiman," perintah Wulan.
"baik Amma," jawab ustadz Rasyid.
tapi Arkan dan Aryan menghampiri sang Amma, "kalian lihat apa yang menutup mata orang itu."
seekor kera berwarna putih yang kemudian hilang entah kemana, tapi Wulan meminta Aryan dan Arkan membantu pemuda itu.
"mas, kalau ngantuk lebih baik tidur dulu jangan berkendara," kata Wulan yang mengambilkan air minum.
"iya Bu, saya buru-buru karena khawatir ibu dan adik saya sendirian di rumah, apalagi saya satu-satunya pria di rumah," jawab pemuda itu.
Wulan tersenyum dan mengangguk, "sudah gak papa, kain kali kalau mau naik sepeda motor baca doa dan jangan sampai pikiran kosong," kata Wulan.
"iya bu terima kasih," jawab pria itu.
"Amma, ini buat masnya, dari bunda," kata Faraz.
pemuda itu pun begitu bahagia dan berterima kasih, terlebih dia ternyata seorang ojek online.
"kalian bertiga masuk, dan jangan ada yang berani keluar lagi," perintah Wulan.
"baik Amma," jawab ketiganya.
sedang Wulan melihat kearah kera putih itu yang kini duduk di sebuah dahan pohon di depan rumah keluarga Raka.
"kenapa kemari? apa kamu merindukan suamiku, tapi ingatlah kalian tak mungkin bisa bersama, jangan lupa itu, terlebih dia sudah melupakan mu," kata Wulan memberikan peringatan.
"kita lihat saja, apa ucapan busuk mu itu benar," kata kera itu yang kemudian pergi menghilang.
"ya sebentar lagi aku akan teman bermain ternyata," kata Wulan tersenyum senang.
sedang Raka membuka matanya dan sudah melihat sosok gadis kecil yang tidur di pangkuannya.
"ayah ..."
"iya nak, bagaimana kabar mu, apa kamu merindukan Amma dan kedua kakak mu?" tanya Raka.
"pasti ayah, tapi nyai dan tumenggung menjagaku dengan baik," jawab gadis kecil itu.
"Alhamdulillah, kalau begitu," jawab Raka mengusap rambut gadis kecil itu.
sedang dari kejauhan terlihat Rafa yang datang bersama Ki item, sedang Ki Adhiyaksa langsung menutupi tubuh Raka yang sedang bersama gadis kecil berpakaian kerjaan itu.
"kalau begitu aku pulang ya, ada pakde," kata gadis itu yang kemudian pergi.
"Raka! apa kamu bisa bertemu Aisyah? aku tidak bisa menemukan apapun," kata Rafa yang telihat sedikit kesal.
"dia tak ada di sini, Ki Adhiyaksa kita harus berangkat ke makam desa, dan tolong kalian berdua berubah wujud," kata Raka.
"baik tuan," jawab kedua mahluk besar itu.
kini keduanya berubah menjdi seorang pria dewasa Dengan aura yang begitu kuat, dan mengenakan pakaian panglima.
"baik sekarang kita ke tempat dimana Mbah buyut berada," ajak Rafa.
"apa kamu tak lupa rokoknya Rafa?"
"tentu saja tidak, aku bahkn sengaja melintingnya sendiri secara khusus, sesuai dengan kesukaan dari Mbah buyut," jawab Rafa yang menepuk tas pinggangnya.
mereka pun berjalan menyusuri jalan yang begitu sepi, bahkan tak ada angin yang berhembus sedikit pun.
tak hanya itu, bahkan suara hewan malam pun tak terdengar padahal ini bulan purnama dan masih cukup sore.
mereka berempat pun masuk kedalam makam desa, dan nampak begitu ramai dengan semu aktifitas dunia lain.
"kita cari pusat pasar," ajak Rafa.
"baiklah, dan ingat jangan terkecoh ya, ingat perjalanan terakhir kali saat kita ke pasar ghaib," kata Raka memukul saudaranya itu.
"ya maaf," kata Rafa tertawa.
dia hanya tertawa saja, pasalnya terakhir kali, mereka hampir mati konyol karena kecerobohan dari Rafa yang tergoda dengan keris dan selendang.
tapi beruntung saat itu Jasmin yang ikut, sempat berteriak saat melihat Rafa hampir saja hangus terbakar karena keinginannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 198 Episodes
Comments
Nuraishah❤💚
kalo aku sih...cume ada insting... kadang mata ini terlihat kelibat juga..tapi selalu dibiarkan aja.. selagi tak menggangguku,aku okey2 aja....
2022-09-14
0
Roudhotul Udatin
Ni cerita dah campur ya sama ilmu kejawen. G murni ilmu ilahi
2022-06-28
1