"kalau begitu kami pamit nyai," kata Sesnag yang kemudian pergi bersama Suni.
Wulan pun merasa begitu sedih tapi dia harus sehat untuk bertanya sendiri dan menghadap penjaga ghaib makam desa.
kini Wulan dan para wanita sholat dhuhur dan membaca Alqur'an bersama, dan tak lama terdengar suara para pria sudah pulang.
Arkan langsung memeluk Wulan begitupun dengan Aryan, "Amma aku tadi lupa, Amma dapat salam dari Aisyah,"
"Aisyah siapa mas?" tanya Wulan yang bingung begitupun ketiga wanita yang lain.
"adik Aisyah, putri Mbahde yang meninggal saat kecil," jawab Faraz yang tidur di pangkuan sang ibu.
"waalaikum salam, apa yang dia katakan nak?" tanya Wulan dan yang lain penasaran.
"adik Aisyah bilang, Amma dan Mbahde tidak boleh sedih, dia sudah bahagia, dan ini bukan salah Amma, meski apapun yang terjadi padanya," jawab Aryan.
"tapi itu salah Amma, seharusnya Amma menjaganya malam itu, agar banaspati itu tak bisa masuk, tapi karena kelalaian dari Amma, dia jadi korban," jawab Wulan mulai terisak.
"tidak Wulan, itu sudah takdir dari Aisyah, benar kata Arkan jangan sedih," kata Luna.
"kami sudah ikhlaskan semuanya Wulan, jangan sedih lagi Krena ini semua pasti takdir Allah," tambah Rizal yang datang bersama yang lain.
Raka langsung duduk di samping istrinya, "sudah dek, aku dan Rafa akan mencari tau malam ini,"
"jangan ayah, ini sangat membahayakan, aku takut jika ayah yang terluka," kata Wulan pada Raka.
"aku boleh ikut ayah, kebetulan tadi kami bertemu dengan Aisyah," mohon Aryan.
"tidak, kalian harus menjaga bunda dan Amma di rumah, karena nanti malam ayah akan pergi bersama semua murid ustadz Arifin,"
"baiklah ayah, kami akan menjaga para wanita di rumah," kata Arkan.
Rafa pun gemas dan langsung mengacak rambut keponakannya itu.
sore itu Wulan sudah merasa lebih baik dan memutuskan untuk bangun dan akan bersih-bersih rumah.
tapi dia kaget melihat suaminya dan juga Putra-putranya sedang bersih-bersih rumah.
bahkan Arkan sedang mencuci baju dan Aryan mencuci piring, sedang Raka sedang membuat makan malam.
"apa Amma bisa bantu?"
"eh Amma, tidur saja kami sudah selesai, itu Arkan juga tinggal jemur saja, dan Aryan sudah selesai."
"kalian begitu cekatan, Amma merasa bersalah nih," kata wulan yang tersenyum melihat kearah putranya Arkan.
"tidak apa-apa Amma, Aryan mu nyapu dulu, Amma cukup diam dan istirahat saja, oh ya ... nanti malam aku dan anak-anak ada kegiatan makan-makan di pelataran boleh ya?"
"tentu boleh dong nak, jika butuh sesuatu ambil di rumah, atau mu Amma buatkan nasi liwet?" tawar Wulan.
"boleh Amma, tapi biar aku yang memasak, dan Amma cukup memberikan arahan apa yang perlu di lakukan," kata Arkan yang tak ingin wuln makin sakit.
"baiklah, kalian memang terbaik," kata Wulan tersenyum melihat kedua anaknya.
setelah sholat Magrib, benar saja jika si kembar di suruh memasak nasi, dan Wulan sudah mengarahkan Arkan untuk memasak.
sedang Aryan menyiapkan tempat untuk makan bersama malam ini, terlebih mereka akan liwetan.
sedang Faraz di suruh untuk menyiapkan kerupuk dan juga jagung yang sudah di beli ustadz Rasyid.
setelah isya' semua pemuda dan pemudi berkumpul di rumah Raka, mereka sudah bersiap untuk mengadakan makan bersama.
bahkan Wulan menyuruh kedua Putranya untuk mengoreng sosis dan juga Nugget untuk tambahan lauk.
karena yang ikut begitu banyak, ternyata semua sudah datang.
Raka dan Rafa sudah pamitan pada istri masing-masing, keduanya sudah siap berangkat dengan ustadz Arifin dan beberapa anak buahnya.
tapi pertama mereka tak langsung menuju ke makam desa, tapi mereka mencari beberapa petunjuk dulu tentang Aisyah di belakang rumah Rizal.
bukan bertemu Aisyah, malah bertemu pocong gosong yang dulu sering menganggunya.
Raka pun hanya bisa geleng-geleng melihat pocong itu, "mau apa lagi nih pocong nongol,"
"aku kangen, kan jemu tau jika aku itu arwah penasaran," kata pocong itu tertawa.
"iya-iya tapi bukannya udah bareng teh Kunti di kebun samping sekolah, kenapa kesini?"
"habis tadi ada yang mengundang kami, terus kami di buang kesini,dan aku juga bingung," jawab pocong itu.
"aku lihat di sana dulu, om poci silahkan temu kangen ya," pamit Rafa.
"iya deng, oh ya hati-hati ya tadi disana kalau gak salah ada Buto dan om item,"
"siap deh," jawab Raka.
benar saja, tak butuh waktu lama Rafa sudah melihat genderuwo dan juga Buto yang di maksud.
Rafa ingin sekali tertawa, pasalnya Buto biasanya besar dan tinggi tapi ini malah pendek dan berwarna coklat.
tak hanya itu, genderuwo yang biasanya sanggar dengan taring malah terlihat begitu tak berdaya.
"kamu yakin mereka hantu om item, woi ..."
"ya elah meeka sih masih kroco kali, ilmunya saja tak ada seperempat dari ilmuku, bener gak junior, kamu berani melawan ku, terlebih tuan ku!" marah om item.
"aduh Mbah, kami mah cuma di minta main kesini, kami juga gak tau apa yang terjadi, jadi kita damai ya," kata Buto itu.
"kalau begitu pergi dan bubar, jangan berani datang kemari lagi," usir om item.
sedang Raka malah di kepung oleh para hantu wanita, mulai dari kuntilanak, Wewe gombel, bahkan siluman juga.
"ya elah, ini kenapa malah ngumpul di mari, bubar sebelum aku memusnahkan kalian semua," kesal Raka.
"memang kamu bisa, dasar manusia munafik," marah kuntilanak merah.
"tapi sayangnya aku bukan manusia yang biasa," jawab Raka tertawa.
"Ki Adhiyaksa!" panggil Raka.
penjaga itu datang dengan wujud paling seram, bahkan sebuah teriakan darinya sudah mampu menghancurkan semuanya.
"dasar arwah rendahan, beraninya mengusik tuan ku," kata Ki Adhiyaksa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 198 Episodes
Comments
Nuriyah
😍😍😍😍😍😍😍😍
2022-03-04
0