Yara mendengus kesal. Ia menatap punggung Amoera yang berlalu meninggalkannya. Wanita itu benar-benar berhasil membuat kepala Yara mengeluarkan lahar panas. Wanita yang muncul dari antah berantah itu juga sukses membuat Yara melakoni perannya sebagai seorang istri, menghempas jauh para pelakor dan perusak rumah tangga, meski dirinya tidak sadar akan hal itu.
Malam semakin larut. Acara resepsi telah usai, namun masih saja banyak tamu yang berdatangan memberi ucapan selamat pada kedua pengantin baru itu. Tamu-tamu dari kalangan atas itu merupakan kolega dari Blackfire Company dan Lincoln Group. Sebagian merupakan teman-teman mendiang orangtua Yara. Banyak sekali yang prihatin dengan kisah piluh Yara sewaktu ia masih kecil, namun mereka juga turut bahagia karena menurut mereka Yara berada di tangan orang yang tepat.
Di dalam kamar pengantin yang telah dihias dengan begitu mewah, Yara merebahkan tubuhnya yang tampak lemas. Masih menggunakan gaun pengantin dan memakai sepatu hak tinggi miliknya. Tak lama setelah merebahkan diri, seorang pria yang kini berstatus sebagai suaminya masuk ke dalam kamar. Ia melihat penampakkan Yara yang sangat-sangat kacau.
"Perbiasakan dirimu sebelum tidur untuk membersihkan diri," tutur Gala sembari meletakkan setelan jasnya di tempat pakaian kotor.
Yara tak menggubris. Gala pun mendekat dan memperhatikan posisi tidur Yara yang telentang di ranjang. Tiba-tiba suara dengkuran halus menyambar gendang telinga Gala.
"Apakah Elyora juga begini? Mendengkur saat tidur?" gumamnya sembari menekuk kecil lehernya.
"Ayahhhh .... Bundaaaa ... " racau Yara.
Gala mendekat.
"Ayah ... Bunda! Aku sangat kesal!" racaunya lagi.
"Apa yang kau bicarakan?" tanya Gala keheranan.
"Aku sudah menikah dengan lelaki pilihan kalian. Tapi aku membencinya dan sama sekali tidak mencintainya!"
Gala berdehem. "Sepertinya bocah ini mengigau." Ia melepaskan sepatu hak tinggi yang masih melekat di telapak kaki istrinya.
"Hey kau!" menendang.
Gala melonjak.
"Aku tidak akan memberikan suamiku padamu! Wanita tua sialan!" ketus Yara.
Dengan heran Gala mengernyitkan dahi. Ia memandangi wajah Yara yang tertutupi oleh anak rambut. Matanya masih terpejam namun mulutnya tak berhenti mengeluarkan suara. "Apa dia benar-benar tertidur? Apa yang dia bicarakan? Dasar tidak waras."
Gala menuju kamar mandi dan membersihkan dirinya. Ia berendam di dalam bak mandi sembari memejamkan mata. Hari itu telah banyak yang terjadi dalam hidupnya. Tiba-tiba saja sudah menikah dan memiliki status sebagai suami. Gadis sepuluh tahun lalu yang masih pucuk kini telah bertumbuh dewasa. Masih tak dapat menyangka jika dirinya akan menikah dengan anak dari sahabatnya sendiri, anak dari wanita yang sangat ia cintai.
Melepas penat dan lelah selama tiga puluh menit berendam air hangat membuat tubuh Gala terasa bugar kembali. Ia beranjak dari bak mandi dan meraih handuk putih di gantungan. Gala menggosok tubuhnya yang masih basah menggunakan handuk. Ia menuju ruang ganti pakaian dan mencoba mencari pakaiannya di dalam lemari.
"Tunggu!" menghentikan aktivitasnya. "Jangan bilang Shanks tidak membawakanku pakaian ganti!" celutuknya.
Gala terus membongkar lemari itu. Namun satu pun pakaiannya tidak ada di sana. Hanya ada baju-baju tidur milik Yara yang seksi-seksi. Gala menggertakkan gigi. Ia benar-benar kesal dan mulai naik pitam.
"Si idiot itu pasti lupa!" meraih ponselnya di atas nakas dan menghubungi asisten pribadinya.
Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangk ...
"Sial! Kenapa di situasi genting ini, dia tidak mengaktifkan ponselnya!" Gala menatap penampilan tubuhnya yang hanya berlilitkan handuk di pinggang. Dengan sangat jengkel ia berjalan menuju sofa di kamar. Ia menatap jam tangannya yang sudah pukul sebelas malam. "Arrhh!" mengacak rambutnya. "Orang-orang akan mengira aku mesum jika keluar dengan keadaan seperti ini. Jika itu terjadi, habis sudah harga diriku!"
Lelaki itu berniat untuk pulang ke mansionnya mengambil pakaian. Namun ia mengurungkan niat untuk meninggalkan kamar itu. Gala tertidur di sofa hanya dengan menggunakan handuk. Walaupun handuk itu tidak bisa menutupi sebagian pahanya namun setidaknya menutupi harta karunnya yang terletak di bawah pusar.
Pukul tiga dini hari Yara terbangun. Ia mendapati tubuhnya yang masih mengenakan gaun pengantin. Ia melemparkan pandangnya ke segala penjuru kamarnya. "Huhh!" membuang napas lega. "Aku kira Om Gala tidur di sini. Untung saja tidak," gumamnya.
Merasakan lelah yang telah berkurang membuat Yara tergerak untuk mandi. Ia membuka pakaiannya dan melemparnya ke segala arah. Kini tubuh Yara polos tanpa sehelai benang. Karena menganggap hanya seorang diri di kamar itu, Yara berlenggang-lenggang menuju ke kamar mandi.
"Na na na na na na ... hmm .. hmm ... " bernyanyi santai.
Yara menekan tombol sehingga air hangat mulai terjun bebas dari atas membasahi tubuhnya. Namun tiba-tiba ia seperti mendengar sesuatu. "Bunyi apa itu?! Aku tidak kentut kok," gumamnya.
Pruttttutut!
Bunyi itu kembali terdengar. Yara menekan tombol off sehingga air berhenti mengalir dari atas sana. Pandangannya kini beralih di toilet. Letak toilet dan kamar mandinya bersebelahan. Hanya sebuah tirai yang menjadi pemisah antara kamar mandi dan toilet. Dengan penuh rasa penasaran yang tinggi, Yara pun mendekat ke arah tirai itu. Tangannya mulai bergerak membuka lebar tirai penyanggah.
Yara terbelalak. Matanya serasa mau copot dari tempatnya. "Aaaaahhhhh!" teriaknya nyaring.
Ia benar-benar terkejut karena mendapati tubuh telanjang Gala yang sedang duduk di kloset sembari membuang hajatnya.
"Berisik!" tukas Gala. Ia juga tampak terkejut saat melihat tubuh polos milik Yara. Sebagai pria dewasa yang normal, rasa ingin menerkam tubuh kecil itu sangat menggebu. Gala menahannya karena dia memang tidak berniat menyentuh tubuh Yara tanpa ijin.
Yara segera menutup kembali tirai itu. Rasa malu teramat sangat dirasakannya. Apalagi tubuhnya juga murni tidak berbusana sama seperti pria yang sedang duduk di kloset itu.
"Kenapa Om Gala ada di kamarku?! Bertelanjang pula," lirih Yara, malu.
"Aku lupa membawa baju ganti. Aku sakit perut dan ingin buang air besar," jelas Gala tampak tenang.
"Tapi 'kan ini kamarku!"
"Lalu?"
"Yaa, Om Gala tidak berhak ada di sini!"
"Aku suamimu."
Ucapan Gala mengena di hati Yara. Seketika bayangan mengenai pernikahan mereka yang baru saja berlangsung beberapa jam lalu terlintas di benaknya. Yara terdiam. Ia sangat malu dan teramat malu! Bagaimana tidak, Gala merupakan pria pertama yang melihat penampakkan tubuhnya tanpa sehelai benang.
Yara segera menyelesaikan ritual mandinya dan bergegas keluar dari dalam kamar mandi menuju walk in closet. Yara mendengus kesal saat melihat seluruh pakaian tidurnya yang seksi-seksi. "Aishhh! Sial!" desisnya. Yara lebih senang memakai pakaian terbuka saat tidur.
Gadis itu pun terpaksa memakai pakaian tidurnya yang seksi. Sebelumnya baju tidur yang semi lingerie itu sangat nyaman baginya, namun terkhusus malam itu dan mungkin seterusnya ia akan merasa tidak nyaman memakai pakaian semi lingerie itu jika Gala masih tetap sekamar dengannya.
Beberapa saat kemudian, sosok Gala muncul dari dalam kamar mandi. Masih dengan handuk yang melilit di pinggang. Ia berjalan mendekat ke sofa tempat peristirahatannya. Gala tak melihat penampakkan Yara di sana. Tiba-tiba matanya tak sengaja melirik ke arah pintu ruangan pakaian. Betapa terkejutnya Gala saat ia melihat perempuan yang keluar dari dalam ruangan itu. Yara mengenakan lingerie transparan miliknya.
Tubuh mungil yang mulus, dengan dua benda lunak yang bergelantung di dada, meski ukurannya rata-rata seperti gadis remaja pada umumnya, tapi tetap saja menggoda di mata para pria. Kemudian di bagian bawah nampak pakaian dalam yang menutupi penjara suci miliknya, di tambah lagi dengan paha mulus tak bercela benar-benar membuat mata, hati dan pikiran Gala bentrok.
Gala menelan salivanya dengan kasar. Apa dia sudah tidak waras? Dia benar-benar menggodaku! Gala melemparkan pandangannya ke lain arah, pura-pura tidak melihat Yara yang berjalan menuju ranjang.
Gadis itu berlari sembari menyilangkan tangannya di dada. Ia tampak gugup bercampur malu. Baru kali itu ia tidak percaya diri mengenakkan baju tidurnya sendiri. Atasan singlet dengan kain transparan berwarna putih yang panjangnya hanya beberapa jari saja dari milik pusakanya.
"Om Gala, jangan berani mendekat kemari! Ini wilayahku. Kau di situ saja dan jangan bergerak sedikitpun."
"Jangan mengharapkan apa-apa dariku. Aku tidak akan tertarik sedikitpun pada tubuhmu yang tidak memiliki apa-apa!"
Degg!
Ti--tidak memiliki apa-apa? Penghinaan macam apa ini?! Batinnya. Yara mengeratkan rahangnya. "Apa maksud, Om?" menekankan kalimat.
Gala beranjak dari duduknya. Ia menatap Yara dengan tajam. Seketika Yara langsung menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya. "O--om lihat apa?!"
"Dasar kekanak-kanakan!" gumamnya.
Prutttt
Gala kembali memegang perutnya. Ia langsung bergegas menuju toilet. "Sial! Memalukan sekali."
"Ihhh Om jorsekkk! Kentut sembarangan, iww!" ledek Yara sembari menjepit hidungnya.
"Diam kau! Jika bersuara lagi aku akan menyantapmu malam ini juga!"
Degg!!
Yara bungkam.
To be continued ...
Jika masih suka dengan ceritanya, jangan lupa like, komen dan vote ya. Salam cinta dari pacarnya Om Gala ... ups salah 🤭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
reza gaming 30
lucu juga critanya
2022-04-15
0
Theresia Setyawati
harap maklum masih 18thn..Gala jangan kepancing donk.. dibimbing istri mudanya ya.. n
2022-04-12
0
Areum
om gala kebanyakan makan semur jengkol 🤣🤣 sampai sakit perut 🤭
MP yg d impikan harus tertunda gr" sakit perut 🤣🤣
next kak & tetap semangat 💪😘
2022-03-27
0