Keesokan paginya, Yara tampak sudah bersih dan wangi. Selama beberapa hari ia di Indonesia, setiap paginya gadis cantik itu selalu berkunjung dan meletakkan bunga di makam kedua orangtuanya. Dan pagi itu seperti biasanya ia melakukan aktivitas di sana. Namun pagi itu suasana tampak berbeda, Yara mengernyitkan dahi sembari melempar pandang ke segala arah, seperti mencari sesuatu.
"Siapa yang datang berkunjung pagi-pagi buta begini?" gumamnya sembari mencium aroma bunga mawar yang masih segar itu. Yara jelas merasa heran lantaran ada seseorang yang lebih dulu berkunjung di makam mendiang orangtuanya sebelum ia datang. Dan pada saat itu Yara tiba di makam keluarga Lincoln pukul setengah tujuh pagi.
"Tidak mungkin kalau Oma. Karena Oma belum bangun saat aku tiba di sini," lirihnya lagi.
Setelah merasa pusing dengan rasa penasarannya, Yara pun memilih untuk tak menghiraukan. Gadis itu meletakkan bunga hidup yang sama persis dengan bunga yang di bawah seseorang sebelum dirinya berkunjung sehingga kedua bunga itu bersebelahan. Ia pun mengusap lembut makam Ray dan Elyora, kemudian berlalu meninggalkan pusara itu.
Tak memakan waktu setengah jam, Yara kembali ke rumah Oma Amber. Dan lagi-lagi ia dibuat heran dengan semua pelayan yang ada di rumanhnya. Bagaimana tidak, pelayan-pelayan itu terlihat sibuk berbenah. Para koki juga tampak sibuk menyiapkan hidangan. Dan beberapa orang asing berada di depan rumah Oma Amber sembari membawa barang-barang dekorasi.
"Mana Oma?" tanya Yara pada salah satu pelayan rumahnya.
"Nyonya Besar sedang bertemu seseorang," ucap pelayan itu.
"Siapa?" tanya Yara lagi membuat pelayan wanita itu terdiam.
Tidak dapat menjawab pertanyaan dari Yara, pelayan itu langsung berlalu begitu saja dari hadapannya.
"Hey ... tunggu!" ketus Yara.
Pelayan itu tak menggubris. Wajahnya tampak panik, dahinya berkeringat dingin.
Yara semakin penasaran dengan apa yang terjadi di rumah Oma Amber. Semua orang tampak sibuk lalu lalang, tak satupun yang mengajak Yara berbincang. Jika orang-orang itu sempat berpapasan dengan Yara mereka hanya bisa menunduk dan kemudian segera menjauh dari bayang Yara.
"Apa yang terjadi di sini?! Apa Oma akan mengadakan acara? Tapi kenapa Oma tidak memberitahuku?!" Pertanyaan demi pertanyaan terus menggerogoti benaknya. Ia mencoba mencari keberadaan Omanya, namun tak kunjung ketemu. Ia juga mencoba bertanya pada orang-orang disekelilingnya, tapi nihil. Semuanya bungkam. Ingin rasanya gadis itu mengancam pelayan-pelayan itu namun ia mengurungkan niatnya.
Tiba-tiba sosok yang tak asing bagi Yara muncul di hadapannya bersama dengan Oma Amber. Betapa terkejutnya Yara saat ia melihat pria yang sangat ingin dijauhinya. Mata gadis itu melebar dan tanpa disadari Yara mulutnya pun ikut menganga. Beberapa saat kemudian Yara mencoba untuk bersikap tenang. Ia mengatur napasnya dan melangkahkan kaki mendekat ke arah pria yang tak lain adalah Gala Zayn Rodderick.
"Yara, kau sudah pulang rupanya," ucap Amber memecah keheningan.
"Ehm, iya Oma. Oma dari mana saja?" tanya Yara pura-pura tidak memperhatikan lelaki dengan postur tubuh bak atletis di sebelah Oma Amber.
"Oma dari halaman belakang dan lagi berbicara suatu hal yang penting bersama Tuan Gala," ucap Amber menunjuk posisi tubuh Gala.
Sial! Pakai disebut segala lagi namanya! Aku 'kan jadi kehilangan cara untuk mengacuhkannya. Batin Yara.
"Hari ini kita akan menggelar upacara pernikahan," tutur Gala dengan suara berat miliknya.
Gadis itu tertegun. Ia menelan salivanya dengan kasar. Ucapan Gala benar-benar menjadi panah yang kini mendarat tepat di jantungnya. Yara serasa terkena serangan jantung mendadak. "Me--menikah? Siapa yang akan menikah?" tanyanya reflek. Ia tiba-tiba menjadi kikuk.
Gala masih menatap manik Yara dengan tajam. Benar-benar mirip Elyora! ucap Gala dalam hati.
Pertanyaan Yara berlalu begitu saja. Tidak ada yang menjawab pertanyaan yang ia lontarkan. Merasa canggung dengan suasana, Yara pun kembali membuka suara. "Apa Oma akan menikah lagi?" tanyanya pura-pura tidak tahu.
Amber terkekeh. "Nenek tua berusia tujuh puluh lima tahun seperti ini memangnya masih bergairah untuk menikah?"
Yara menggeleng kepalanya dengan cepat. Ahh sial! Apa yang harus aku katakan!
Lama terdiam. Kini Yara memandangi tubuh dan wajah calon suaminya. Tanpa disadari gadis itu sebenarnya ia merasa terpukau dengan pria tiga puluh delapan tahun yang sedang meliriknya dengan datar. Yang benar saja! Apa Om Gala memakai susuk atau sejenisnya? Wajahnya sama sekali tidak berubah saat terakhir aku bertemu dengannya sepuluh tahun lalu.
"Yara bersiaplah. Siang ini kau dan Tuan Gala akan menuju ke gereja untuk diberkati dalam pernikahan," tutur Amber, kembali mematahkan hatinya.
"Tapi Oma ... " lirihnya lemas. Sia-sia sudah aku bersembunyi darinya! Tetap saja dia menemukanku.
"Aku berikan waktu selama satu jam. Jika lewat dari itu aku akan membawamu secara paksa!" Kalimat-kalimat Gala menjadi perintah bagi Yara dan Yara adalah gadis yang sama sekali tidak suka diperintah oleh siapa pun, kecuali Omanya. Itu pun kalau Oma Amber benar-benar memaksa.
"Om Gala, aku rasa ini terlalu cepat. Aku saja baru tamat sekolah, masa iya aku harus berubah status dari lajang lalu langsung menikah! Berpacaran pun aku belum pernah. Apalagi menikah!" ketus Yara sedikit menekankan kalimat akhir yang ia ucapkan.
"Yara, aku sudah menunggumu selama sepuluh tahun. Aku sengaja mengirimmu bersekolah di luar negeri agar kau mandiri dan dewasa dalam berpikir."
Yara terdiam. Ia mengepalkan tangannya. Dan benar saja, pada saat Yara berusia delapan tahun, dia adalah gadis yang manja dan cengeng. Gala sama sekali tidak menyukai tipe wanita seperti itu. Makanya Gala dengan terpaksa menjauhkannya dari Oma Amber agar dirinya tidak manja. Karena seorang pewaris tunggal perusahaan bergengsi harus tangguh, cerdas dan mandiri. Oma Amber pun menyetujui itu.
"Dan asal kau tahu saja, aku juga tidak ingin menikahimu. Bocah ingusan yang tidak tahu apa-apa! Namun aku sudah terikat janji dengan kedua orangtuamu untuk menikahimu. Jadi aku tetap memenuhi janjiku apapun yang terjadi!"
Yara menyentak kakinya, tanda tak suka dengan ucapan Gala. Ia berlari menuju kamarnya, dan di susul beberapa maid yang akan mendandaninya.
"Oma, maaf kalau aku terlalu keras padanya," ucap Gala.
"Sama sekali tidak apa-apa, Tuan Gala. Malahan Oma senang jika Tuan Gala membimbing Yara supaya menjadi wanita tangguh dan pekerja keras."
"Trima kasih Oma. Namun akan terasa kaku jika Oma memanggilku dengan sebutan Tuan. Jadi panggil saja aku Gala."
"Baik Gala. Oma teringat waktu dulu. Saat Ray dan Elyora masih hidup dan belum menikah. Kalian bertiga selalu bersama datang ke rumah Oma dan main ke sini. Kau juga selalu memanggil Oma dengan sebutan Ibu, karena kau sebaya dengan anakku, Ray."
Gala menarik sudut bibirnya. "Iya, Oma."
Dan pada saat itu aku sangat menyukai Elyora. Sangat-sangat mencintainya! Aku terlihat bego karena selalu menuruti segala keinginannya, padahal aku tahu dengan pasti jika Elyora mencintai Ray, dan tidak ada tempat bagiku, sedikitpun di hatinya.
To be continued ...
Jika suka dengan cerita ini jangan lupa untuk ditambahkan ke daftar favorit dan beri like, komen dan vote ya gaiss ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Theresia Setyawati
gak dapet emaknya... anak gadisnya gpp lah ya...
2022-04-12
0
Tarry Lestarry
wah ini judulnya emang pas🤭🤭😂😂😂😂Suamiku tuwirr🤣🤣🤣🤣
2022-04-11
0
zaenatun
baru awal ya..jd aq harus mahami dulu🤭🤭👍👍🙏🏻🙏🏻
2022-03-31
0