Elleanore tiba di rumah saat hari menjelang sore. Gadis itu langsung terkejut saat melihat seseorang yang sedang duduk di ruang tengah bersama Abang Gika.
"Henry!" Seru Elleanore yang langsung berlari menghampiri pria bernama Henry tersebut dan memeluknya dengan erat.
"Queen! Lama tidak bertemu, hah?" Sapa Henry yang memang terbiasa memanggil El dengan Queen, berbeda dari kebanyakan orang yang memanggil Elleanore dengan El saja.
"Kau kemana saja?" Tanya Elleanore penuh selidik.
"Sibuk mengaduk-aduk semen!" Bukan Henry melainkan Gika yang menjawab dengan sedikit ketus.
"Hah? Apa maksudnya?" Tanya Elleanore bingung.
"Kau tanya sendiri pada pria itu! Kesana kemari aku mencarinya dan dia malah jadi kuli bangunan, mengabaikan kuliahnya," Gika sudah ganti bersedekap dan wajahnya tetap terlihat kesal.
"Aku dan adikku butuh makan!" Sergah Henry membela diri.
"Lalu kau menganggap aku dan El itu apa? Musuh bebuyutanmu?"
"Kau sangat bisa datang kemari, meminta pekerjaan kepadaku dan tak perlu mengabaikan kuliahmu!" Cecar Gika berapi-api.
"Kau bahkan tak memberi tahu aku dan El kalau ibumu sedang sakit! Hingga beliau meninggal pun kau masih tak mengabari kami berdua."
"Benar-benar keterlaluan kamu, Hen!" Decak Gika yang langsung membuat Elleanore menatap prihatin ke arah Henry.
"Ibu kamu meninggal?"
"Sudah dua bulan yang lalu." Jawab Henry lirih.
"Aku turut berduka," ucap Elleanore lagi yang hanya membuat Henry mengangguk.
"Ibu meninggalkan sebuah toko untuk kelangsungan hidupku dan adikku saat beliau meninggal. Tapi aku tak bisa mengelolanya dan malah gulung tikar. Jadi aku pikir, daripada adikku kelaparan, aku bekerja di proyek saja ikut tetangga," terang Henry akhirnya memberikan penjelasan pada Gika dan Elleanore.
"Sudah, Bang! Jangan dimarahi lagi!" Pinta Elleanore pada Gika yang sejak tadi masih bersedekap dan wajahnya tetap menunjukkan raut kesal.
Henry adalah teman Magika, meskipun sebenarnya Henry juga adalah teman sekaligus sahabat Elleanore saat SMA. Henry pernah menyelamatkan nyawa Magika, itulah yang membuat Gika selalu peduli padanya. Sedangkan hubungan Henry dan Elleanore berawal dari teman sebangku saat SMA, lalu berlanjut jadi teman mengerjakan tugas dan akhirnya teman curhat juga. Henry yang otaknya encer, kerap membantu Elleanore dalam mengerjakan tugas. Hingga dulu banyak yang mengira kalau Henry dan Elleanore pacaran. Padahal mereka tidak pernah pacaran dan hanya bersahabat hingga detik ini.
"Kau dan adikmu tinggal dimana sekarang?" Tanya Elleanore selanjutnya pada Henry.
"Di kost-kostan-"
"Sudah kubilang, pindah saja ke apartemenku!" Sergah Gika memotong kalimat Henry.
"Biasa saja ngomongnya,nggak usah nge-gas, Bang!" Tegur Elleanore pada Gika.
"Siapa yang nge-gas? Ini sudah biasa saja!" Sahut Gika ketus.
"Ajak Hendy pindah ke apartemen Abang Gika saja! Apartemennya juga nganggur dan hanya dijadikan tempat mesum," ucap Elleanore selanjutnya pada Henry.
"Hei, Nona! Jaga ucapanamu! Seorang Gika tak mungkin berkencan di apartemen! Seperti sudah tidak ada hotel yang buka saja!" Gika menuding ke arah Elleanore dan berucap dengan pongah.
"Ya iya nggak dibawa ke apartemen! Biar kalau putus nggak dicariin ke apartemen!" Cibir Elleanore pada sang Abang.
"Masih belum tobat?" Tanya Henry menyela.
"Abang Gika? Tobat? Mustahil!" Cibir Elleanore sekali lagi
"Kecuali kena penyakit kelamin," imbuh Elleanore bergumam cukup keras yang langsung membuat Gika bangkit dari duduknya dan menyentil telinga kanan Elleanore.
"Abang!" Elleanore langsung mencebik dan hampir menangis.
"Nangis! Mewek! Ngadu sama Mom dan Dad! Dasar manja!" Ledek Gika yang semakin membuat Elleanore mencebik. Gadis itu juga sudah menghentak-hentakkan kakinya ke lantai.
"Abang jahat!"
"Sudah, Queen! Nanti aku balesin," hibur Henry seraya merangkul Elleanore dan menenangkan gadis itu.
"Ck! Cari-cari kesempatan!" Gika ganti meledek Henry. Namun Henry hanya mencibir dan tetap merangkul Elleanore yang masih merengut.
Hingga akhirnya suara obrolan dari dua pria yang baru datang, membuat Elleanore berhenti merengut. Elleanore hafal sekali dengan suara itu.
"Abang Edward!" Sapa Elleanore yang sudah dengan cepat melepaskan rangkulan Henry dan menghampiri Edward yang baru datang bersama Richard.
"Selamat sore, Nona El!" Sapa Edward datar sebelum kemudian pria itu melanjutkan pembicaraannya dengan Richard.
"Abang Edward lama tidak terlihat? Banyak pekerjaan, ya?" Cecar Elleanore bawel sekali.
"Iya!" Jawab Edward singkat dan padat.
Edward mempercepat langkahnya menuju ke ruang kerja Richard di kediaman Alexander dan meninggalkan Elleanore yang selalu bawel dan banyak bertanya saat Edward datang.
"Oke, bye!" Elleanore melambaikan tangan ke arah Edward yang sudah menghilang ke arah ruang kerja Richard bersama Richard tentu saja.
"Dua pria kanebo kering masuk ke dalam satu ruangan! Kira-kira mau berbuat apa, ya?" Celetuk Gika seraya tertawa kecil. Henry ikut tertawa mendengar celetukan konyol Gika.
"Abang!" Tegur Elleanore pada Gika yang sering sekali mengejek Richard sebagai kanebo kering. Meskipun Elleanore kadang juga melakukannya.
"Apa? Kau yang mencetuskan ide kanebo kering itu!" Kilah Gika mencari pembenaran.
"Iya juga, sih! Tapi yang kanebo kering kan Abang Richard saja. Abang Edward enggak!" Ujar Elleanore yang selalu memuji-muji Edward setinggi langit. Padahal cinta Elleanore pada Edward saja tak pernah dibalas dan hanya bertepuk sebelah tangan.
Namun sepertinya Elleanore memang keras kepala dan pantang menyerah dalam mengejar dan mencari perhatian Edward.
Ck!
Dasar Elleanore!
"Sama saja! Abang Edward dan Abang Richard itu sama! Sama-sama kanebo kering!"
"Belum tahu saja rasanya menyentuh wanita, kalau tahu pasti juga auto jadi playboy!" Cerocos Gika panjang lebar yang langsung membuat Elleanore mencibir.
"Abang aja yang playboy! Nggak usah ngajak-ajak kalau mau jadi playboy!"
"Kau juga jangan ikut-ikutan, Hen!" Elleanor menarik Henry agar sedikit menjaga jarak dari Gika playboy.
"Aku pria baik-baik, Queen! Tenang saja!" Jawab Henry menenangkan Elleanore.
"Cih! Baik-baik! Nanti kalau sudah jadi asisten sekaligus manajerku paling juga keluar jiwa playboy-mu!" Cibir Gika pada Henry.
"Jadi Abang Gika mau menjadikan Henry asisten dan manajer?" Tanya Elleanore penuh selidik.
"Ya! Kebetulan hanya itu lowongan yang tersedia," jawab Gika seraya menyandarkan punggungnya di sandaran sofa, lalu pria itu mengangkat kaki kanannya jadi menumpu di atas kaki kiri.
"Manajer Abang kemana memangnya?"
"Sibuk mengurus kliennya yang lain! Siapa juga yang mau berbagi manajer dengan orang lain!" Jawab Gika pongah.
Elleanore sontak mencibir.
"Udah ah! Mau mandi!" Ujar Elleanore seraya beranjak dari duduknya.
"Aku juga mau pulang ke kost," Henry ikut-ikutan bangkit berdiri.
"Bawa mobil dan jangan naik ojek!" Gika melemparkan kunci mobilnya pada Henry.
"Ada motor tidak?"
"Tidak ada! Aku punyanya mobil!" Jawab Gika ketus.
Henry hanya garuk-garuk kepala dan akhirnya berpamitan pada Gika dan Elleanore.
"Ini malam terakhirmu di kost, Hen! Besok kau dan adikmu, He..."
"Hen..."
"Hendy, Bang!" Sahut Elleanore memberitahu abangnya yang pelupa. Mungkin itu alasan lain Abang Gika kerap gonta-ganti pacar. Abang Gika mudah lupa pada nama pacarnya, jadi mungkin saat bersama Sari Abang Gika malah menyebut Mery. Hancur sudah dunia persilatan dan si pacar auto minta putus.
"Iya, Hendy! Kenapa nama kalian mirip? Kalian anak kembar memang?" Decak Gika yang hanya membuat Henry tertawa kecil.
"Kembar beda tahun!" Gumam Henry seraya berlalu menuju ke pintu utama kediaman Alexander.
"Aku pulang dulu, Queen!" Pamit Henry berseru pada Elleanore yang sudah tak terlihat batang hidungnya. Sepertinya sudah menghilang ke kamarnya di lantai dua.
"Ingat pesanku tadi, Hen!" Seru Gika mengingatkan.
"Siap, Bos!"
.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir.
Jangan lupa like biar othornya bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Nanda Lelo
the real sultan mah
2022-10-07
0
❤️⃟Wᵃf✰͜͡ᴠ᭄ᴇʟᷜᴍͣuͥɴᷤ✪⃟𝔄⍣⃝కꫝ🎸
Baik bener bang Gika.... lop yu puuuull Bang
2022-03-16
0
Reni Kurniasih
makin seruuuu..,
2022-03-16
1