Pangeran memegang perutnya, ia tertawa terbahak. Karyawan Ratu yang lain menahan tawanya. Mereka takut di pecat. Yang membuat Pangeran tak bisa menahan tawa, saat Akhtar mencium lantai, tangannya menarik pakaian kuat sehingga tiang gantungan pakaian menimpa tubuh Akhtar.
Ratu yang melihat Akhtar di timpa tiang gantungan pakaian, mendekati dan membantunya berdiri.
"Maaf, aku tak bermaksud membuat Om jatuh begini," ujar Ratu dengan rasa bersalah. Ratu mengulurkan tangannya untuk membantu Akhtar berdiri.
"Gimana bang, dapat kodoknya?" tanya Pangeran.
"Kodok?" Ratu balik bertanya.
"Itu melompat mau menangkap kodok'kan," ucap Pangeran tanpa rasa bersalah.
"Siapa sih bocah ini?" tanya Akhtar sambil memelototi matanya ke arah Pangeran.
"Aku? Abang belum kenal siapa aku? Aku Pangeran dari kerajaan Azril," jawab Pangeran dengan wajah songong.
"Kerajaan Azril? Mana ada kerajaan namanya Azril. Dasar bocah sableng," ucap Akhtar.
"Wah ... wah ... minta di beri kartu merah kayaknya nih. Bisa-bisanya sang Pangeran dikatakan sableng."
"Pangeran! Jangan bercanda. Kamu mau apa ke sini?"
"Jadi benar namanya Pangeran? Siapanya kamu?" bisik Akhtar.
"Adik bungsu aku," ucap Ratu. Bagai di sambar petir Akhtar mendengar jawaban dari Ratu. Ia langsung memberikan senyum termanisnya pada Pangeran.
"Kenapa Abang cengengesan?"
"Namamu bagus. Pangeran, cocok dengan wajahmu yang tampan."
"Maaf Rudolfo, aku sudah tak tertarik dengan pujianmu itu."
"Ternyata anak dan bapak sama-sama pecinta telenovela," gumam Akhtar, tapi masih dapat di dengar Pangeran.
"Abang, akan aku adukan sama Daddy."
"Jangan dong! Kamu mau apa?" ucap Akhtar cepat.
"Aku mau tas dan sepatu pengeluaran terbaru buat kuliah."
"Pangeran!" teriak Ratu mendengar ucapan adiknya itu. "Nanti Kak Ratu adukan Daddy kalau kamu memeras Om Akhtar."
"Aku nggak memeras. Kak Ratu dengar sendiri tadi abang ini yang menawari aku."
"Nggak apa, Ratu. Kapan kita pergi belinya."
"Serius bang? Sumpe? Wah, nggak jadi kartu merah deh, kartu hijau buat abang. Siapa nama abang?"
"Akhtar."
"Calon abang terbaik, deh," ucap Pangeran dengan mengedipkan matanya.
"Dasar pemeras," ucap Ratu memukul lengan Pangeran bertubi-tubi.
"Ampun, Kak. Aku adukan Kakak ke Komisi Perlindungan Anak Indonesia dengan tuduhan penganiayaan."
Akhtar tersenyum melihat kakak dan adik itu bertengkar. Ia yang anak tunggal tak pernah merasakan bagaimana memiliki saudara.
Akhtar pamit pulang, dan mengajak Pangeran ke toko sepatu dan pakaian ternama. Pangeran tampak senang sekali. Ratu sudah melarang agar Akhtar jangan membelikan Pangeran tas san sepatu, tapi Akhtar mengacuhkan larangan Ratu.
...........
Di salah satu rumah tampak Khaira sedang memasak untuk persiapan makan malamnya dengan Felix. Ia dan suaminya Felix saat ini tinggal di apartemen yang biasa Felix tempati saat lajang.
Tak terasa dua bulan telah usia pernikahan mereka. Sikap Felix masih dingin. Tapi Khaira tak pernah melupakan kewajibannya.
Khaira akan tetap membuat sarapan dan memasak walaupun kadang tak disentuh Felix dengan alasan kenyang, atau telah makan diluar. Tidurpun saat ini mereka terpisah.
Hanya satu yang menguatkan Khaira, anak yang ada dalam kandungannya. Khaira berharap kehadiran anaknya nanti bisa merubah sikap dingin Felix.
Felix baru pulang kerja, ia duduk di depan televisi sambil menonton. Tapi tampak matanya bukan tertuju pada televisi, tapi entah memikirkan apa. Khaira yang melihat kedatangan Felix menghampirinya .
"Mas, baru pulang? Mau aku buatkan kopi atau teh hangat?" tanya Khaira hati-hati. Ia takut mengganggu lamunan Felix.
"Aku tak butuh apa-apa. Tinggalkan aja aku sendiri."
"Mas, pernikahan kita udah berjalan dua bulan. Tapi sikapmu masih sama. Kenapa? Apa aku salah?"
"Jangan memancing kemarahanku, Khaira! Masih saja kamu tanyakan apa salahmu?"
"Mas, aku juga tak pernah menginginkan semua ini. Apa mas tak pernah memikirkan apa sedikitpun? Aku juga korban. Masa depanku telah hancur. Aku tak bisa melanjutkan kuliah."
"Apa kamu pikir aku bukan korban? Aku juga korban. Cita-citaku untuk membina rumah tangga dengan wanita yang aku cintai kandas."
"Jika begitu, kita ini sama-sama korban. Jadi mas tak bisa hanya menyalahkan aku sendiri. Mengapa kita tak mencoba saling mengerti dan memahami demi anak yang ada dalam kandunganku ini? Anak ini tak bersalah. Ia tak pernah minta dilahirkan dalam kondisi seepegi saat ini!"
"Udahlah, Khaira. Aku masih belum bisa menerima pernikahan ini. Yang jelas aku akan tetap bertanggung jawab dengan anak yang ada dalam kandunganmu. Jangan kuatir."
Felix bangun dari duduknya dan menuju kamar meninggalkan Khaira seorang diri. Khaira terduduk dengan air mata yang jatuh membasahi pipinya.
Apakah aku harus minta bantuan kak Ratu agar membuat Felix berubah?Ya, aku harus menemui kak Ratu.Akan aku katakan semua sikap mas Felix selama ini dan meminta kak Ratu bicara pada Mas Felix, agar ia sedikit saja menghargai aku sebagai istrinya.
Bersambung.
Hai, mama gemoi datang lagi membawa rekomendasi novel buat dibaca sambil menunggu novel ini update.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
。.。:∞♡*♥
kasian juga khaira, semoga aja si felix bisa sadar dan nerima khaira lupain ratu
2023-11-04
0
。.。:∞♡*♥
🤣🤣🤣
2023-11-04
0
rindu rindu
sama2 korban.
2023-07-25
0