Ratu menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang membelah jalanan. Kemacetan mewarnai perjalanannya. Ratu menghubungi salah satu karyawan, mengatakan jika ia akan datang telat. Mungkin juga sangat telat.
Ratu berhenti di salah satu rumah yang sangat mewah. Ia meminta izin pada satpam. Setelah menjawab pertanyaan satpam barulah Ratu dipersilakan masuk.
Bibi membukakan pintu rumah begitu Ratu menginjakkan kakinya di depan pintu utama. Ratu tersenyum semringah pada bibi itu.
"Selamat Pagi, Bi. Pak Akhtar ada."
"Ada, non. Silakan masuk!"
Ratu masuk mengikuti langkah Bibi. Ia dipersilakan duduk menunggu. Mata Ratu tanpa sengaja melihat foto Akhtar yang sedang menggendong seorang bayi mungil.
Astaga, benar'kan jika Akhtar itu Oom-oom? Dia telah memiliki anak. Kenapa Raja kemarin meminta tolong padanya untuk menemani aku. Apakah istrinya tak marah.
Bibi datang menemui Ratu dan memintanya untuk menemui Akhtar di kolam renang belakang rumahnya.
Akhtar keluar dari kolom renang bertepatan dengan kedatangan Ratu ke sana. Melihat Akhtar yang hanya memakai bawahan sebagai pakaian renang, Ratu kaget.
"Om mesum, kamu ngapain telanjang," teriak Ratu menutup matanya.
"Siapa yang telanjang, Ratu. Aku pakai celana renang."
"Kenapa berpakaian begitu."
"Nggak mungkin aku pakai sarung untuk renang. Emang kamu tak pernah lihat cowok berenang."
"Cepat ganti pakaian Om."
"Aku udah pakai kimono handuk. Kamu kenapa ke sini?" tanya Akhtar.
"Raja meminta aku mengantar berkas yang harus Om tanda tangani."
Ratu membuka matanya perlahan. Akhtar telah memakai kimono handuk.
"Duduklah dulu, aku ganti pakaian. Aku kira siapa tadi yang datang. Aku tak tau jika itu kamu." Akhtar masuk ke satu ruangan dekat kolam renang. Sepuluh menit ia telah keluar dengan baju casualnya.
Ratu sedikit terpukau saat melihat Akhtar dengan pakaian santainya, ia tampak jauh berbeda. Tampak jauh lebih muda.
Akhtar meminta bibi membawakan makanan untuk dirinya dan Ratu. Setelah makanan dihidangkan, baru Akhtar mulai bicara.
"Di makan. Bibi udah capek nyediakan. Jangan dilihat aja," ucap Akhtar.
"Om belum persilakan, malu dong kalau langsung comot aja."
"Ratuku, silakan makan." Akhtar berkata dengan. tersenyum. Ratu mengambil kue bolu pisang kesukaannya. Ia memakan beberapa potong tanpa malu. Akhtar memandangi dengan dahi berkerut.
"Kamu lapar apa doyan," ucap Akhtar.
"Kebetulan tadi aku cuma sarapan dengan segelas susu. Jadi kesimpulannya aku lapar plus doyan."
"Kamu nggak takut gemuk."
"Kenapa?"
"Biasanya cewek tak mau makanan manis dan hanya mencicipi sedikit."
"Kalau aku tak akan gemuk walau makan sebakul. Itulah kelebihan badanku." Akhtar manggut-manggut mendengar ucapan Ratu.
Ratu memandangi sekeliling rumah Akhtar dengan seksama. Ia heran karena rumah se besar ini keliatan sunyi. Tak ada penghuni kecuali dua orang wanita yang diyakini pembantu rumah tangga. Dan dua orang pria yang mungkin supir dan tukang kebun.
"Kok rumahnya Om tampak sunyi, kemana penghuni yang lain?"
"Siapa? Bibi tadi ada, kan? Memang juga ada?"
"Anak dan istri Om, kemana?"
"Anak dan istriku?"
"Iya, aku lihat di ruang tamu tadi ada foto Om gendong bayi. Mana anak Om itu."
"Oh, lagi nggak di sini."
"Maaf ya, Om. Aku nggak tau kalau Om udah memiliki istri. Raja juga kenapa minta tolong Om yang menemani aku ke pesta. Apakah istri Om tak marah?" bisik Ratu.
"Istriku memang marah sama kamu. Ia sedang mencari tau tentang kamu," bisik Akhtar lagi.
"Kenapa Om tak ngomong dari tadi. Ini cepat tanda tangan di sini. Aku tak mau dijadikan perkedel sama istri, Om," ucap Ratu ketakutan.
"Istriku tak akan menjadikan kamu perkedel tapi akan menjadikan kamu samsak tinjunya. Kebetulan ia atlit tinju."
"Om, aku tak mau babak belur. Cepat tandan tangan," ucap Ratu. Tapi Akhtar masih diam tak pedulikan permintaan Ratu.
Melihat Akhtar yang hanya diam tanpa ada keinginan menanda tangani surat itu Ratu menjadi geram, dicubitnya lengan Akhtar.
"Awww, sakit Ratu. Kukumu panjang seperti harimau."
"Makanya cepat tanda tangani."
"Kamu kemarin mengatakan padaku,kalau udah dua tahun menjalin hubungan dengan Felix."
"Ya, kenapa?"
"Selama dua tahun itu sudah berapa obat luka yang Felix habiskan. Aku baru mengenal kamu aja udah berapa kali kamu lukai."
"Jangan bercanda,Om. Cepat tanda tangani ini."
"Kenapa buru-buru. Kamu tak akan mati dibunuh istriku. Paling juga hanya luka-luka."
"Om, aku serius. Aku tak mau dikatakan pelakor ya." Ratu berdiri dari duduknya.
"Sebaiknya aku pamit aja. Biar orang suruhan Raja yang menjemput kesini." Ratu melangkahkan kakinya.
Baru saja ia berjalan beberapa langkah, pergelangan tangannya di tarik sehingga ia jatuh diatas pangkuan Akhtar. Ratu menjadi kaget menyadari ia berada diatas pangkuan Akhtar. Ia berdiri cepat.
Akhtar tersenyum melihat wajah Ratu yang memerah. Entah karena kaget, takut atau apa itu.
"Jangan bercanda Om. Jika istri Om melihat pasti akan salah paham."
"Aku tak punya istri," ucap Akhtar. "Jadi kamu nggak perlu takut. Duduklah kembali," ujar Akhtar lagi dengan wajah serius.
"Apa maksud Om? Anak siapa yang Om gendong di dalam foto itu?"
"Anakku! Aku duda."
Ucapan Akhtar membuat Ratu membelalakan matanya. Ia tak percaya dengan apa yang didengarnya.
"Jadi Om, duda?" ucap Ratu dengan wajah yang masih terkejut.
"Emang kenapa kalau aku Duda?"
"Pantas Om mesum sekali," bisik Ratu.
Mendengar ucapan Ratu, tawa Akhtar pecah. Ratu selalu berkata dengan polos. Kejujuran dalam ucapannya membuat Akhtar suka. Sejak perpisahan dengan anak istrinya barulah sekarang ia merasa bahagia. Sejak kenalan dengan Ratu. Gadis itu membawa aura kebahagiaan.
Bersambung
Hai, mama mau perkenalkan novel teman nih. Tak kalah menarik dari novel ini. Bisa mampir sambil menunggu novel ini update.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
susi 2020
😀😀🤣🥰😂🥰
2023-02-16
0
susi 2020
🤣😍🥰😂
2023-02-16
0
Najwa
cerita kakaa bagus2 lanjut ya ka semangat
2022-11-05
1