Ratu berdiri di dekat Akhtar yang menyandarkan tubuhnya di mobil. Matanya memandangi langit yang tampak cerah bertaburan bintang-bintang.
"Terkadang kita perlu mengizinkan diri ini untuk menangis untuk bisa menemukan kembali kekuatan dalam diri. Bahkan menangis sebenarnya bukanlah tanda dirimu lemah. Justru dengan menangis, kamu bisa lebih mudah mengendalikan situasi yang sedang kamu alami," ucap Akhtar.
Ia melihat ke arah Ratu. Ia tau saat ini hati wanita itu sedang tidak baik-baik saja. Walau sekuat apapun seorang wanita pasti akan merasakan sakit saat dikhianati, apa lagi itu dengan saudara sendiri.
"Kamu pasti paham betul bahwa terkadang segala yang terjadi di hidup ini begitu berat dan membuat kita terluka. Kita sudah berusaha kuat, tapi pura-pura untuk terlihat baik-baik saja saat masalah begitu berat jelas menyiksa. Jika sudah seperti itu situasinya, terkadang yang perlu kita lakukan adalah mengizinkan diri untuk bersedih, menangis, atau kalau perlu marah sekalian."
"Menangislah, jangan malu. Tak akan ada orang yang mendengar dan mengetahui. Tapi kamu harus keluarkan semuanya di sini. Mulai besok jangan ada lagi air mata, ini yang terakhir kamu menangis untuk pria yang belum tentu juga menghargai kamu."
Ratu akhirnya tak bisa menahan lagi air matanya. Pipinya basah dengan air mata. Akhtar membawa Ratu ke dalam pelukan dadanya.
Setelah sepuluh menit menangis di dada Akhtar, akhirnya Ratu tersadar jika dirinya saat ini berada dalam pelukan pria itu. Ratu menggigit dada Akhtar membuat pria itu berteriak karena kesakitan.
"Kamu lapar ...?" tanya Akhtar sambil meringis.
"Aku ingin memakan Om," ujar Ratu geram.
"Om selalu aja cari kesempatan. Kenapa Om peluk aku."
"Kamu yang peluk aku, jangan menuduh sembarangan ya," ujar Akhtar tak mau kalah.
"Aku mau pulang."
"Ayo, lama-lama aku mati juga kalau bersama kamu. Tadi pukul pakai tas dan sepatu. Sekarang aku di gigit. Dasar, anak siapa sih?"
"Aku anak Daddy. Awas nanti aku bilang Daddy," ucap Ratu.
"Kamu itu udah dewasa, Ratu. Bersikaplah dewasa, jangan manja terus sama Daddy mu."
"Emang kenapa jika aku manja dengan Daddy."
"Nggak selamanya orang tua itu bisa mendampingi kamu. Jadi belajarlah mandiri tanpa orang tuamu."
Ratu cemberut mendengar ucapan Akhtar. Tapi Ratu menyadari jika yang ia ucapkan itu benar adanya.
Akhtar menjalankan mobil perlahan membelah jalanan, mengantar Ratu hingga di depan rumahnya.
"Terima kasih karena mau menemani aku."
"Aku selalu siap kapanpun kamu butuhkan. Jangan sungkan menghubungi aku lagi."
"Tak sudi. Om mesum banget," ujar Ratu.
"Jangan panggil aku, Om. Nanti orang mengira aku ini Om kamu. Usiaku juga baru 32 tahun. Hanya selisih delapan tahun darimu."
"Tapi emang cocok dipanggil Om. Aku pamit Om mesum," ucap Ratu dan keluar dari mobil.
Ratu langsung menuju kamar, membersihkan diri dan tidur. Daddy yang pulang sekitar jam sebelas malam, masuk ke kamar Ratu. Ia membetulkan letak selimut putrinya itu.
Aku sangat menyayangimu putriku. Aku ingin memeluk setiap detik, ingin menciumimu setiap saat. Tak ada niat sedikitpun untuk jauh-jauh darimu. Entah perasaan apa? Mungkin itulah yang dinamakan buah hati. Begitu lekat di dalam hati, setiap nafas-nafas yang terhembus dari dirimu
Suatu saat akan ada seseorang yang menggantikan posisi orang tua saat anak sudah dewasa. Seseorang yang akan merebut cinta kasih dan perhatiannya. Bukan lagi orang tua yang ingin ia dekap. Tapi seseorang yang akan menghabiskan sisa hidup bersamanya.
Aku akan merindukan masa kecilmu. Masa di mana kamu selalu memeluk aku saat ketakutan. Masa di mana kamu selalu memanggil nama aku saat butuh kawan bermain. Masa di mana kamu selalu memanggilku saat merasa lapar. Masa di mana kamu selalu merengek saat menginginkan sesuatu. Aku dengan senang hati menyuguhkan bergelas-gelas cinta dan kasih untukmu putriku. Bagiku sampai kapanpun kamu tetaplah putri kecilku.
Azril mengecup dahi Ratu, menutup pintu kamar putrinya itu. Memang sudah menjadi kebiasaan Ratu tak pernah mengunci pintu kamar.
..........
Pagi hari seperti hari-hari biasanya Ratu pergi ke butik setelah sarapan. Baru saja ia akan menghidupkan mesin mobil, terdengar suara ponselnya berdering.
Ratu mengambil dari dalam tas dan melihat nama Raja yang tertera. Ratu mengangkatnya segera sebelum Raja mengomel nantinya.
"Ratu tolong ambil berkas yang ada diatas meja kerjaku di kamar. Kamu bawa dan berikan pada rekan kerjaku."
"Siapa?"
"Akhtar ...."
"Aku tak mau. Kamu aja yang mengantarkan."
"Ratu ... aku butuh tanda tangan Akhtar sekarang juga. Kalau kamu tak mau mengantarnya, tak akan aku beli tas bermerek pengeluaran terbaru."
"Om itu mesum."
"Akhtar bukan Oom-oom Ratu. Kenapa kamu masih memanggilnya Om. Lagi pula Akhtar telah menolong kamu, kenapa kamu tak suka dengannya."
"Dia sedikit mesum."
"Mesum yang bagaimana?" tanya Raja.
"Aku nggak tau."
"Cepat antarkan berkas itu. Besok aku beri apa yang kamu inginkan," ujar Raja sedikit memohon.
"Iya, Raja. Maksa banget,sih" gerutu Ratu.
Ia terpaksa masuk ke rumah lagi dan mengambil berkas di kamar Raja. Dengan terpaksa Ratu menuju rumah Akhtar sesuai dengan alamat yang Raja berikan
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
susi 2020
😍😍😍🥰
2023-02-16
0
susi 2020
😂😂🤣🥰
2023-02-16
0
Sukliang
mgkn raja mau jodohin dg akhtar
2023-01-17
0