# 13

Walau hanya memperlihatkan wanita itu dari depan pintu kamar March, karena dalam kamar March tidak di pasang cctv. Tapi itu cukup membuat March mengetahui kalau wanita itu pergi di pukul 7.10 dan dalam keadaan yang masih sangat berantakan dan sangat tergesa-gesa.

March memperbesar layar untuk melihat lagi wajah wanita itu. Wajah yang semalam tidak March perhatikan baik-baik.

"Siapa wanita ini? Jangan sampai aku salah mengira. Wanita yang ku pikir wanita penghibur padahal sebenarnya wanita baik-baik. Aaargh..!!! Berdosanya aku kalau sampai seperti itu." Lirih March, ada sedikit penyesalan dalam dirinya.

"Tunggu, tapi dia sudah tidak perawan. Tidak mungkin juga wanita baik-baik tidak perawan lagi dan berada di club malam dalam keadaan mabuk. Aku yakin, dia masuk dalam kategori wanita tidak beres." Lirih March lagi.

"Aaargh... Sudah lah, ngapain juga aku pusing-pusing memikirkan wanita itu!!" Gumam March lagi.

March pun berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Ia mengisi air ke dalam bathtub dan menyalakan aroma terapi untuk merelaksasikan tubuhnya dan pikirannya.

Setelah air dalam bathtub penuh, March pun masuk ke dalam bathtub.

Ia menyandarkan kepalanya di pinggiran bathtub lalu memejamkan matanya dan mulai merelaksasikan tubuh dan pikirannya.

Tapi bukannya ketenangan yang ia dapatkan, otaknya kembali memutar memori tentang malam panasnya dengan Julya.

March membuka matanya.

"Apa ini, kenapa aku malah mengingat tentang malam panas itu." Ucap March.

"Tidak, aku tidak boleh mengingat itu lagi!! Ayo March, pikirkan yang lain."

March pun kembali menyandarkan kepalanya di pinggiran bathtub lalu memejamkan matanya. Ia mencoba menukar memori malam panas dengan memori yang ingin ia ciptakan sendiri, tapi hasilnya nihil, memori tentang malam panas nya dengan Julya begitu kuat. Sangking kuatnya, March sampai susah membuka matanya. March yang awalnya menolak mengingat malam panas itu, kini pasrah menikmati memori malam panas itu.

"Ssh.. aah..." Des ah March sambil memijat pelan 'adik kecilnya' itu. Gara-gara memori itu, 'adik kecil' March kembali terbangun dan minta segera di tenangkan.

Sambil terus memejamkan matanya, March pun menenangkan 'adik kecilnya'.

Lima belas menit kemudian.

"Aaargh.." erangan panjang keluar dari mulut March saat 'adik kecilnya' memuntahkan cairan bening dan kentalnya.

March pun membuka matanya.

"Gila, ini benar-benar gila!! Kenapa hanya membayangkan wanita itu saja, 'adik kecil' ku bisa terbangun seperti ini? Apa karena masih ada sisa efek obat perangsang itu, makanya 'adik kecil' ku masih mudah bangun?" Gumam March.

March yang tadinya ingin berendam berlama-lama di bathtub pun mengurungkan niatnya. Ia pun keluar dari dalam bathtub dan membilas tubuhnya di bawah guyuran shower.

"Aku harus mencari tau siapa wanita itu!!" Gumam March yang merasa tidak tenang sebelum ia tahu siapa wanita yang sudah berhasil merasuk ke dalam dirinya dan ke dalam diri 'adik kecilnya'.

*****

Keesokan harinya.

Kini March sudah berada di dalam ruang kerjanya dan sedang berputar-putar di kursi kebesarannya.

Ceklek. Tiba-tiba saja pintu ruang kerjanya terbuka. Siapa lagi yang membukanya kalau bukan Neon. Karena tidak mungkin Febry karena sekretaris gatal itu sudah March pecat.

"Ada kau kemarin menghubungi ku sampai dua puluh panggilan tak terjawab?" Tanya Neon.

"Kenapa kau tidak menjawabnya?"

"Sengaja. Karena aku ingin me time." Jawab Neon santai sambil mendaratkan bokongnya di kursi depan meja kerja March.

"Cih." Decih March.

"Ada apa? Apa ada sesuatu? Apa wanita yang menjadi teman satu malam mu itu menuntut yang tidak-tidak?" Tanya Neon.

"Alangkah bagusnya kalau dia menuntut. Kalau dia menuntut, aku tidak akan sepusing ini." Jawab March.

"Maksudnya?" Tanya Neon sambil mengernyitkan keningnya.

"Wanita itu pergi disaat aku masih tertidur. Dia tak mengambil apapun dari dompet atau apartemen ku."

"Bagus dong kalau begitu."

"Ya awalnya aku merasa bagus, tapi aku merasa kalau wanita itu bukan lah wanita seperti yang kita pikirkan. Aku jadi merasa bersalah."

"Kalau dia wanita baik-baik, tidak mungkin dia ada di night club dan dalam keadaan mabuk March. Sudah lah lupakan saja."

"Tidak Neon, aku belum tenang sebelum tau identitas wanita itu."

"Lalu kau mau apa?"

"Nanti malam kita cari dia di night club."

"Astaga March..."

"Ayo lah Neon. Aku mohon." Mohon March.

"Apa kau yakin hanya ingin mencari tau tentangnya? Bukan ingin memakainya lagi? Aku curiga, kau ketagihan dengan servisannya." Tanya Neon dengan tatapan mengintimidasi.