BAB 5 ~ Pedekate ~

Radian mengantar Leana ke klinik Spa dan Massage terbaik di kota itu. Leana memintanya menunggu, tentu saja itu sangat mengejutkan bagi Radian. Seumur hidup belum pernah laki-laki berhati dingin itu menunggui satu orang perempuan pun.

Dengan ketampanan yang dimilikinya, Radian bisa dengan mudah mendapatkan cinta dari wanita mana pun namun kehidupan pernikahan ibunya yang hancur membuatnya benci dengan hubungan yang serius antara pria dan wanita.

Radian kecil selalu mendengar pertengkaran ibu dan ayah kandungnya. Laki-laki itu bahkan sering jadi sasaran kemarahan dari kedua orang tuanya. Hingga membuatnya menjadi anak yang tertutup, setiap hari yang dilakukannya hanya membaca. Tak ada keceriaan anak-anak yang dirasakannya. Bermain dan bercanda bersama dengan teman-teman tak menjadi pilihannya. Pergi ke sudut sekolah yang sunyi dan membaca lebih disukainya. Radian sangat suka dengan kesunyian.

Leana memintanya menunggu, tentu saja itu membuatnya sangat terkejut. Belum pernah ada wanita mana pun yang berani memerintahnya seperti itu.

"Selamat menunggu," ucap Leana sambil menampilkan senyum terbaiknya.

Radian terpaku, Radian terpana bukan hanya karena kecantikan Leana. Namun senyum dengan mata yang disipitkan itu mengingatkannya pada Livia. Dengan perasaan yang bingung laki-laki itu akhirnya duduk di ruang tunggu klinik itu. Dua orang resepsionis tersenyum menatap Radian.

"Apa? Kenapa tertawa?" tanya Radian dengan wajah kesal.

Kedua resepsionis itu langsung tertunduk. Radian kesal diperintah Leana dan sekarang ditertawakan oleh dua orang resepsionis itu.

Kenapa aku harus menunggunya? Kenapa aku harus patuh padanya? Yang terpenting aku sudah mengantarnya, mau ditunggu atau tidak, itu bukan urusanku, batin Radian.

Radian berdiri mendekati dua resepsionis itu, keduanya terlihat takut dengan tatapan mata laki-laki itu yang begitu tajam ke arah mereka.

"Berapa lama dia dalam sana?" tanya Radian pada dua resepsionis yang menunduk itu.

"Durasi body spa dilakukan selama kurang lebih 1,5 jam tapi bisa lebih kalau pelanggan menginginkan tambahan treatment yang lain," jawab salah seorang resepsionis itu dengan takut-takut.

Radian memalingkan wajahnya, kedua orang resepsionis itu kembali saling tersenyum.

Aku harus menunggu 1,5 jam di sini seperti orang bego? Apa maunya dia? Ingin menguji kesabaranku? Bukankah katanya akan langsung membicarakan kontrak kerjasama itu? Kurang ajar dia benar-benar ingin mengerjaiku, batin Radian.

Laki-laki itu pergi meninggalkan lobi klinik kecantikan itu dengan hati kesal. Kedua orang gadis resepsionis itu mengelus dada.

"Ganteng banget tapi galak," ucap seorang gadis resepsionis itu.

"Iya, tadi kayaknya patuh sama pacarnya taunya kabur juga," ucap yang satu lagi.

"Nanti balik lagi pasti, nggak mungkin di tinggal begitu aja. Bisa ngamuk pacarnya, bisa-bisa diputusin," ucap yang satu itu.

"Kalau cari pengganti, aku mau jadi penggantinya," ucap gadis resepsionis itu dengan malu-malu.

Resepsionis yang satunya langsung mencibir. Mereka kembali memperhatikan Radian yang berjalan ke parkiran, dengan sengaja mereka berlari mendekati pintu kaca untuk menyaksikan Radian yang masuk ke dalam mobil mewahnya. Mereka semakin terpesona hingga mengelus dada saat menatap laki-laki tampan itu. Radian akhirnya memutuskan pergi meninggalkan Leana di klinik perawatan tubuh itu.

Satu jam kemudian Leana keluar, namun tak menemukan Radian di situ. Gadis itu tersenyum lalu duduk menunggu. Kedua orang resepsionis itu melirik-lirik pada Leana.

"Wah, bisa perang nih?" tanya resepsionis itu pada yang satunya tentu saja dengan berbisik.

"Ya, cepat sekali keluarnya. Kita bilang padanya 1,5 jam, bisa marah cowok tadi sama kita," bisik resepsionis satunya.

"Waduh," balas gadis satunya.

Tentu saja mereka khawatir karena memberikan informasi waktu yang sedikit lebih lama dari waktu Leana keluar. Dan benar saja lima belas menit kemudian Radian datang dan terkejut karena Leana sudah duduk di lobi itu sambil membaca majalah.

Radian langsung menatap kedua resepsionis itu dengan tatapan mata yang tajam. Kedua resepsionis itu langsung tertunduk.

"Kamu sudah selesai?" tanya Radian menyapa.

"Bukannya aku yang memintamu menunggu? Kenapa sekarang justru aku yang menunggumu?" tanya Leana.

"Maaf, tadi aku ada sedikit keperluan," jawab laki-laki itu.

"Baiklah! Karena kamu sudah mengecewakanku. Kamu yang bayar!" ucap Leana langsung keluar lewat pintu kaca itu.

Radian hanya bisa menatap gadis itu yang berjalan menuju mobilnya. Radian membayar tagihan perawatan tubuh Leana dan segera menyusulnya. Membukakan pintu untuk gadis itu lalu berjalan ke sisi mobil yang lainnya. Radian menoleh sekilas pada klinik perawatan itu. Kedua resepsionis itu langsung menunduk.

"Cantik dan ganteng cocok banget yah,"

"Ya, tapi sama-sama galak,"

"Kalau menurutku, yang gadis itu lebih galak lagi. Lihatlah dia seperti ketakutan dan patuh pada gadis itu,"

"Tentu saja, kapan lagi bisa dapat gadis secantik itu?"

Perbincangan kedua resepsionis itu hingga akhirnya mobil yang dikemudikan Radian melaju di jalan raya.

"Tolong antarkan aku ke rumah sakit," ucap Leana.

"Rumah sakit? Kenapa? Apa kamu sakit?" tanya Radian.

"Ya! Sakit hati!" jawab Leana.

"Bukannya aku sudah bilang kalau aku ada keperluan," jawab Radian.

Leana hanya diam, Radian menoleh gadis itu yang hanya lurus menatap ke depan.

"Apa masih mau ke rumah sakit?" tanya Radian.

"Ya! Aku ingin bertemu dengan ayahku," ucap Leana melunak.

Sial, rupanya dia ingin bertemu dengan ayahnya, batin Radian.

Leana memberi tahu alamat rumah sakit ayahnya dan Radian pun mengantarkan gadis itu ke rumah sakit yang di maksud. Leana langsung memeluk ayahnya yang telah menunggunya.

"Sayang, akhirnya kamu kembali. Tapi siapa yang mengantarmu itu?" tanya Djamal sambil melirik pada Radian.

Leana melepaskan pelukannya dan menarik tangan Radian mendekati ayahnya.

"Perkenalkan Daddy, ini Radian, calon suamiku," ucap Leana.

Radian terperangah mendengar ucapan Leana. Namun tak tega menghindari saat dokter pemilik rumah sakit itu langsung memeluknya.

"Halo Radian, putriku ini sedikit manja tapi sebenarnya dia sangat baik, kamu harus sabar menghadapinya ya," ucap Djamal sambil menepuk punggung laki-laki tampan itu.

Radian tak tega menolak ucapan dokter yang berwajah teduh itu. Seluruh penghuni rumah sakit sangat menghargai dokter yang bijaksana itu dan Radian pun merasakan sikap hangat dari dokter yang telah cukup tua itu.

"Daddy ayo kita makan malam bersama!" ajak Leana setelah ayahnya melepaskan pelukannya.

"Daddy terbiasa makan malam bersama dengan dokter dan perawat di sini. Kalian saja makan malam berdua ya," jawab Djamal.

"Kalau begitu sampai bertemu di rumah Daddy," ucap Leana sambil mencium kedua pipi ayahnya.

Leana pun pamit begitu juga dengan Radian. Dokter enam puluh tahunan itu mengangguk sambil menepuk bahu laki-laki tampan itu dan Radian tersenyum. Sekilas Radian teringat akan kehangatan Tn. Robert Chandra padanya. Satu-satunya laki-laki dalam hidup ibunya yang sayang pada anak-anak tirinya.

Leana mengajak Radian memasuki sebuah restoran mewah. Radian hanya mengikuti tanpa membantah, perkenalannya dengan ayah Leana membuat hatinya tergugah. Bahkan hingga saat ini Radian tidak memprotes ucapan Leana yang memperkenalkannya sebagai calon suaminya.

Setelah memesan makan malam Leana menelpon seseorang dan tak lama kemudian seseorang datang dengan amplop besar. Leana menyerahkan amplop besar itu pada Radian.

"Aku sudah menandatanganinya," ucap Leana sambil menyerahkan amplop itu pada Radian.

"Sudah ditandatangani? Tidak ada keberatan sedikit pun dengan isi kontrak ini?" tanya Radian.

"Ya. Aku bisa menerimanya, tidak masalah," ucap Leana.

Radian tersenyum menerima amplop itu dan memeriksa isinya. Laki-laki itu menatap lembaran kontrak itu dengan ekspresi bahagia sementara Leana justru asyik memandangi wajah tampan Radian.

Kakak masih tetap galak, tapi kalau tersenyum manis sekali. Apa sekarang Kakak masih sendiri atau sudah memiliki seseorang di hati Kakak? Batin Leana.

Radian selesai memeriksa kontrak kerja mereka dan menoleh pada Leana.

"Terima kasih," ucap Radian singkat yang dibalas dengan anggukan Leana.

Setelah selesai makan malam mereka pun bergerak ke depan teras restoran. Sambil menunggu valet parking Leana berterima kasih pada Radian.

"Terima kasih sudah menjemput dan mengantarku seharian ini. Sekarang aku akan pulang sendiri," ucap Leana.

"Baiklah," ucap Radian.

Sedikit merasa lega namun juga merasa aneh menjalar dalam dirinya. Setelah seharian dikuasai oleh Leana, laki-laki itu akhirnya terbebas dari gadis itu namun seperti merasa ada sesuatu yang hilang.

Leana melihat valet parking yang membawakan mobilnya. Namun terhalang oleh seseorang di depannya yang sedang ribut.

"Kamu harus ganti rugi!" ucap seorang tamu pada valet parking itu sambil menunjuk baret di mobilnya

"Maaf tuan tapi saya tidak melakukan itu, saya sangat berhati-hati mengendarainya," jawab valet parking itu.

Tamu restoran dan valet parking itu masih bersitegang. Leana maju ke arah mereka sedangkan Radian hanya berdiri di tempatnya.

"Cepat singkirkan rongsokan ini atau aku tambah baretnya," ucap Leana pada pengunjung restoran itu.

"Hei, jangan ikut campur urusan kami ya! Valet parking bodoh ini telah membuat baret mobilku," ucap pengunjung itu kesal.

"Tentu karena dia bodoh makanya jadi valet parking, kalau dia pintar dia akan menjadi atasanmu. Kamu telah menghabiskan waktuku, kamu tahu? Lima menit waktuku bisa membeli lima rongsokan ini. Sekarang singkirkan rongsokan ini atau aku tambah baret yang lebih dalam lagi," ucap Leana sambil melepaskan kondenya dan mengarahkan tusukan pada mobil dihadapannya.

Radian terpana, rambut panjang bergelombang gadis itu tergerai, menambah kesan seksi gadis cantik itu.

"Jangan seenaknya bilang mobil rongsokan, apa kamu …"

Leana mengkode pengunjung itu untuk melihat mobil yang telah antri di belakangnya. Pengunjung itu menelan ludah saat melihat supercar yang tepat berada di belakang mobilnya. Pengunjung itu akhirnya masuk ke dalam mobilnya dan menyingkir.

"Terima kasih Nona, karena telah menolong saya," ucap valet parking itu.

"Aku tidak menolongmu, aku hanya tidak suka dengan keributan," ucap Leana dan langsung masuk ke mobilnya. 

Kata-kata yang sering Radian ucapkan setiap kali Livia mengucapkan terima kasih karena telah menolongnya. Bagi Radian kata-kata itu hanya sebuah penolakan atas perbuatan baiknya yang tak tahan melihat Livia selalu dijahati oleh adiknya, Monica.

Radian reflek ingin mendekati Leana namun gadis itu telah berlalu mengendarai mobilnya setelah menyerahkan tips pada kedua valet itu. Meninggalkan Radian yang termangu dengan masa lalunya.

Beberapa hari di tanah air, Leana telah menguasai dunia bisnis di negara ini. Gadis itu tak muncul lagi di hadapan Radian meski beberapa hal menuntut mereka untuk bertemu. Namun Leana hanya mengutus Nesya, personal assistant-nya untuk menemui Radian. Meski ada rasa kecewa namun Radian bersedia menerima Nesya untuk membicarakan kelanjutan bisnis kerjasama mereka.

Sementara Leana justru sedang menghadiri peragaan perhiasan untuk wanita-wanita kelas atas.

"Aku suka yang ini Nyonya, terlihat sangat elegan," ucap Leana pada seorang calon pembeli yang duduk di sampingnya.

Siapa gadis ini? Berani-beraninya dia menyapaku, jika datang kesini hanya untuk melihat-lihat saja jangan sok akrab denganku, batin Shanty Rahayu.

"Yang ini juga bagus," ucap Leana sambil menunjuk seperangkat perhiasan di katalog.

Shanty Rahayu hanya melengos dan merasa terganggu. Wanita itu malah memalingkan wajahnya ke arah lain. Namun tiba-tiba pemilik rumah perhiasan itu berjalan mendekat ke arahnya, dengan tersenyum riang sambil merentangkan kedua tangannya.

"Akhirnya datang juga," ucap Madam Sophia.

Meski merasa heran Shanty Rahayu pun merentangkan tangannya. Menurutnya pemilik rumah perhiasan itu mungkin sudah cukup mengenalnya karena telah membeli beberapa kali. Namun yang dihampiri justru gadis di sampingnya itu.

"Aku punya sesuatu yang spesial untukmu," ucap Madam Sophia sambil memeluk Leana.

"Terima kasih Madam, karena masih tetap ingat padaku," ucap Leana.

"Mana mungkin aku lupa padamu sayang, kamu pelangganku yang paling setia. Hingga sekarang sudah jadi kebiasaanku menyimpan barang-barang terbaik untukmu," ucap Madam Sophia.

"Terima kasih Madam," ucap Leana.

"Tunggu sebentar ya, aku ambilkan untukmu sesuatu yang sangat spesial," ucap Madam Sophia sambil berlalu dari tempat itu.

Leana tersenyum sambil mengangguk ke arah Shanty Rahayu. Melihat Leana yang terlihat istimewa di mata Madam Sophia, Shanty Rahayu pun mendekati gadis itu.

"Kamu juga pelanggan Madam Sophia?" tanya Shanty Rahayu.

"Ya, sejak kami masih sama-sama di New York" 

New York? Batin Shanty Rahayu.

"Madam Sophia sangat baik padaku, selalu menyimpan perhiasan terbaiknya untukku," jelas Leana.

"Oh ya? Selain yang diperagakan di sini, masih ada yang terbaik lagi?" tanya Shanty Rahayu dengan semangat.

"Ya, tentu! Hanya ditujukan pada orang-orang tertentu. Apa Nyonya tertarik untuk melihatnya? Aku bisa mengajak Nyonya ke sana sebagai temanku," ucap Leana.

"Benarkah? Aku bisa melihat produk spesial itu?" tanya Shanty Rahayu yang memang sejak menjadi istri Tn. Robert Chandra menjadi penggila perhiasan.

Leana mengangguk dan benar saja, tak lama kemudian utusan Madam Sophia mengajak Leana ke sebuah ruangan khusus. Leana pun mengajak Shanty Rahayu bersamanya. Seperti berkenalan dengan orang penting, dengan bangga Shanty Rahayu mengikuti langkah Leana.

Tiba di sebuah ruangan mewah, Leana pun mengenalkan Shanty Rahayu pada Madam Sophia. Madam itu pun bersikap sopan pada Shanty Rahayu membuat wanita itu semakin merasa masuk ke dalam dunia kelas atas yang paling teratas. Madam itu pun menunjukkan koleksi perhiasan yang super mewahnya.

"Langsung saja pada produk terbatas kami, yang ini, 1 karat berlian dijual dengan harga mencapai Rp 174.611.000. Berlian 407,48 karat ini melekat pada rantai yang dihiasi 230 karat berlian yang lebih kecil. Totalnya harganya mencapai 111,311 Milyar. Bagi para kolektor perhiasan mewah ini adalah produk incaran," ucap Madam Sophia sambil menunjukan koleksi perhiasan bertahtakan berlian itu.

Shanty Rahayu ternganga, bukan hanya karena harganya namun juga karena kecantikan satu set perhiasan batu kristal mewah itu. Kecantikan perhiasan yang memancarkan cahaya itu telah mampu memikat hati Shanty Rahayu.

Namun wanita itu sadar tak mampu untuk memiliki, sementara hatinya bergejolak untuk mendapatkan satu set perhiasan yang mampu menaikkan derajatnya menjadi lebih tinggi itu.

Leana meminta waktu untuk bicara empat mata dengan Shanty Rahayu. Madam Sophia agak kaget namun akhirnya membiarkan kedua wanita itu bicara.

"Bagaimana Nyonya? Apa berminat dengan yang ini?" tanya Leana.

"Berminat sekali tapi aku tidak memiliki uang sebanyak itu," ucap Shanty Rahayu setengah berbisik.

"Kalau masalah itu jangan khawatir, aku bisa membelikannya untuk Nyonya dan Nyonya bisa membayarku dengan cara mencicil tapi aku butuh jaminan untuk itu," jelas Leana.

"Jaminan? Apa yang bisa aku jadikan jaminan?" tanya Shanty Rahayu.

"Apa saja, rumah, kendaraan, aset apa saja yang senilai dengan jumlah pinjaman Nyonya," jelas Leana.

"Kalau yang hampir senilai itu rumah kami, harganya bisa mencapai 126 Milyar. Tapi …"

"Itu bisa dijadikan jaminan, lagi pula tidak perlu takut kehilangan rumahmu Nyonya, karena Nyonya pasti mampu mencicilnya tepat waktu," ucap Leana.

Setelah menimbang-nimbang akhirnya Shanty menyetujui, setelah dihitung-hitung olehnya pendapatan dari saham di perusahaan di tambah uang bulanan yang diberikan Radian. Shanty Rahayu merasa bisa mencicil angsuran utang pembelian satu set perhiasan mewah itu setiap bulannya.

Leana akhirnya membeli satu set perhiasan itu pada Madam Sophia dan berjanji temu dengan Shanty Rahayu di sebuah restoran mewah. Malamnya Shanty Rahayu datang dengan membawa sertifikat rumah sedangkan Leana dengan surat perjanjian hutang. Mereka sama-sama menandatangani surat perjanjian hutang itu.

Shanty Rahayu menyerahkan sertifikat rumah dan Leana menyerahkan kotak perhiasan itu dan membawa masing-masing surat perjanjian hutang yang berisi tentang kesepakatan dan segala macam informasi serta tata aturan dari kegiatan peminjaman uang tersebut.

Shanty Rahayu segera meninggalkan restoran mewah dengan ruangan khusus untuk mereka berdua itu dengan hati yang bahagia. Sementara Leana menangis sambil mengusap sertifikat rumah milik ayah kandungnya sendiri.

...~  Bersambung  ~...

Terpopuler

Comments

Titik Novrianti

Titik Novrianti

sesuatu yang di dapat dengan cara tidak baik akan berakhir juga dengan tidak baik

2023-08-09

0

Niffi.ifie

Niffi.ifie

Mulus sekali rencananya 😂

2022-04-25

1

Niffi.ifie

Niffi.ifie

betul 😂😂

2022-04-25

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 ~ Takdir yang Berubah ~
2 BAB 2 ~ Cobaan Beruntun ~
3 BAB 3 ~ Hari Terakhir Livia ~
4 BAB 4 ~ Kembali ke Tanah Air ~
5 BAB 5 ~ Pedekate ~
6 BAB 6 ~ Jangan Abaikan Aku ~
7 BAB 7 ~ Melamar ~
8 BAB 8 ~ Memilih ~
9 BAB 9 ~ Bayaran ~
10 BAB 10 ~ Menginap ~
11 BAB 11 ~ Perjanjian ~
12 BAB 12 ~ FLUFFY ~
13 BAB 13 ~ Kabar Gembira ~
14 BAB 14 ~ Permintaan atau Ancaman ~
15 BAB 15 ~ Mendapatkan ~
16 BAB 16 ~ Musibah ~
17 BAB 17 ~ Curiga ~
18 BAB 18 ~ Asal Usul ~
19 BAB 19 ~ Menyelidiki ~
20 BAB 20 ~ Keputusan ~
21 BAB 21 ~ Pergi ~
22 BAB 22 ~ Kesempatan ~
23 BAB 23 ~ Tugas ~
24 BAB 24 ~ Merindukan ~
25 BAB 25 ~ Curhat ~
26 BAB 26 ~ Bahagia dan Sedih ~
27 BAB 27 ~ Kembali ~
28 BAB 28 ~ Bertemu ~
29 BAB 29 ~ Bimbang ~
30 BAB 30 ~ Janji ~
31 BAB 31 ~ Perintah ~
32 BAB 32 ~ Menemukan ~
33 BAB 33 ~ Menemui ~
34 BAB 34 ~ Pergilah ~
35 BAB 35 ~ Lagi-Lagi Masa Lalu ~
36 BAB 36 ~ Pasrah ~
37 BAB 37 ~ Kenangan Roti Isi ~
38 BAB 38 ~ Cinta Livia ~
39 BAB 39 ~ Kembali Menyatu ~
40 BAB 40 ~ Kembali Bersama ~
41 BAB 41 ~ Merelakan ~
42 BAB 42 ~ Berkunjung ~
43 BAB 43 ~ Mampir ~
44 BAB 44 ~ Pingsan ~
45 BAB 45 ~ Terungkap ~
46 BAB 46 ~ Menginginkan ~
47 BAB 47 ~ Tak Rela ~
48 BAB 48 ~ Bersama Lagi ~
49 BAB 49 ~ Bertemu di RS ~
50 BAB 50 ~ Curiga ~
51 BAB 51 ~ Hasil Kecurigaan ~
52 BAB 52 ~ Mendatangi ~
53 BAB 53 ~ Menolong ~
54 BAB 54 ~ Keputusan Kembali ~
55 BAB 55 ~ Kenyataan Menyakitkan ~
56 BAB 56 ~ Asal Usul Foto ~
57 BAB 57 ~ Resign ~
58 BAB 58 ~ Mempertahankan ~
59 BAB 59 ~ Tekad Baru ~
60 BAB 60 ~ Tetap Keluarga ~
61 BAB 61 ~ Cinta Itu Memaafkan ~
62 BAB 62 ~ Ujian Cinta ~
63 BAB 63 ~ Berhasil ~
64 BAB 64 ~ Pesta ~
65 BAB 65 ~ Menyesal ~
66 BAB 66 ~ Melakukan ~
67 BAB 67 ~ Kabar Sedih dan Bahagia ~
68 BAB 68 ~ Mengejutkan ~
69 BAB 69 ~ Hari H Radian dan Camelia ~
70 BAB 70 ~ Menikah dan Berpisah ~
71 BAB 71 ~ Maaf ~
72 BAB 72 ~ Bertemu ~
73 BAB 73 ~ Fakta ~
74 BAB 74 ~ Sadar ~
75 BAB 75 ~ Minta Maaf ~
76 BAB 76 ~ Kosong, Hampa dan Gelap ~
77 BAB 77 ~ Tersimpan ~
78 BAB 78 ~ Tetap Sayang ~
79 BAB 79 ~ Kembali ~
80 BAB 80 ~ Menyadari dan Membuktikan ~
81 BAB 81 ~ Sakit tapi Bahagia ~
82 BAB 82 ~ Pulih dan Pilih ~
83 BAB 83 ~ Pulih dan Kembali ~
84 BAB 84 ~ Malam Itu ~
85 BAB 85 ~ Terbongkar ~
86 BAB 86 ~ Seperti Dulu ~
87 BAB 87 ~ Merasa Iri ~
88 BAB 88 ~ Lepas dari Jerat ~
89 BAB 89 ~ Bertemu Lagi ~
90 BAB 90 ~ Mimpi atau Nyata ~
91 BAB 91 ~ Berganti ~
92 BAB 92 ~ Kejadian Masa Lalu ~
93 BAB 93 ~ Meraih Cinta Lama ~
94 BAB 94 ~ Ingin Lebih Baik ~
95 BAB 95 ~ Masih Mencintai ~
96 BAB 96 ~ Salah Paham ~
97 BAB 97 ~ Memaafkan ~
98 BAB 98 ~ Memaafkan dan Merelakan ~
99 BAB 99 ~ Telah Lahir ~
100 BAB 100 ~ Mengendalikan Hati ~
101 BAB 101 ~ Berjuang Demi Cinta ~
102 BAB 102 ~ Melamar ~
103 BAB 103 ~ Tamu Tak Terduga ~
104 BAB 104 ~ Tetap Di Sini ~
105 BAB 105 ~ Berkumpul Bersama ~
106 BAB 106 ~ Rahasia ~
107 BAB 107 ~ Keluarga Baru ~
108 BAB 108 ~ Kepergok ~
109 BAB 109 ~ Usul ~
110 BAB 110 ~ Tetap Setia ~
111 BAB 111 ~ Menetapkan ~
112 BAB 112 ~ Jangan Iri ~
113 BAB 113 ~ Menerima dan Khawatir ~
114 BAB 114 ~ Jangan Berharap ~
115 BAB 115 ~ Memilih yang Baik ~
116 BAB 116 ~ Yang Dikagumi ~
117 BAB117 ~ Kagum ~
118 BAB 118 ~ Dugaan ~
119 BAB 119 ~ Menjodohkan Rica dan Ricky ~
120 BAB 120 ~ Revano Sekolah ~
121 BAB 121 ~ Terpesona ~
122 BAB 122 ~ Berjumpa Lagi ~
123 BAB 123 ~ Curiga ~
124 BAB 124 ~ Beda Kasta ~
125 BAB 125 ~ Niat Tersembunyi ~
126 BAB 126 ~ Rasa Cemburu ~
127 BAB 127 ~ Tantangan ~
128 BAB 128 ~ Was-was ~
129 BAB 129 ~ Berubah ~
130 BAB 130 ~ Semua Menderita ~
131 BAB 131 ~ Merebut Revani ~
132 BAB 132 ~ Tak Menyesal ~
133 BAB 133 ~ Pulang ke Rumah ~
134 BAB 134 ~ Istirahat di Rumah ~
135 BAB 135 ~ Kisah Sebenarnya ~
136 BAB 136 ~ Telah Sadar ~
137 BAB 137 ~ Menuntut ~
138 BAB 138 ~ Membatalkan ~
139 BAB 139 ~ Menghapus Dendam ~
140 BAB 140 ~ Menjelang Pesta ~
141 BAB 141 ~ Insiden di Pesta ~
142 BAB 142 ~ Maaf dan Terima Kasih ~
143 BAB 143 ~ Takdir Bahagia ~
Episodes

Updated 143 Episodes

1
BAB 1 ~ Takdir yang Berubah ~
2
BAB 2 ~ Cobaan Beruntun ~
3
BAB 3 ~ Hari Terakhir Livia ~
4
BAB 4 ~ Kembali ke Tanah Air ~
5
BAB 5 ~ Pedekate ~
6
BAB 6 ~ Jangan Abaikan Aku ~
7
BAB 7 ~ Melamar ~
8
BAB 8 ~ Memilih ~
9
BAB 9 ~ Bayaran ~
10
BAB 10 ~ Menginap ~
11
BAB 11 ~ Perjanjian ~
12
BAB 12 ~ FLUFFY ~
13
BAB 13 ~ Kabar Gembira ~
14
BAB 14 ~ Permintaan atau Ancaman ~
15
BAB 15 ~ Mendapatkan ~
16
BAB 16 ~ Musibah ~
17
BAB 17 ~ Curiga ~
18
BAB 18 ~ Asal Usul ~
19
BAB 19 ~ Menyelidiki ~
20
BAB 20 ~ Keputusan ~
21
BAB 21 ~ Pergi ~
22
BAB 22 ~ Kesempatan ~
23
BAB 23 ~ Tugas ~
24
BAB 24 ~ Merindukan ~
25
BAB 25 ~ Curhat ~
26
BAB 26 ~ Bahagia dan Sedih ~
27
BAB 27 ~ Kembali ~
28
BAB 28 ~ Bertemu ~
29
BAB 29 ~ Bimbang ~
30
BAB 30 ~ Janji ~
31
BAB 31 ~ Perintah ~
32
BAB 32 ~ Menemukan ~
33
BAB 33 ~ Menemui ~
34
BAB 34 ~ Pergilah ~
35
BAB 35 ~ Lagi-Lagi Masa Lalu ~
36
BAB 36 ~ Pasrah ~
37
BAB 37 ~ Kenangan Roti Isi ~
38
BAB 38 ~ Cinta Livia ~
39
BAB 39 ~ Kembali Menyatu ~
40
BAB 40 ~ Kembali Bersama ~
41
BAB 41 ~ Merelakan ~
42
BAB 42 ~ Berkunjung ~
43
BAB 43 ~ Mampir ~
44
BAB 44 ~ Pingsan ~
45
BAB 45 ~ Terungkap ~
46
BAB 46 ~ Menginginkan ~
47
BAB 47 ~ Tak Rela ~
48
BAB 48 ~ Bersama Lagi ~
49
BAB 49 ~ Bertemu di RS ~
50
BAB 50 ~ Curiga ~
51
BAB 51 ~ Hasil Kecurigaan ~
52
BAB 52 ~ Mendatangi ~
53
BAB 53 ~ Menolong ~
54
BAB 54 ~ Keputusan Kembali ~
55
BAB 55 ~ Kenyataan Menyakitkan ~
56
BAB 56 ~ Asal Usul Foto ~
57
BAB 57 ~ Resign ~
58
BAB 58 ~ Mempertahankan ~
59
BAB 59 ~ Tekad Baru ~
60
BAB 60 ~ Tetap Keluarga ~
61
BAB 61 ~ Cinta Itu Memaafkan ~
62
BAB 62 ~ Ujian Cinta ~
63
BAB 63 ~ Berhasil ~
64
BAB 64 ~ Pesta ~
65
BAB 65 ~ Menyesal ~
66
BAB 66 ~ Melakukan ~
67
BAB 67 ~ Kabar Sedih dan Bahagia ~
68
BAB 68 ~ Mengejutkan ~
69
BAB 69 ~ Hari H Radian dan Camelia ~
70
BAB 70 ~ Menikah dan Berpisah ~
71
BAB 71 ~ Maaf ~
72
BAB 72 ~ Bertemu ~
73
BAB 73 ~ Fakta ~
74
BAB 74 ~ Sadar ~
75
BAB 75 ~ Minta Maaf ~
76
BAB 76 ~ Kosong, Hampa dan Gelap ~
77
BAB 77 ~ Tersimpan ~
78
BAB 78 ~ Tetap Sayang ~
79
BAB 79 ~ Kembali ~
80
BAB 80 ~ Menyadari dan Membuktikan ~
81
BAB 81 ~ Sakit tapi Bahagia ~
82
BAB 82 ~ Pulih dan Pilih ~
83
BAB 83 ~ Pulih dan Kembali ~
84
BAB 84 ~ Malam Itu ~
85
BAB 85 ~ Terbongkar ~
86
BAB 86 ~ Seperti Dulu ~
87
BAB 87 ~ Merasa Iri ~
88
BAB 88 ~ Lepas dari Jerat ~
89
BAB 89 ~ Bertemu Lagi ~
90
BAB 90 ~ Mimpi atau Nyata ~
91
BAB 91 ~ Berganti ~
92
BAB 92 ~ Kejadian Masa Lalu ~
93
BAB 93 ~ Meraih Cinta Lama ~
94
BAB 94 ~ Ingin Lebih Baik ~
95
BAB 95 ~ Masih Mencintai ~
96
BAB 96 ~ Salah Paham ~
97
BAB 97 ~ Memaafkan ~
98
BAB 98 ~ Memaafkan dan Merelakan ~
99
BAB 99 ~ Telah Lahir ~
100
BAB 100 ~ Mengendalikan Hati ~
101
BAB 101 ~ Berjuang Demi Cinta ~
102
BAB 102 ~ Melamar ~
103
BAB 103 ~ Tamu Tak Terduga ~
104
BAB 104 ~ Tetap Di Sini ~
105
BAB 105 ~ Berkumpul Bersama ~
106
BAB 106 ~ Rahasia ~
107
BAB 107 ~ Keluarga Baru ~
108
BAB 108 ~ Kepergok ~
109
BAB 109 ~ Usul ~
110
BAB 110 ~ Tetap Setia ~
111
BAB 111 ~ Menetapkan ~
112
BAB 112 ~ Jangan Iri ~
113
BAB 113 ~ Menerima dan Khawatir ~
114
BAB 114 ~ Jangan Berharap ~
115
BAB 115 ~ Memilih yang Baik ~
116
BAB 116 ~ Yang Dikagumi ~
117
BAB117 ~ Kagum ~
118
BAB 118 ~ Dugaan ~
119
BAB 119 ~ Menjodohkan Rica dan Ricky ~
120
BAB 120 ~ Revano Sekolah ~
121
BAB 121 ~ Terpesona ~
122
BAB 122 ~ Berjumpa Lagi ~
123
BAB 123 ~ Curiga ~
124
BAB 124 ~ Beda Kasta ~
125
BAB 125 ~ Niat Tersembunyi ~
126
BAB 126 ~ Rasa Cemburu ~
127
BAB 127 ~ Tantangan ~
128
BAB 128 ~ Was-was ~
129
BAB 129 ~ Berubah ~
130
BAB 130 ~ Semua Menderita ~
131
BAB 131 ~ Merebut Revani ~
132
BAB 132 ~ Tak Menyesal ~
133
BAB 133 ~ Pulang ke Rumah ~
134
BAB 134 ~ Istirahat di Rumah ~
135
BAB 135 ~ Kisah Sebenarnya ~
136
BAB 136 ~ Telah Sadar ~
137
BAB 137 ~ Menuntut ~
138
BAB 138 ~ Membatalkan ~
139
BAB 139 ~ Menghapus Dendam ~
140
BAB 140 ~ Menjelang Pesta ~
141
BAB 141 ~ Insiden di Pesta ~
142
BAB 142 ~ Maaf dan Terima Kasih ~
143
BAB 143 ~ Takdir Bahagia ~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!