..."Jangan terburu-buru Seas. Waktu kita masih lama, dan jalan yang kau lewati masih panjang."...
POV: Seas
Venom berdiri lalu mengambil segelas air dan meminumnya.
"Tapi menurutku, kami juga harus mencoba berbagai senjata yang cocok dengan kami. Kami tidak bisa mendapatkannya dari sekolah kan?" tanya Valeria. Aku dan Sky mengangguk setuju, Venom menatap kami dengan datar lalu menghela nafas.
"Aku punya banyak senjata, katakan padaku senjata seperti apa yang kalian mau?" ucap Venom sambil tersenyum. Kami tersenyum cerah.
"Aku ingin bazoka dan sniper!" ucap Valeria dengan semangat.
"Aku ingin dagger!" ucapku dengan semangat.
*Dagger adalah sejenis pisau belati yang memiliki dua sisi tajam.
"Aku ... tidak tau senjata apa yang cocok untukku, apa kau punya saran Ven-Venom?" Sky bertanya dengan ragu-ragu. Benar juga, kalau dipikir-pikir Sky belum pernah mendapat pelajaran bertarung secara langsung, wajar jika dia tidak tau keahliannya.
"Saat kau dalam situasi berbahaya, kau lebih mengandalkan indra apa?" tanya Venom. Sky masih berpikir sambil menutup matanya.
"Sepertinya aku akan lebih menggunakan mataku," jawab Sky, Venom menganggukan kepalanya.
"Aku akan membawakan senjata yang cocok untukmu besok, mungkin akan ada lebih dari satu, jadi kau harus memilihnya sendiri," ucap Venom, setelah itu Venom datang ke arahku dan memberikanku beberapa pil.
"Ini obat, supaya kau cepat sembuh. Aku harus pergi karena ada misi," ucapnya, aku menerima obat itu dengan kedua tanganku.
"O-oh, terimakasih! Um ... semoga misimu lancar?" ucapku dengan gugup, aku bertanya-tanya apakah ini hal yang benar? Dia akan pergi membunuh seseorang kan? Tapi bukankah aku juga sudah membunuh seseorang? Aduh! Sudahlah, aku pusing memikirkannya!
Venom tersenyum simpul lalu pergi meninggalkan kami bertiga. Setelah Venom menutup pintu, kami duduk bertiga di meja makan.
"Venom itu, hanya tersenyum pada Seas ya!" ucap Valeria tiba-tiba.
"Benarkah?" Aku mencoba mengingat-ingat bagaimana sikap Venom padaku. Ya, dia memang sering tersenyum sih.
"Tunggu, jadi maksudmu dia aslinya jarang tersenyum?" tanyaku tidak percaya, Sky dan Valeria menganggukan kepala. Tapi kalau kuingat lagi, pertama kali aku bertemu Venom juga dia tidak berekspresi.
"Mungkin itu hanya perasaan kalian saja!" ucapku menyerah berpikir.
***
Sudah 2 hari berlalu sejak hari itu, Venom sudah memberiku sepasang dagger yang keren! Dagger ini berwarna putih dengan gagang biru. Dia juga memiliki besi yang kuat dan motifnya terlihat mewah!
Tapi Sky tidak menunjukkan senjata apa yang dia dapat. Katanya ... .
"Aku akan mencoba dulu beberapa hari, jadi aku tidak akan menunjukkannya padamu sampai aku mendapat senjata yang pas untukku!"
Setelah mengucapkan itu dia masuk kamarnya dan membawa sekarung senjata. Venom benar-benar memberinya opsi yang banyak.
Hari ini ada pelajaran, aku sedang berjalan ke arah gedung yang bernama 'Aula Dunia Bawah'. Entah apa lagi yang C rencanakan.
"Oh ini dia." Aku mendongak dan menatap sebuah gedung dengan tiga lantai di depanku. Diantara ketiga lantai yang ada, hanya lantai satu yang bercahaya. Mungkin sudah ada beberapa temanku di sana.
"Permisi." Aku membuka pintu, mataku melihat Fani dan Ned yang sedang berdebat, sedangkan Alio bersama dengan Erea seperti asik membicarakan sesuatu.
"Oh! Itu Seas!" Erea menyadari kehadiranku dan melambai ke arahku. Aku membalas lambaian tangannya sambil tersenyum.
"Kemarilah! Ada sesuatu yang seru!" ucap Erea sambil tertawa kecil. Aku berjalan ke arahnya lalu melihat sebuah kertas.
"Ini surat dari C, katanya pelajaran kita hari ini adalah 2 lawan 2!" ucap Erea, aku membaca surat itu dan ternyata benar!
Tunggu! 2 lawan 2? Jumlah kita saja hanya 7. Apakah akan ada 2 lawan satu nanti?
"Yo~ syukurlah, kukira kami telat!" Ruo melompat dan merangkul bahuku, sedangkan Kuo duduk di sebelah Alio sambil memerhatikan surat itu.
"Aku tidak akan mau satu tim denganmu!" ucap Kuo sambil menunjuk Ruo.
"Aku juga! Aku akan satu tim dengan Seas saja!" ucap Ruo sambil menatap tajam ke arah Kuo. Haaah, mereka berdua selalu melibatkan aku dalam perkelahian saudara.
"Oho! Kalian sudah terlihat lebih hidup! Apakah kalian siap dengan pelajaran hari ini?!" C tiba-tiba datang dan membuat seluruh gedung ini bergema.
" ... " Tidak ada satupun diantara kami yang menjawab. Aku heran bagaimana C bisa mempertahankan senyumannya di tengah kecanggungan ini.
"Karena jumlah kalian adalah 7! Jadi nanti akan ada 3 anak yang melawanku!" ucap C. Aku menghela nafasku, kukira akan ada yang bertarung 2 lawan 1.
Tunggu?! Kita melawan C?!
"Akan sangat tidak adil meskipun kita bertiga, jika kau adalah lawannya, kami akan terhempas dalam langkah pertama!" protesku pada C. Dia tertawa lalu menatapku.
"Aku hanya akan menggunakan 40% kekuatanku! Nah apakah ini adil? Kalian bertiga, sedangkan aku hanya sendiri," jawab C, Alio mengangguk begitu juga dengan Ned. Haaah, sepertinya aku hanya bisa menyetujuinya.
"Baiklah untuk timnya. Fani dan Ruo melawan Erea dan Kuo! Sisanya melawanku! Peraturannya sederhana, buat kawanmu tak bergerak selama 10 detik atau buat mereka menyerah!" ucap C. Kami mengangguk dan mulai berkumpul di tim kami masing-masing.
Aku memperhatikan C yang berjalan ke pojok ruangan dan menaruh sebuah ... kamera? Ukurannya terlalu kecil untuk sebuah kamera, tapi aku yakin itu kamera.
..."Pertandingan pertama, 2 lawan 2. Dimulai!"...
Aku mulai mundur hingga ke pojok ruangan, memperhatikan teman-temanku yang bertarung.
"Oh? Aku tidak tau Erea bisa secepat itu!" ucapku kagum pada pergerakan Erea yang sangat cepat dan lincah, bahkan ayunan pisaunya hampir sulit dilihat. Dia menyerang Ruo dengan membabi buta.
"Ini bukanlah pertarungan individu!" Fani datang dari atas sambil bersiap menikam Erea. Aku bisa melihat bahwa Kuo datang dari kanan Fani dengan persiapan untuk menendangnya.
Duag!
Fani terpental dan menabrak Ruo. Ugh, kerja sama mereka begitu buruk. Sementara di tim Erea, mereka cukup bagus. Ada Erea sebagai umpan dengan kecepatannya, dan Kuo sebagai sumber serangannya.
"Dasar Fani, dia tidak memanfaatkan potensinya dengan baik," ucap Ned di samping kiriku.
"Kuo juga begitu, dia terlalu percaya diri dengan kekuatannya jadi dia tidak peduli pentingnya postur tubuh." Alio ikut berbicara di samping kananku.
Memang dari yang kulihat, tim Ruo dan Fani sedang terdesak, mereka seperti ragu-ragu akan sesuatu.
"Aku tau kalian itu bodoh, jadi jangan memaksakan diri untuk berpikir! Maju saja dan serang sekuat tenaga!" C berteriak. Fani dan Ruo terlihat terkejut, tapi mereka segera sadar dan melesat maju.
"Entah kenapa, menurutku Ruo ... Terlihat seperti menunggu sesuatu," gumamku pelan, Ned dan Alio menatap ke arahku.
"Benar juga, kalau dipikir-pikir. Saat melawan Agen F dia juga begitu, seperti harimau yang menunggu mangsanya datang," ucap Ned sambil terus mengawasi pertarungan.
TBC.
Jangan lupa likenya ya guys!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 208 Episodes
Comments
ilfindazaka ochtafarela
good story
2022-03-18
2
Pecintagepeng01
Ruo diam-diam menghanyutkan ya
2022-03-18
1