..."Nah ayo mulai pestanya teman-teman~"...
POV: Author
Seas dan temen-temannya melesat menuju ke arah Erea dan Ruo. Mereka berlarian baik itu dari atas tanah maupun atas pohon.
"Itu mereka!" ucap Seas saat melihat Ruo yang terpojokkan oleh Agen F.
"Kuo, Ned. Tolong bantu Ruo! Aku akan menolong Erea!" Seas dan Alio berbelok menuju arah yang berbeda.
"Yah ... saudara kembarku memang selalu~ merepotkan." Kuo mengeluarkan sebuah knuckle dari sakunya.
"Hahahaha!" Ned tertawa sambil mengeluarkan jaring besi.
"HIAHH!" Kuo menerobos maju dan langsung memukul Agen F tepat di wajahnya. Agen F sedikit terkejut, sorot matanya menandakan dia sangat marah.
POV: Ruo
Hah? Mereka datang membantu? Apakah itu boleh?! C tidak memberi peringatan ... berarti ini diperbolehkan!
"Ned! Dan ... si gila." Aku mendengus kesal saat tau ternyata saudara perempuanku yang datang.
"Yak aku berhasil menangkapnya!" Ned melemparkan jaring besi ke arah Agen F. Sementara Kuo menahan agar kincirnya tidak digerakkan lagi.
"Ayo Ruo! Serangan terakhir!" Kuo berteriak padaku. Dasar, kau sangat cerewet!
"Jangan dendam, ini untuk pelajaran kami." Aku memukul rahang F dengan kuat. Dia seketika tak sadarkan diri.
"Haaah, akhirnya selesai!" Aku terduduk lemas, mataku berkunang-kunang dan kepalaku terasa sakit. Lelah juga harus berkonsentrasi setiap bertarung.
"Nih, benderamu!" ucap Kuo. Aku mendongak, melihatnya memegang bendera di tangan kanannya. Aku tersenyum simpul lalu mengambil benderanya.
"Naiklah, aku akan menggendongmu ke tujuan rute." Ned berjongkok dengan posisi membelakangiku.
"Aku masih bisa berjalan!" Aku berdiri lalu memukul kepala Ned pelan. Ned mengaduh kesakitan dan melirikku dengan tajam.
"Padahal aku sudah berniat baik menggendong seorang laki-laki!" rutuk Ned.
"Aku tidak butuh niat baikmu!" Aku membalas rutukannya. Akhirnya aku, Ned dan Kuo berjalan kembali ke tujuan rute.
POV: Erea
Ukh! Ini sakit! Tangan dan kakiku sudah bergetar sedari tadi. Rasanya kepalaku pusing, nafasku berat, ototku terasa nyeri.
Apakah aku menyerah saja? ... .
"EREAAA!"
Aku pasti berhalusinasi karena terlalu lelah. Untuk sesaat aku mendengar suara Alio.
"KAMI DATANG!"
Aku melebarkan mataku, Seas melompat dari atas bersama dengan Alio. Kenapa mereka ke sini?
"Maaf kami terlambat! Cukup sulit mencari kalian di hutan yang rimbun ini," ucap Alio lalu memakaikan plester ke wajahku.
"Kau bawa plester?" tanyaku sambil melihat sakunya yang penuh dengan plester.
" ... " Alio tidak menjawab pertanyaanku, tapi dia tetap memakaikan plester padaku.
"Aduh! Sial! Apa lukaku terbuka lagi?!" ucap Seas sambil berlutut. Dia terlihat menahan rasa sakitnya.
"HAH?! KAU KESINI DENGAN LUKA SEPERTI ITU?!" Alio berteriak kepada Seas. Seas menatap Alio dengan rasa bersalah.
"Ma-maaf ... kupikir akan baik-baik saja karena sudah tidak berdarah ...," ucap Seas sambil menghindari tatapan Alio.
Alio tampak sangat kesal sekarang, aku juga hanya diam karena takut memancing emosi Alio.
"Hah ... Erea pergilah ke arah sana!" Alio menunjukkan sebuah jalan padaku. Aku memiringkan kepalaku sebagai tanda tidak mengerti.
"Di sana ada bendera, aku akan menahan Agen Cat di sini!" Alio mengepalkan tangannya, aku membantu Seas berdiri dan segera berlari pergi.
"Terimakasih, Alio!" ucapku padanya. Alio hanya tersenyum simpul.
"Apakah dia akan baik-baik saja?" Aku bertanya dengan suara pelan.
"Dia akan baik-baik saja ... senjatanya, adalah musuh yang cocok untuk Agen Cat," ucap Seas. Aku meyakinkan diriku bahwa Alio akan baik-baik saja.
POV: Alio
Dasar Seas tidak berguna! Sudah tau terluka malah ikut! Lebih baik dia tidur saja di sana bersama Fani!
"Wah wah wah, kalau kau begini, aku yang kesulitan loh."
Aku melihat ke arah depan. Agen Cat sedang memperhatikanku dengan seksama. Benar ... aku harus mengulur waktu dengan Agen merepotkan ini.
"Yah ... kalau kau menerobos dengan mudah. Aku yang berada dalam posisi sulit," ucapku sambil mengeluarkan seuntai cambuk dari rompiku.
"Ho? Cambuk? Bukankah itu sudah masuk dalam senjata kategori khusus? Karena itu bisa digunakan dalam pertarungan jarak dekat maupun jauh," Agen Cat bersiap untuk menyerang.
"Yah itu bukan masalah, asal tidak kena, itu bukan masalah fatal bagiku," ucap Agen Cat lalu menerobosku.
Aku mulai mengayunkan cambuknya secara melingkar.
"Tujuanku bukan melukaimu." Aku berbicara pelan. Cambukku melilit kaki kanan Cat.
"Tapi menahanmu di sini selama mungkin." Aku tersenyum lebar lalu melemparkan Cat ke arah depan agar tidak mengejar Erea dan Seas.
"Hm? Sudah berakhir. Sampai jumpa, ngomong-ngomong, kostum kucingmu sangat imut." Aku menjulurkan lidahku lalu memegang tali helikopter. Teman-temanku mulai mengangkatku masuk.
Dari atas helikopter, aku bisa melihat Agen Cat masih terdiam di sana. Tak bergerak sedikitpun.
"Sudahlah, biarkan saja."
***
POV: Seas
Kami diturunkan di tempat awal sebelum kami menuju gerbang. Aku melihat C sudah berdiri tegap dengan senyum lebar di wajahnya.
"HAHAHAHAHA! KALIAN BENAR-BENAR SESUATU!" C tertawa keras sambil menendang tanah. Jangan menganggapnya lucu. Mirip seperti kakek-kakek dengan gangguan kejiwaan.
"Yah yang pasti, selamat! Kalian berhasil dalam pelajaran kali ini! Bahkan ada siswa yang lulus dengan nilai bagus!" C menatap kami dengan bangga. Ah, entahlah. Kami terlalu lelah untuk merespon perkataannya.
"Kalian mau dibacakan nilainya?" ucap C sambil mengedipkan matanya. Ugh ... hoek.
"Tolong sadar umurmu berapa." Fani menatap C dengan jijik. Aku dan yang lainnya mengangguk setuju.
"BAIKLAH KUANGGAP JAWABAN KALIAN IYA! DENGARKAN BAIK-BAIK KARENA AKU TIDAK AKAN MENGULANGINYA!" ucap C lalu membuka sebuah buku.
"Mulai dari nilai terendah! Kuo dan Fani! Nilai kalian A-! Ini kertasnya, lihat sendiri kekurangan kalian! Di pelajaran selanjutnya perbaiki!" ucap C sambil memberika kertas pada Kuo dan Fani.
Tunggu dulu ... ini nilai terendahnya A-? Apakah aku harus bersyukur?
"Lalu selanjutnya! Erea dan Ruo! Nilai kalian A! Ini kertasnya!" C memberikan kertas pada mereka.
"Dan nilai terbaik di pelajaran kali ini... SEAS, NED, DAN ALIO! Kalian mendapatkan nilai A+ di pelajaran kali ini! Meskipun masih ada kekuarangan, tapi kalian sudah jadi yang terbaik saat ini!" C membagikan kertasnya, aku membaca data dan kekuarangan yang disebut dalam kertas.
"Yah ... aku memang ceroboh di saat terakhir. Dan kemampuan bertarungku sangat payah jika harus menghadapi serangan jarak jauh ... ini pr yang sulit!" Aku memasukkan kertas itu ke dalam sakuku. Teman-temanku mulai pulang dan aku kini sendirian di sini ... .
"TUNGGU?! KALIAN TIDAK LIHAT KAKIKU TERLUKA?! SIAPAPUN?! TOLONG ANTAR AKU PULANGG!!!" Aku berteriak di pinggir gunung. Sial! Mereka benar-benar kejam padaku!
"Huft! Aduh! Ini masih sakit!" ucapku sambil memijat kakiku, aku mencoba berdiri tapi pada akhirnya tetap jatuh.
"Kau tidak apa-apa?"
Aku mendongak, ternyata Venom.
"Tidak apa-apa matamu?! Antar aku pulang Venom~" ucapku lalu memeluk kaki kanan Venom. Venom tidak berekspresi tapi dia langsung menyeretku ke mobilnya.
Yah setidaknya ... aku tidak harus menyeret kakiku sampai asrama.
...***...
..."Kau tau kan kenapa aku memanggilmu ke sini?"...
TBC.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 208 Episodes
Comments