Jam istirahat sudah mulai, Ara dan Shasa berjalan menuju Atap sekolah, sementara trio yang selalu mengikuti kemanapun Ara pergi berjalan menuju kanton sekolah bersama Dimas.
.
"Waahhhhh sudah lama banget gak bolos ke atap" Ara berteriak riang ketika kakinya sudah sampai di atap.
Shasa yang berjalan dibelakang Ara, berjalan pelan dan memilih duduk di salah satu bangku yang ada di sana.
Ara melirik Shaha yang tampak serius menatap dirinya. langkah kaki Ara kini mendekati Shasa dan mengambil duduk di sebelahnya.
"Kenapa sha? mau bicara apa?" tanya Ara, kini Ara sudah dalam mode serius.
Shasa menunduk tidak lama setelah itu terdengar suara tangis Shasa. Ara langsung panik melihat sahabat baiknya tiba-tiba menangis.
"Loh loh kenapa Sha? ada yang jahati elu? siapa bilang ke gue biar gue gampar orangnya!" Ara berusaha membujuk Shasa yang masih saja menangis.
Ara udah kehabisan cara untuk mendiamkan Shasa, akhirnya dia hanya memeluk Shasa dan menepuk-nepuk punggung Shasa pelan.
"Udah Sha, bilang ke gue siapa yang buat lu kayak gini, biar gue hajar orangnya, gak takut gue mereka keroyokan, gue punya tiga cecunguk yang siap bantuin gue" Ara masih berusaha meredakan tangis Shasa.
"Ra, gue mau minta maaf sama lu" akhirnya suara Shasa keluar. masih dengan sesunggukkan Shasa menatap wajah Ara.
"Udah gue udah maafin lu, apapun kesalahan lu, gue bakal maafin, jadi jangan nangis lagi ya" Ara menghapus bekas air mata Shasa dengan pelan.
"Ra gue juga suka sama Dimas" tangis Shasa kembali pecah.
Ara terdiam beberapa saat setelah mendengar pernyataan Shasa, Cowok yang dia kejar selama 5 tahun juga disukai sahabat baiknya, dan ternyata cowok itu juga menyukai sahabat baiknya.
Awalnya Ara tampak tenang tenang saja melihat Dimas menyukai Shasa, karena Shasa pernah bilang dia gak bakalan menyukai seseorang karena dia mau fokus sama pelajaran nya, tapi kini harapan Ara seketika pupus ketika mendengar pernyataan Shasa.
Sakit?
Tentu saja Ara merasakan sangat sakit saat ini, dia harus dihadapkan dengan dua orang yang yang paling berharga baginya. Satu sahabat perempuan satu-satunya dan satu lagi Cinta pertamanya.
Ara yakin Shasa juga tau bahwa Ara menyukai Dimas, jelas jelas Ara setiap hari menunjukkan perhatian yang sangat besar pada Dimas walau dia sering mendapat penolakan selama lima tahun itu.
"Maaf Ra" ucap Shasa di sela-sela tangisnya.
Ara masih belum bisa mengatakan apapun saat ini, hatinya begitu terpukul mendapat kenyataan itu. Ara tau itu perasaan suka pada hati Shasa itu bisa datang tanpa diperintah.
Siapa yang tidak akan suka sama cowok terkeren disekolah, seorang ketua OSIS, tampan, pintar dan selalu menjadi idola nomor satu disekolah.
Ara sangat berharap perasaan nya suatu hari akan tergapai, dengan cara pendekatannya selama ini pada Dimas, karena Ara sangat percaya diri dengan kecantikan nya. Entah kenapa Dimas sangat tidak menyukai Ara, setiap hari Dimas selalu memberikan penolakan pada Ara.
"Ra jangan marah sama gue" ucap Shasa lagi karena sejak beberapa menit berlalu Ara masih diam mencerna semua ucapannya.
"Aku juga gak tau kenapa aku bisa menyukainya, tiba-tiba saja setiap perhatian yang dia berikan padaku menjadi sebuah kebiasaan, aku jadi ketergantungan padanya Ra, aku minta maaf" Shasa kembali menjelaskan kenapa perasaannya pada Dimas bisa muncul.
Kebiasaan?
Ara juga berharap Dimas terbiasa dengan semua sikap nya, makanya Ara selalu mengganggu Dimas dan menyatakan perasaannya hampir setiap hari pada Dimas agar pria itu merindukannya, tapi sayangnya cowok muka datar itu tidak sedikitpun memberikan perhatian balik pada Ara.
"Sedalam apa perasaan itu?" suara Ara akhirnya keluar juga, walau pelan tapi Shasa cukup dapat mendengarnya.
"Aku tau, Ara yang lebih dulu menyukainya, aku sudah berusaha menghilang kan perasaan ini, tapi tidak bisa, semakin aku menjauh semakin aku merasa sakit, aku ingin membalas perasaan Dimas, tapi karena Ara adalah sahabatku, aku tidak mau menyakiti perasaan Ara, aku tidak mau persahabatan kita rusak karena ini, bantu aku buat melupakannya ra" isak tangis Shasa kembali terdengar.
Ara akhirnya menarik nafas panjang, gadis itu memeluk Shasa dan mengelus punggung Shasa pelan.
"Jangan dihilangkan, biarkan saja perasaan itu tetap ada, aku juga tidak bisa menghilang kan perasaanku, perasaan suka itu datang dan pergi tanpa kita sadari, biarkan Dimas yang memilih, dan kita berdua sama-sama berjuang untuk mendapatkan Dimas, siapa yang dipilih Dimas tidak boleh ada yang marah, dan jika Dimas memilihmu, aku akan mengucapkan selamat dengan tulus pada kalian berdua" Ara tersenyum manis pada Shasa, Ara bukanlah gadis yang jahat, dia tidak akan menghancurkan persahabatan nya dengan Shasa hanya karena perebutan pria.
"Udah jangan nangis lagi, senyum dong, nanti aku yang disalahkan gara-gara buat si pintar jadi seperti ini" Ara mencubit pipi Shasa dengan gemas.
Shasa tersenyum sambil menghapus air matanya, wanita itu kini membalas pelukan Ara, "makasih ra, maafkan aku ya".
"iya jangan nangis lagi ya, aku gak papa dan aku gak akan menyalahkan mu, yang salah itu si Dimas, dengan tampang nya itu dia telah membuat kita jatuh cinta padanya hahahaha" Ara berusaha tertawa walau hatinya sakit saat ini. Ara sudah sangat yakin pemenang dari perebutan Dimas adalah Shasa karena selama ini Dimas menunjukkan ketertarikan yang sangat besar pada Shasa, pada Shasa Dimas mampu bersikap ramah sedangkan pada Ara Dimas sering bersikap cuek dan ketus.
...🐥🐥🐥🐥🐥...
Ara memasuki kelas bersama Shasa, mata Shasa terlihat merah saat berjalan menuju kursi duduknya, hal itu membuat semua orang yang ada disitu memandang rendah Ara, mereka berfikir Ara yang membuat Shasa menangis, bertambah lagi kejelekan Ara dimata mereka.
'pasti Ara marah-marah lagi'
'Jahat banget ya si Ara'
'Liat tu Shasa kasian, kok masih mau ya dia berteman dengan Ara'
'pasti karena memperebutkan Dimas, mentang-mentang cantik dan kaya, bisa seenaknya seperti itu'
'iya, jahat banget si Ara, jelas-jelas Dimas gak suka sama dia, masih juga ngejar-ngejar, kasian Dimas'
'pede banget ya si Ara, merasa paling cantik jadi dia anggap semua pria bisa suka sama dia'
Shasa menyembunyikan senyumnya mendengar gosip-gosip tentang Ara, dia melirik kearah kursi Dimas dan tiga teman Ara yang masih kosong, Shasa agak kesal melihat itu, karena mereka mungkin tidak melihat mata bengkak nya saat ini.
Sementara Ara, dia hanya diam menuju tempat duduknya, semua pembicaraan tentangnya hanya dia diamkan saja, dia tidak mau bertengkar lagi, abangnya akan semakin marah padanya jika dia dipanggil oleh BK.
...🐣🐣🐣🐣🐣...
Dimas masuk kedalam kelas bersama tiga teman Ara, langkah kaki pria itu semakin cepat ketika tatapan matanya berpapasan dengan mata Shasa, mata Shasa saat ini bengkak dan dia terlihat seperti orang yang baru saja selesai menangis.
'Buk' Suara yang berasal dari Dimas, pria itu baru saja memukul meja Ara membuat gadis itu yang tadinya sedang menundukkan kepala karena tidur langsung terbangun dan menatap Dimas yang berdiri didepannya dengan muka marah.
"Apa lagi yang lu lakuin ra! mau berapa orang lu buat nangis karena ulah lu!" geram Dimas.
"Woii Dim! jangan asal nuduh lu!" Robi berdiri didepan Dimas, pria itu tidak Terima Ara dituduh sembarangan oleh Dimas.
"Iya jangan seenaknya nuduh!" Juan dan Leo juga ikut melindungi Ara.
Shasa terlihat sedikit kesal karena ketiga orang itu masih saja membela Ara.
"Dimas, jangan marah-marah, bukan karena Ara kok" ucap Shasa sambil mengelus lengan Dimas.
...🐤🐤🐤🐤🐤...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 265 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Ccuuiihh Ratu Drama..😡😡
2024-03-29
1
Helen Nirawan
kucing garong byk drama ,sono ke hutan akting ma singa ,gila dasar ,nama lu ganti jd ulet bulu
2023-12-26
0
Luna Susilawati
dasar udang didalam bakwan.... mau ku kasih cabai sekalian.. wah dasar penyedap rasa!
2023-11-13
0