"Haah. 5 hari lagi?"
Baik Neeha dan Langit serentak terkejut dengan keputusan keluarga mereka.
"Iya apalagi yang kita tunggu. Kita punya banyak koneksi dan cukup dana" Ayahnya berbicara.
Mereka juga dapat menyelesaikan perluasan rumah sekitar 3 hari. Meskipun terdengar mendesak, baik Neeha maupun Langit tidak bisa menolak.
Setelah acara pernikahan. Neeha langsung mengemasi barang-barang yang akan ia bawa ke rumah baru mereka.
Neeha turun dari mobilnya dan menekan bel di pagar gerbang. Wajah Neeha memenuhi layar digital yang terhubung ke depan pintu di dalam rumah.
Gerbang dibuka, Mobil dengan warna kuning mencolok yang dikendarai Neeha masuk. Bagasi dibuka, Langit membantu membawa koper dengan warna merah muda dan desain yang norak beserta pernak-perniknya.
" Cuma segini barang-barang kamu?" tanya Langit pada istrinya yang baru dinikahi kemarin tersebut.
"Ohh enggak dong. Ini bahkan belum setengahnya pak" jawab Neeha sambil tersenyum.
Benar, sebuah mobil Pickup datang dengan peralatan yang terikat rapat di belakangnya. Sudah layaknya orang pindahan rumah. Langit menelisik barang yang penuh dan sesak di atas mobil.
"Ini semua?" Langit membelalakkan matanya.
"Iya" jawab Neeha enteng.
"Kamu pikir rumah saya buat naro barang yang gak perlu?, ini rumah bukan gudang"
"Ini udah aku pilih Pak. Semuanya penting buat aku" Bela Neeha untuk dirinya.
Langit menunjuk mesin cuci" Itu.... di rumah ini sudah ada mesin cuci buat apa nambah satu lagi?"
"Kan kita jalani hidup masing-masing. ya saya..." belum selesai Neeha bicara.
"Gak ada. Kamu pikir rumah ini bayar listrik pakai udara?"
Langit berlalu dan meminta semuanya untuk dijual lagi saja. Ada kulkas, mesin cuci, springbed, meja rias, dan lainnya.
Demi menjaga ketenangan, Neeha mengalah dan tidak jadi menurunkan barang di atas mobil pickup tersebut. Ia meminta agar disumbangkan pada lembaga saja, bahkan Neeha merogoh kocek untuk ongkos dadakan pada si sopir pickup.
........
Ada 1 kamar tamu dan 3 kamar Utama di lantai 2. Kamar utama hanya tersisa 1 karena 2 kamar lainnya sudah diisi dengan benda prasejarah. serta buku-buku koleksi Langit.
"Kamu di kamar tamu!" perintah lelaki itu.
"Loh kok kamar aku di bawah sendiri pak?" tanyanya.
"Semua kamar utama penuh" jawabnya.
Neeha memastikan semua kamar. Memang benar, bahkan satu kamar kosong di lantai bawah juga isinya benda aneh.
Dia sendiri nyimpan banyak rongsokan. Aku bawa barang berguna gak boleh
"Neeha"
"Iya Pak" Neeha menghampiri Langit.
"Mulai sekarang jangan panggil saya Pak. Bagaimana juga kita sudah sah menjadi suami istri"
"Tentu saja Pak eh" Neeha menutup mulutnya. "Terus mesti panggil apa?, suami?..Huekkk" Neeha serasa mau muntah.
"Panggil Mas saja!"
"Oke, kalau gitu panggil aku Nee saja ya Mas!" dengan nada mengejek.
Neeha masuk kamar tamu dengan koper kopernya tanpa mendengar persetujuan Langit.
Apa dia memang memiliki kemampuan membuat seseorang kesal, gumam mereka satu sama lain.
*****
Aca mendengar unek-unek sahabatnya di atap Perusahaan sambil meminum kopi panas dalam kemasan elite. Perasaan baru beberapa waktu lalu ia mendengar Neeha berbicara sambil terisak mengenai Azkal.
Sekarang topiknya berubah dan sahabatnya sudah menjadi istri seorang Dosen. Aca ikut merasa kesal walau tahu kalau Neeha sebenarnya memang salah pada Langit.
"Tapi kamu benar-benar gak ngelakuin pekerjaan rumah Nee?" tanya Aca serius.
"Iya"
"Terus kamu yakin suami kamu gak marah?"
"Mau marah atau enggak, ekspresinya sama aja. Paling juga dia cuma narik nafas dan lakuin semuanya sendiri" Tukas Neeha.
Ia berbicara seperti itu karena tadi pagi ia sudah mencobanya. Saat Langit meminta sarapan, Neeha mengatakan ia pernah membuat dapur di rumahnya hampir terbakar untuk membuat coklat buatan sendiri.
Langit terpaksa membuat telor dadar sendiri dan bahkan menyiapkan makanan untuk mereka. Sementara mencuci, ia belum melakukannya. Nanti juga akan dicoba saat cucian menumpuk. Aca hanya perlu siap, mendengar unek-unek lainnya nanti dari Neeha sahabatnya.
******
Saat Langit masih mengajar di kelas. Ponselnya bergetar beberapa kali. Terlihat nama Neeha yang muncul, membuat Langit harus mematikan nada ponselnya.
Setelah 5 menit, Langit justru tidak bisa fokus mengajar. Ia berjalan keluar kelas untuk mengangkat panggilan.
"Ada apa saya lagi ngajar"
" Mas, bensin aku habis"
Langit mengusap keningnya. "Kalau habis kenapa kamu nelpon saya. Pergi ke Pertamina isi disana!. Saya kan bukan petugasnya"
"Mau bayar pakai apa?. Biasanya kan Suami yang mencukupi uang istri"
"Terus uang yang kamu dapat dari kerja kamu buat apa?"
"Itu uang aku Mas. Uang dari Kamu yang disebut nafkah bukan uang istri"
Langit kembali memegang keningnya dan mengusapnya. "Yaudah nanti saya transfer"
"Oke dua juta ya Mas"
"Dua juta?. Bensinnya emas?" Langit tidak habis pikir dengan ucapan seenak jidat istrinya ini.
"Kan aku bilang nafkah kamuu..."
"Ya udah saya tranfer pakai M-banking, nanti di rumah kita harus bahas ini" Langit menutup panggilan.
Saldo sebesar 2 juta rupiah masuk ke pemberitahuan M-banking milik Neeha.
Nah gitu dong.. sekalian buat beli makanan, buat jajan, dan lain-lain hehe.
.....
Langit masuk ke kelas lagi...dan menyelesaikan pembelajaran.
"Pak katanya Bapak udah nikah ya?" celetuk Romi.
Romi adalah Mahasiswa dimana Langit sebagai Dosen pembimbingnya. Ada satu lagi bernama Dara yang sama ikut campurnya.
"Jangan tanya urusan pribadi saya. Urus saja bagaimana agar nilai kamu berada diatas 3!"
"Pak, habis nikah gak boleh gitu aja dong Pak. Bapak harus lebih ramah dan ceria lagi!" Romi menggoda Dosen kaku itu.
"Kamu mau dapat nilai Nol" Langit memperlihatkan senyum smirk yang jelas
Romi langsung pamit dan berlari menjauh. Langit punya senjata ancaman pemberian nilai yang amat ampuh.
*****
Neeha tiba di rumah pada pukul 11 Malam. Saat menginjakkan kaki di rumah. Langit menatapnya dengan serius, tapi ekspresinya sama, datar saja.
"Mulai besok Mobil kamu gak boleh dibawa kecuali saya gak bisa jemput!" perintah Langit.
"Loh kok gitu si Mas ?"
"Bukannya kita harus romantis, istri saya beli bensin 2 juta aja saya gak tahu itu belinya dimana dan jenis apa. Masih bensin di Indonesia kah?"
"di Indonesia kok Mas. 2 juta itu buat traktir beberapa teman kantor" terang Neeha.
Tanpa penjelasan Langit hanya melengos dan meninggalkan Neeha. Sampai Neeha mengepal tangannya dan meninju Langit dari jauh.
Saat Langit berbalik, Neeha justru berpura-pura menepuk nyamuk. Lalu ia bergegas masuk ke kamarnya.
*****
Aca geleng-geleng kepala mendengar cerita kali ini. Sehabis Neeha kesal pada Langit karena tidak boleh beli ini itu sembarangan dan menyetir sendiri. Sesaat kemudian, Neeha tertawa.
Neeha Berhasil membuat pakaian putih Milik Langit terkena lunturan warna. Masih terbayang baginya bagaimana marahnya Langit namun tertahan.
Padahal sebelumnya Langit sudah memberitahu Neeha bagaimana cara menggunakan mesin cuci. Neeha sengaja karena ingin membalas perlakuan Langit saja.
Langit harus mencuci pakaiannya sendiri. Juga ikut mencucikan pakaian milik Neeha, ia tidak bisa menolak karena itu keputusannya untuk tidak memiliki Asisten Rumah tangga dan tidak memiliki Satpam.
Saat mencuci, Neeha hanya memberikan semangat kepada Langit. Bersorak-sorai teriak "Semangat ya Suamiku. Semangat ya Mas" yang sukses membuat Langit sakit kepala.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Bintangfajar21
Semangat update kak!
2022-03-31
0