Sesampainya di depan rumah Elo, pun langsung menurun, kan Meisie, dalam pangkuannya.
"Terima kasih Tuan, maaf merepot,kan!" ucap Meisie, namun Elo, tak menjawabnya sama sekali. Wajah datar dan dinginnya kembali lagi. Elo, hanya menatap kucingnya dan langsung menggendongnya mengajaknya untuk pulang.
"Ayo Miekey, kita pulang!" Di luar dugaan, Miekey, meloncat dari pangkuannya lalu masuk ke dalam rumah Meisie, seperti tak ingin di bawa pulang oleh majikannya.
"Miekey!" Elo, terus memanggil kucingnya, namun Miekey, tak kunjung keluar yang terdengar hanyalah suara raungannya seolah menjawab bahwa Miekey, tak ingin pergi dari rumah Meisie.
"Miekey, ayo pulang ini bukan rumah mu, apa kau tidak rindu padaku?" teriak Elo, yang hanya mendapat raungan dari kucingnya sebagai jawaban.
"Mungkin Pusy, ingin menginap disini," ucap Meisie, yang di bantah Elo.
"Sudahku bilang jangan panggil dia Pusy, panggil dia Miekey!" bentak Elo, yang langsung mendapat raungan dari Miekey, seakan tak terima jika Meisie, di bentak olehnya.
Elo, menghela nafasnya kasar lalu berkata "Baiklah Miekey, aku izin, kan kau menginap disini, tapi besok kau harus pulang!" ucap Elo, yang langsung mendapat jawaban dari Miekey. Kucing pintar itu langsung keluar dan melompat memeluknya, seraya mengecap pipi Elo, dengan lidahnya, lalu kembali masuk ke dalam rumah.
Elo, merasa aneh pada kucingnya yang begitu akrab dengan Meisie, orang yang baru dikenalnya. Biasanya Miekey, tak akan seakrab itu dengan orang yang baru saja dia kenal, namun tidak dengan Meisie, yang membuat kucingnya semakin nyaman dan ingin berada di dekatnya.
"Aku titip kucingku," ucap Elo, tanpa melirik ke arah Meisie, namun ucapannya tertuju pada Meisie.
"Iya, aku akan menjaganya, merawatnya sepenuh hati jangan khawatir," ucap Meisie, yang masih berdiri di tempatnya.
"Obati juga lukamu, jangan biarkan lukanya semakin parah!" ucap Elo, yang berlalu pergi, namun pesannya menunjukan sebuah perhatian untuk Meisie, membuatnya tersenyum. Karena mendapat perhatian dari tuan bosnya.
****
Pagi ini Meisie, begitu bahagia entah karena perhatian dari sang bos atau karena semalam tubuhnya terasa melayang di atas awan saat bos besarnya menggendong tubuhnya, sungguh beruntungnya Meisie, yang bisa dekat dengan bos besarnya.
Pagi ini Meisie, mencuci jas milik bosnya, lalu di keringkan dan di setrika dengan rapih, karena siang ini Meisie, akan mengembalikannya saat bekerja nanti.
Di kantornya Elo, kedatangan seorang tamu yang tak di inginkan, Farhan, datang ke kantornya sangat pagi sekali, kini mereka berdua duduk di sebuah sofa yang sudah di sedia,kan. Keduanya duduk berhadapan dengan mata yang saling menatap tajam.
"Ada apa anda datang kemari?" tanya Elo, tanpa basa-basi.
"Kenapa ketus seperti itu? Bicaralah lebih sopan pada mertuamu," ucap Farhan, yang membuat Elo, tersenyum sinis.
"Mertua! Sejak kapan?" sanggah Elo,
"Mau tak mau sebentar lagi kita akan menjadi keluarga, kau akan menjad menantuku dan aku menjadi mertuamu," ucap Farhan, membuat Elo, terkekeh.
"Gideon, kenapa kamu meninggal,kan Sharon, di butik semalam? Kau sudah mempermalukan putriku mengerti!"
"Jadi dia mengadu!" gumam Elo, lirih lalu melanjutkan perkataannya. "Aku, bosan berada di tempat itu, dia memilih gaun seperti sedang mengantri bahan bakar, sangat lama sekali," ucap Elo.
"Tapi tidak seharusnya kamu meninggal,kannya. Bagaimana pun juga sebentar lagi kalian akan bertunangan. Kamu juga harus mengerti wanita akan sangat lama jika memilih sesuatu yang akan membuatnya terlihat lebih indah."
"Tapi aku tidak suka menunggu lama, dan satu hal lagi aku menolak perjodohan ini."
"Gideon!" Farhan, menatap tajam namun Elo, menanggapinya dengan santai.
"Jika tidak ada yang ingin kau bicara,kan lagi kau bisa pergi," titah Elo, yang berjalan santai menuju kursi kebesarannya.
Farhan, mengepal,kan tangannya sembari menahan amarah. Sikap Elo, sudah merendah,kannya. Namun itulah Elo, jika dia tidak suka dengan seseorang sulit bagi orang itu untuk meluluh,kan hatinya.
"Aku tidak terima di rendah,kan seperti ini. Akanku pasti,kan kau akan menyesal!" ucap Farhan, yang berlalu pergi dengan wajah penuh amarah. Saat di depan pintu Farhan, berpapasan dengan Meisie, yang akan masuk ke dalam ruangan bosnya, namun Farhan, belum menyadari bahwa Meisie, adalah gadis kecil anak dari adiknya sendiri.
Meisie, mengetuk pintu terlebih dulu, setelah mendapat sahutan Meisie, pun membuka pintu itu lalu masuk ke dalam.
"Selamat siang Tuan bos!" ucap Meisie sambil membungkuk. Elo, menatapnya heran seingatnya dia tidak memanggil seorang OB untuk datang keruangannya.
"Kau! Aku tidak memanggilmu," ucap Elo, dingin.
"Aku memang tidak di panggil, aku kesini untuk mengembalikan pakaian Tuan kemarin, sudah di cuci dengan bersih," ucap Meisie, yang menaruh sebuah paper bag di atas meja kerjanya.
"Dan ini saya buat,kan makan siang untuk Tuan, sebagai tanda terima kasih saya kemarin karena Tuan, sudah menolong saya," ucap Meisie, yang memberikan sebuah tupperware di atas meja.
Elo, hanya menatap satu persatu barang di depannya. "Terima kasih," ucapnya singkat.
"Sama-sama Tuan, saya permisi dulu."
"Tunggu," ucap Elo, menahan kepergian Meisie, yang membuatnya kembali berbalik. "Iya Tuan!" ucap Meisie.
"Bagaimana kucingku?"
"Oh, Pusy," ucap Meisie, yang langsung di beri tatapan tajam oleh Elo. "Maksud saya Miekey," lanjut Meisie, gugup.
"Dia baik-baik saja, aku memberikannya sarapan setiap pagi, makan malam, memandikannya dan …." ucap Meisie, terhenti.
"Makanan apa yang kamu berikan?" tanya Elo, dingin.
"Makanan apa yang aku makan. Kadang aku memberi,kannya paha ayam atau …." ucap Meisie, kembali terhenti karena suara dentuman keras yang berasal dari meja yang Elo, pukul. Sungguh mengejut,kannya.
"Kenapa Tuan, marah!" ucap Meisie, gugup.
"Kamu memberikan makanan apa saja! Dia kucingku, yang tidak boleh makan sembarangan ada makanan khusus untuknya," pekik Elo.
"Tapi saya …."
"Ikut aku." Lagi-lagi Elo, memotong ucapannya. Elo, bangun dari duduknya lalu melangkah, pergi. Meisie, pun bergegas mengikutinya takut jika amarah bosnya memuncak.
Sepanjang jalan Meisie, bergumam dalam hatinya, kemana bosnya akan membawanya? Namun Meisie, tak berani untuk bertanya. Meisie, hanya mengikuti kemana pun Elo, pergi sampai akhirnya Meisie, tiba di sebuah toko khusus makanan kucing dan perlengkapan lainnya.
Elo, hanya duduk dan di layani beberapa pelayan toko, tak berselang lama pemilik toko datang menghampiri, seakan sudah kenal dengannya. Elo, dan pemilik toko itu saling bercengkrama entah apa yang mereka obrol,kan.
Tak berselang lama seorang pelayan datang membawa satu buah paper bag yang berisi makanan kucing pilihan, yang paling bagus untuk Miekey. Setelah mendapat, kan barangnya Elo, pun pergi dan menyuruh Meisie, untuk membawa paper bag itu.
Karena penasaran dengan isinya, Meisie, pun ingin melihat dan membukanya, sungguh terkejutnya saat melihat harga yang tertera pada satu kemasan membuat matanya membulat sempurna. Satu kemasan saja sudah berharga 1 sampai 2 juta, apalagi lebih dari satu sedangkan Elo, membelinya sangat banyak.
"Makanan kucing saja semahal sewa rumah, makananku saja tak semahal ini," gumam Meisie. Yang menyayangkan berapa uang yang harus di keluar, kan hanya untuk memberi makan seekor kucing saja. Tapi tidak bagi Elo, yang memberikan apapun yang terbaik untuk kucingnya.
****
Di tempat lain Sharon, begitu marah juga kesal dan cemburu saat melihat sebuah tupperware di atas meja kerja calon tunangannya. Sharon, berpikir bahwa Elo, sudah memiliki kekasih yang membuat,kannya makan siang.
"Apa Elo, dekat dengan seorang wanita? Tapi siapa! Tidak bisa di biar,kan tidak boleh ada yang merebut Elo, dariku," ucap Sharon, yang mencengkram kuat tupperware itu, dan ingin di lemparnya ke dalam tempat sampah. Namun, niatnya itu tertunda tiba-tiba tangan kekar Elo, menahan tangannya yang ingin membuang tupperware itu. Lalu, mengambil alih tupperwarenya.
"Apa yang ingin kau lakukan? Membuangnya?" tanya Elo, dingin
"Siapa yang mengirimmu makan siang?" tanya Sharon.
"Siapa! Apa urusanmu? Kau sama sekali tidak menghargai pemberian orang lain dan ingin membuangnya begitu saja, aku tidak suka pada orang yang selalu membuang makanan!" tegur Elo, dengan tatapan tajamnya.
Sharon, merasa di sudut,kan.
"Aku bisa membuatkanmu setiap hari," ucap Sharon.
"Tidak! Sudah ada yang membuatkan untukku."
"Elo, aku tahu kamu tidak mencintaiku tapi apa kamu yakin ingin membatalkan perjodohan ini?"
"Kamu sudah tahu jawabannya! Silah,kan pergi," titah Elo, membuat Sharon semakin marah dan kesal.
"Elo,"
"Aku sedang sibuk, tolong pergi dari ruanganku," ucap Elo, tanpa menatap Sharon.
"Baiklah, aku akan pergi tapi akan ku pastikan kamu menyesal," ucap Sharon, penuh amarah lalu pergi.
Elo, menghela nafasnya kasar, lalu bersandar pada dinding kursi. Menghadapi Sharon, benar-benar membuatnya stres. Elo, pun tak ingin terus memikir, kan Sharon, Elo, membuka tupperware itu, yang menghasilkan aroma lezat dari masakan yang Meisie, bawa.
Makanan itu tidak terlalu mewah, namun sangat menggugah selera, apalagi saat melihat makanan itu tertata rapih, ada lauk, sayuran, nasi dan pelengkap lainnya.
"Mungkin ini tak semewah, dan semahal juga seenak masakan hotel bintang 5, namun aku masak dengan sepenuh hati spesial untuk mu tuan bos, semoga anda menyukainya. Selamat menikmati."
Elo, tersenyum membaca sebuah memo yang terselip di atas tutup tupperware itu.
...----------------...
Jangan lupa like dan votenya ya 🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Ika Sartika
🥰🥰
2022-05-18
0
Emon
🥰🤗
2022-04-21
1
erenn_na
uhuuyy
2022-04-05
1