Arkan, terheran-heran melihat bosnya yang kembali dengan seorang wanita, hingga memberi,kan jasnya untuk wanita itu, jauh dari sifatnya yang dingin, cuek, dan kaku.
Ini pertamakalinya Elo, memperhatikan wanita apalagi pada Meisie, yang hanya karyawannya saja. Penampilannya yang biasa-biasa saja, jauh dari kata sempurna, namun hatinya selalu tergerak, untuk membantunya.
"Siapa wanita yang bersama Tuan? Apa itu Miekey, yang berubah menjadi seorang gadis?" ucap Arkan, yang bermonolog.
Meisie, berjalan mengikuti Elo, dengan langkah pelan dan kepala yang selalu menunduk. Kakinya terasa sangat sakit karena Meisie, tidak memakai sendal atau pun alas kaki, Meisie, hanya berjalan nyeker. Masih beruntung Elo, menyelamat,kan nya dari lelaki ganas seperti Marchel, dan bodohnya kenapa Meisie, percaya begitu saja pada Marchel, hanya karena nama panggilannya yang sama.
"Bagaimana mobilnya Arkan?" tanya Elo, saat sudah sampai di depan Arkan, yang berdiri menunggunya.
"Sudah di perbaiki Tuan," jawab Arkan, dengan anggukan. "Maaf Tuan, ini …." Arkan, ingin bertanya siapa wanita di belakangnya, namun ucapannya terhenti karena Elo, menyanggahnya.
"Kita antar,kan wanita ini pulang!" ucap Elo, yang langsung masuk ke dalam mobilnya. Arkan, masih diam memperhatikan Meisie, dari atas sampai bawah kakinya yang nyeker. Tiba-tiba seruan Elo, mengejut,kannya
"Arkan,"
"Siap Tuan," jawab Arkan, gugup. "Nona, silah,kan masuk!" titah Arkan, Meisie, pun mengangguk lalu masuk ke belakang dan duduk di samping Elo, setelah Meisie, masuk Arkan, pun langsung masuk ke dalam mobil duduk di bagian kemudi dan langsung melaju,kan mobilnya.
Meisie, masih merasa canggung apalagi duduk berdampingan dengan bosnya. Sedang,kan Elo, hanya diam tanpa suara, pandangan matanya menoleh ke arah kaca jendela yang memperlihat, kan pemandangan kota di malam hari.
"Nona, dimana rumah anda?" tanya Arkan, yang fokus menyetir.
"Ehm … rumah saya," belum sempat Meisie, menjawab Elo, sudah meyanggahnya.
"Kita berhenti di El-Gideon Mall," sanggah Elo.
"Baik Tuan," jawab Arkan, yang kembali fokus menyetir.
"El-Gideon mall apa itu?" tanya Meisie, pada hatinya.
"Tuan bos, terima kasih karena sudah menolongku dan mau mengantar,kan ku pulang. Dan sudah mengembalikan tasku," ucap Meisie gugup.
Hm … hanya itu yang Elo, ucapkan.
"Apa kau bekerja untuknya?" Elo, bertanya
"Apa!" Meisie, di buat bingung dengan pertanyaannya. "Tidak, Tuan bos anda salah paham, aku bukan wanita seperti itu," ucap Meisie, dengan gelengan kepala. Arkan, hanya mendengar,kan.
"Arkan, berapa gaji OB di perusahaanku? Besok kau berikan datanya padaku, apa karena gaji-Nya kecil kamu melakukan itu," tanya Elo, tanpa menatap Meisie.
"Tuan, anda salah paham aku bukan wanita seperti itu yang menjual diriku," bantah Meisie,
"Wanita memang seperti itu," gumam Elo, lirih membuat Meisie, kesal karena telah di tuduh wanita tak baik-baik. Di saat keduanya berdebat mobil yang mereka tumpangi sudah sampai di depan sebuah mall besar, yang bertulis,kan nama El-Gideon.
"Tuan kita sudah sampai," ucap Arkan, setelah menghenti, kan mobilnya.
"Arkan, bawa wanita ini masuk ke dalam, kamu tahu apa yang harus kamu lakukan, kan!" perintah Elo, Arkan, hanya mengangguk mengerti.
"Mari Nona," ajak Arkan, yang membuka, kan pintu. Meisie, masih diam bingung apa yang akan di lakukannya saat di dalam.
"Kita mau kemana? Bukannya mau mengantarku pulang? Jika Tuan bos sibuk, aku tidak keberatan hanya di antar sampai sini saja,"
"Nanti, kami akan mengantarmu sampai rumah Nona, sekarang anda ikut saya saja," ajak Arkan, yang tersenyum ramah berbeda dengan Elo, yang memasang wajah datar.
"Jangan membuatku menunggu lama," ucap Elo, membuat Meisie, terpaksa turun dari mobil dan mengikuti Arkan, masuk ke dalam mall itu.
Bukan tidak ingin Elo, yang membawa masuk ke dalam mallnya, namun jika semua orang melihat dirinya akan heboh nantinya, apalagi datang bersama seorang wanita.
Meisie, menatap takjub El-Gideon mall yang begitu mewah, lampu kelap-kelip menerangi seluruh area mall, interior yang mewah mendominasi gold, lift yang malaju ke atas dan ke bawah terlihat jelas karena lift itu terbuat dari kaca. Para pelayan yang ramah, berseragam yang sama mengenakan blezer hitam dan rok sepaha, dengan tubuh yang tingginya sama rata, rambut di cepok, dengan mengenakan sepatu yang sama, sungguh jauh berbeda dengan dirinya yang bertugas sebagai OB.
"Ini mall atau hotel?" gumam Meisie, lirih.
Arkan, hanya tersenyum mendengar ucapannya. "Ini El-Gideon mall, mall terbesar di ibu kota, bahkan terkenal se-Asia. Semua barang disini hasil dari PT El-Gideon industri yang sebagian hasil tekstilnya di jual disini," jelas Arkan, Meisie, hanya mangut-mangut saja.
"Apa disini ada lowongan pekerjaan? Aku jadi tertarik bekerja disini," ucap Meisie, yang masih menatap takjub mall setinggi lima lantai.
"Kau pilih saja baju yang kau suka,"
"Apa! gaji sebulanku saja tak mampu membeli pakaian disini,"
"Anda, tidak perlu membayar Tuan bos yang menyuruhku untuk menganti pakaianmu,"
"Tidak-tidak, aku lebih baik memakai ini saja, tidak mungkin Tuan bos begitu baik padaku,"
"Sikap Tuan, memang begitu dingin, kaku, cuek, ucapannya pun serig menyakit, kan tapi Tuan, sangat baik," jelas Arkan.
Karena Meisie, tidak ingin memilih Arkan, pun meminta para pelayan untuk memberikan beberapa pakaian, sepatu, dan barang lainnya untuk Meisie, namun Meisie, menolak dan hanya mengambil pakaian yang ia pakai saja.
****
Di tempat lain Sharon, sangat marah dan kesal lagi-lagi Elo, meninggal,kannya membuatnya di permalukan di butik. Sharon, mengadu pada papanya membuat Farhan, semakin murka dan kesal karena tak terima putrinya di perlaku,kan seperti itu.
"Aku akan bicara dengannya, nanti. Ini sudah keterlaluan!" pekik Farhan, yang mengepalkan tangannya.
"Bagaimana pun caranya, kamu harus menikah dengannya, hanya kamu calon nyonya El-Gideon satu-satunya, kamu jangan khawatir sayang Papa akan bicara, kan ini dengan Gideon."
Farhan, tahu betul keluarga Mahendra, yang terkenal dan kaya raya. Farhan, memang tidak sepintar dan sekaya farel adiknya yang membangga, kan. Dari dulu Edwin ayahnya lebih menyayangi Farel di banding,kan dengannya, karena Farel, anak yang membangga, kan sukses di usia muda, juga mempunyai putri yang cantik dan pintar.
Sedang,kan Farhan, yang dia lakukan hanyalah membuang-buang uang, mabuk-mabuk, kan dan menjalani bisnis yang haram sebagai penjual obat terlarang yang membuat Edwin, semakin tidak menyayangi putra sulungnya itu.
Di saat perjodohan itu di rencana, kan Farhan, terpaksa berbuat licik, dan ingin menjodoh, kan cucu dari keluarga Mahendra dengan putrinya, karena Farhan, tahu suatu saat nanti putrinya akan menjadi istri pengusaha terbesar di kotanya. Karena Elon Gideon adalah pewaris tunggal keluarga Mahendra.
****
Arkan, menghentikan mobilnya di depan jalanan gang sempit, Meisie, pun pamit seraya mengucap, kan terima kasih kepada Elo.
"Tuan bos, pak Arkan, terima kasih karena sudah mengantarku pulang. Oh iya, untuk jasnya aku akan mencucinya dulu nanti akan aku kembalikan."
"Tidak perlu," ucap Elo, dingin.
"Ah, tidak boleh begitu Tuan, pokoknya aku akan mengembali,kannya nanti, sekali lagi terima kasih," Tak henti-hentinya Meisie, mengucap,kan terima kasih sampai akhirnya keluar dari dalam mobil.
Meong, suara kucing mengejut,kan nya.
"Pusy," panggil Meisie, namun Pusy, malah berlari dan masuk ke dalam mobil yang Elo, tumpangi. Pusy, langsung duduk di pangkuan Elo, Elo, pun sangat terkejut namun seketika senyumanya terpancar saat melihat kucing kesayangannya.
"Miekey!" ucap Elo, yang langsung memeluk Miekey, dan menciumnya.
"Miekey!" tanya Meisie, dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Ika Sartika
semangat semangat semangat
2022-05-18
0
Emon
😀
2022-04-21
1
erenn_na
meeeoonng 🐈🐈🐈🐈
2022-04-05
1