"Elo, Elo, Elo, kau mau kemana?" Teriak Mey yang terus mengejar mobil sedan hitam yang sudah melaju sangat jauh.
"Elo …." Teriak Mey, yang terisak.
"Elo, kamu mau kemana? Kenapa pergi ninggalin aku, siapa yang akan bermain denganku." Ucap Mey yang terisak.
Saat itu Mey, melihat Elo, di tarik paksa oleh seorang pria yang tak lain adalah ayahnya. Ayahnya terus menarik Elo, agar mau pergi dengannya tak peduli pada Elo yang terus menangis.
"Papa, aku tidak mau pergi aku harus bertemu dengan Mey,"
"Papa tidak suka kamu berteman dengan anak cacat itu, ayo masuk." Ucap pria itu yang menarik paksa Elo, masuk ke dalam mobilnya.
"Elo," Sahut Mey, Elo langsung menengok di balik kaca mobilnya. Namun Elo, tak bisa melakukan apa pun.
"Jalan," Perintah pria itu pada supirnya.
"Papa, aku mau ketemu Mey, biarkan aku pamit padanya," Mohon Elo pada pria itu.
"Gideon, bisa diam tidak! Mulai hari ini kita akan pindah ke kota, kamu tidak akan bertemu dengannya lagi." gertak pria itu membuat Elo menangis.
Elo kecil, hanya bisa menangis sambil menatap Mey, yang masih berlari mengejar mobilnya.
Meisie, menyapu air matanya setelah mengenang kembali masalalunya. Meisie, masih ingat betul seperti apa wajah pria itu, pria itu sama miripnya dengan laki-laki paruh baya tadi yang keluar dari PT tempatnya bekerja.
"Elo, pasti ada dengan laki-laki itui, aku harus mencarinya. Aku harus bertemu Elo," gumamnya lirih. Lalu Meisie masuk dan kembali bekerja.
****
Di ruangannya Elo, membanting semua barangnya, lalu mengusap wajahnya kasar. Elo, sangat kesal kepada sikap sang Ayah. Beliau selalu memaksakan kehendaknya, tanpa bertanya terlebih dulu padanya, beliau tidak pernah tahu apa keinginan putranya, seperti sekarang ayahnya memaksa Elo untuk bertunangan dengan putri dari temannya yaitu Sharon, ayah Elo, tidak pernah ingin ada penolakan.
Arghh …
Teriak Elo, yang melempar semua barangnya di atas meja kerjanya, sampai membuat kantornya berantakan. Sang ayah tidak pernah tahu apa keinginannya, seperti saat dulu, saat Elo di paksa pergi meninggalkan Mey sahabat kecilnya.
Cklek,
Meisie, masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, tanpa dia tahu ternyata bosnya ada di dalam, dengan wajah penuh amarah.
"Siapa kau? Masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu." Suara Elo, mengejutkan Meisiei.
"Ma-maaf Tuan, saya kira Tuan, tidak ada di ruangan. Saya, mau membersihkan ruangan Tuan," jawab Meisie, gugup.
"Bersihkan saja," Ucap Elo, demikian.
"Ta-tapi Tuan, apa Tuan tidak akan keluar dulu."
"Kau mengusirku, dari ruanganku?" Elo, menatap tajam Meisie.
"Ehm … tidak Tuan, bukan begitu,"
"Bersihkan saja, aku tidak akan keluar."
"I-iya Tuan," ucap Meisie gugup.
Meisie, mulai me-lap lemari, rak, kaca dan lainnya, walaupun sebenarnya Meisie, sangat canggung karena Elo, ada di ruangannya. Sesekali Meisie, menghela nafasnya panjang untuk menetralkan detak jantungnya, Meisie merasa di pantau oleh seseorang. Namun, Meisie mencoba untuk rileks dan fokus tapi tetap saja tubuhnya gemetar sampai Meisie, terperanjat saat Elo, memanggilnya.
"Kau"
"Ah, Iya Tuan." Jawab Meisie, tersentak.
"Rapihkan, semua barang- barang yang di bawah." Perintah Elo, yang menunjuk barang-barangnya yang berantakan karena ulahnya.
"Baik, Tuan." Jawab Meisie, dengan anggukan. Namun, karena gugup Meisie, tak menyadari bahwa lantai di depannya licin, membuat Meisie, terpeleset dan hampir saja terjatuh, kalau tidak ada yang menahan tubuhnya.
Lagi-lagi Elo, yang selalu menolongnya. Saat tubuh Meisie, akan terjatuh Elo, langsung menarik tangannya sampai Meisie, berada di pelukan Elo. Elo, bagaikan seorang bad boy baginya karena Elo, selalu ada untuk menolongnya. Elo dan Meisie, masih sama-sama terdiam, kedua mata mereka saling bertemu, mata itu, tatapan itu, mengingatkan mereka pada seseorang.
Elo,
Mey,
"Elo." Suara Sharon mengejutkannya, Elo, langsung melepaskan pelukannya begitu juga dengan Meisie.
Elo dan Meisie, sama-sama menghembuskan nafasnya kasar, seolah menetralkan detakan jantungnya. Sharon, menatap Meisie, penuh kebencian karena telah berani memeluk pria yang di cintainya. Tanpa, Sharon ketahui Meisie, adalah gadis buruk rupa yang pernah ia permalukan.
"Apa yang kalian lakukan?" tanya Sharon menatap Meisie, sinis.
"Maaf, ini salah faham," ucap Meisie, gugup.
"Kau, OB! Apa tugas mu sudah selesai?" ujar Sharon.
"Saya, permisi." Ucap Meisie, yang langsung pergi dari ruangan Elo.
"Wanita itu lagi, apa dia kekasihnya Tuan Bos! Masa, Tuan Bos mau sama wanita seperti itu." Gumam Meisie, sambil melangkah pergi.
"Ada apa kamu kemari?" tanya Elo, datar.
"Kamu lupa, kita akan pergi lunch bareng siang ini. Papa dan Om Rakka udah nunggu," jawab Sharon, yang merangkul manja, namun Elo, lansung menepisnya.
"Aku, tidak bisa pergi." Ucap Elo, yang berjalan ke arah kursi kerjanya.
"Kenapa? Elo, kita akan tunangan sebentar lagi, jadi kita harus sering-sering pergi bersama, kan!"
"Aku, tidak pernah mengatakan akan bertunangan denganmu. Jadi silahkan pergi," ucapan Elo, membuat Sharon sangat marah.
"Elo, untuk kesekian kalinya kamu melakukan itu padaku, apa kamu tidak pernah mengerti perasaanku! Kamu sudah menyakiti hatiku." Elo, tersenyum sinis saat mendengar perkataan Sharon.
"Saya tidak pernah menyakitimu, kamu saja yang tidak pernah mengerti. Dan asal kamu tahu, saya tidak akan pernah mau bertunangan denganmu walaupun kamu mengadu pada papaku."
"Elo, kenapa kamu seperti ini padaku, apa karena wanita tadi, serendah itukah kamu, kamu menyukai seorang OB, yang derajatnya sangat jauh darimu, Om Rakka tidak akan suka jika mengetahui hal ini."
"Kamu menilai derajat seseorang, apa derajatmu sangat tinggi? Bagiku derajat seorang OB lebih tinggi dan mulya dari pada dirimu, yang tidak tahu cara bersikap baik seperti apa." Ucap Elo, penuh penekanan lalu pergi meninggalkan Sharon di ruangannya.
"Elo, kau mau kemana?"
"Aku, lebih baik mencari kucingku dari pada disini denganmu,"
"Apa! Elo, kau lebih memilih kucing itu dari pada aku!"
Tanpa menjawab ucapan Sharon, Elo, pergi di temani Arkan asistennya, dari atas sana Meisie, menatap kepergian Elo, sikapnya yang dingin dan cuek, juga tegas dan di takuti banyak orang, namun di balik sikap dinginnya Elo, memiliki hati yang lembut dan juga baik. Meisie, tersentuh saat mendengar perkatan Elo, dengan Sharon yang tak sengaja Meisie dengar. Elo, tidak pernah membedakan orang miskin dan orang kaya, bahkan seorang OB lebih mulya baginya.
****
Tanpa terasa, hari sudah mulai sore, Meisie, pun sudah selesai bekerja. Semua temannya sudah pada pulang, hanya Meisie, yang masih tinggal. Setelah berganti pakaian Meisie, pun melangkah pergi keluar. Seperti biasa Meisie, selalu mendengarkan earphone saat berjalan untuk menghilangkan kesepiannya. Meisie berjalan di atas trotoar jalan, menuju halte bus, tanpa Meisie, sadari ada sebuah mobil yang mengikutinya dari belakang.
Jalanan malam ini terlihat sangat sepi, Meisie berjalan pelan sambil mendengarkan sebuah lagu yang dia putar dalam Handphone-Nya, tanpa Meisie, sadari mobil di belakangnya sudah mendekat dan …
"Mey,"
Ckitt … dugh. Tiba-tiba Vika datang mengejutkannya, membuat mobil di belakangnya harus membanting stir dan berbelok ke arah jalanan yang sepi.
"Issh, sial. Awas saja wanita itu akan aku musnahkan," gumam seorang wanita yang berada dalam mobil itu.
...----------------...
Mana likenya 🤗,
Ayo ... kasih dukungannya buat thor biar lebih semangat lagi, like dan vote jangan lupa ya, plus komen dan favorit juga.
Happy reading
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Ika Sartika
next
2022-05-18
0
erenn_na
cari wangsit Dimana kak,
2022-03-29
1
Semet Tipis
Semangat💪💪 buat updatenya thor aku padamu thor 😍😍
2022-03-03
1