Sebuah cahaya bersinar dalam kegelapan malam, menerangi alam semesta, jika di lihat dari atas langit, cahaya itu berasal dari sebuah rumah, rumah yang sederhana dan di bilang sangat kecil. Cahaya itu berasal dari dalam kamar Meisie, entah apa yang telah terjadi namun sepertinya Meisie sangat terlelap.
Keesokan paginya, matahari mulai naik dan memancarkan sinarnya, hari baru pun sudah di mulai, semua orang di sibuk, kan dengan aktifitasnya masing-masing, ada yang pergi ke sekolah, ke ladang, ke kebun dan ke kantornya. Namun, tidak dengan Meisie, pagi ini Meisie terlambat bangun, jam dinding sudah menunjuk, kan pukul 07.00, tapi Meisie, masih saja meringkuk di bawah selimutnya.
Meong, meong,
Pusy, terus membunyikan suara khasnya, kedua tangan Pusy terus memukul-mukul kepala Meisie, agar Meisie terbangun.
Hoammm,
Meisie pun menguap, kedua tangannya ia rentangkan, untuk meregangkan otot-ototnya. Meisie pun akhirnya mengerjap, yang pertama di lihatnya adalah Pusy. Meong, meong.
"Pusy, hey … kau membangunkanku? Jam berapa sekarang?" Tanya Meisie yang mennggeliat. Manik matanya kini melirik ke arah jam dinding di atas tempat tidurnya. Meisie terbelalak ketika melihat arah jarum jam yang menunjukan pukul 07.10 dengan cepat Meisie langsung berlari ke kamar mandi. Dengan gerakan super kilat Meisie sudah kembali ke kamarnya dan memakai pakaiannya, waktu hanya tersisa 15 menit untuk sampai ke tempat kerjanya. Meisie pergi begitu saja tanpa melihat cermin, rambutnya pun Meisie biarkan terurai, lalu Meisie pergi tanpa pamit pada Nek, Tini.
"Mey, kau belum sarapan," teriak Nek, Tini tapi Meisie sudah berlari sangat jauh.
Sesampainya di depan jalan raya Meisie langsung berlari ke arah halte bus, beruntung Meisie tidak terlalu menunggu lama, saat sampai di halte, bus pun datang, dan Meisie langsung masuk ke dalam bus itu.
Sepanjang perjalanan Meisie merasa tak nyaman dengan para penumpang yang lain, Meisie merasa mereka terus memperhatikannya, menatapnya dari atas sampai bawah, apalagi ada seorang pria yang duduk di depannya pria itu terus tersenyum padanya.
"Apa pria ini menertawakanku?" batinnya, Meisie menyadari bahwa dirinya tak memakai masker untuk menutupi wajahnya, semua orang pasti menatap codet pada wajahnya.
Meisie pun sampai di depan gedung El-Gideon, Meisie langsung berlari masuk ke dalam gedung itu karena dirinya sudah terlambat. Meisie kembali merasa aneh dengan tatapan semua orang, "Ada apa dengam mereka, kenapa semuanya menatapku?" batin Meisie.
****
Sedangkan di ruangannya Elo, duduk termenung memikirkan codet yang ada pada wajah Meisie. Entah kenapa, Elo merasa tidak asing dengan Meisie.
Tok, tok, tok,
Suara ketukan pintu mengejutkan Elo, ternyata yang masuk adalah Arkan asisten pribadinya.
"Ini Tuan, berkas-berkas yang anda butuhkan." Ujar Arkan yang menyodorkan sebuah map ke atas meja Elo.
"Namanya Meisie Callia, dia seorang anak yatim piatu, usianya 20 tahun, lulusan sekolah xxx, dia tinggal di jalan xxx, gang xxx, Meisie mengalami wajah cacat sedari kecil, untuk alasannya saya tidak tahu kenapa," jelas Arkan.
Setelah melihat luka codet Meisie, Elo, mengira itu adalah teman kecil hingga menyuruh Arkan, untuk membawa data-data karyawan baru padanya. Setelah di cek, tidak ada orang yang bernama Mey. "Apa benar ini tempat tinggalnya?" tanya Elo.
"Benar, Tuan. Dia tinggal bersama neneknya." jawab Arkan.
"Apa aku salah lihat! Mungkin lukanya saja yang sama," batin Elo.
"Apa ada yang bisa saya bantu lagi Tuan?" tanya Arkan, mengejutkan Elo.
"Apa, sudah ada kabar tentang Miekey?"
"Astaga, kucing lagi," batin Arkan, yang mengeluh. "Belum ada kabar Tuan," ucap Arkan, yang membuat Elo, kecewa.
"Kenapa cari seekor kucing saja tidak bisa? Saya, tidak mau tahu cari Miekey, sampai ketemu," perintah Elo.
"Baik, Tuan, apa ada lagi tugas lain?"
"Sudah cukup, terima kasih kau boleh pergi," titah Elo.
"Baik, kalau begitu saya permisi." ujar Arkan, lalu melangkah pergi.
Elo kembali termenung, Elo teringat seseorang yang pernah menjadi teman di masalunya.
Flashback on
Elo sedang berjalan di pinggir taman, saat itu Elo, hanya sendirian sambil menikmati indahnya taman. Elo, melihat seorang gadis kecil yang menangis tersedu-sedu, gadis itu terus menunduk menyembunyikan wajahnya di balik paha mungilnya.
"Hey, kenapa kau menangis?" tanya Elo, namun gadis itu tak memberi jawaban.
"Hey, aku bertanya padamu," lanjut Elo,
"Pergi, aku tak butuh siapapun." ucap gadis itu.
"Aku, hanya ingin tahu kenapa kau menangis? Apa ada orang yang jahat padamu?" tanya Elo, gadis itu pun mendongak. Elo, sedikit terkejut saat melihat codet di pipi kiri gadis itu, Elo, nyengir tapi juga kasihan pada gadis itu.
"Kenapa? Kau takut karena melihat wajahku?" tanya gadis itu.
"Kenapa dengan wajahmu?" tanya Elo, namun bukannya mendapat jawaban, gadis itu langsung berlari pergi.
Keesokan harinya Elo, kembali bertemu dengan gadis itu, Elo tak sengaja berpapasan dengan gadis itu saat pulang sekolah. Gadis itu terlihat menghindari Elo, namun Elo, langsung mengejarnya.
"Hey, tunggu," ujar Elo, yang menghadang gadis itu. "Kenapa kau menghindariku? Apa kau takut padaku?" tanya Elo.
"Apa kau tidak malu dekat denganku?" tanya gadis itu balik.
"Kenapa malu."
"Aku gadis cacat, wajahku sangat jelek, semua orang memanggilku si buruk rupa, tidak ada yang ingin berteman denganku."
"Aku mau jadi temanmu," ucap Elo, yang membuat gadis itu terdiam.
"Aku Elo, namamu?" tanya Elo, seraya mengulurkan tangannya untuk berjabat dengan gadis itu. Awalnya gadis itu sangat ragu, tapi lama-lama gadis itu pun menjabat tangan Elo.
"Namaku Mey," ucap Mey.
"Nama yang cantik, sekarang kita teman," ujar Elo, Mey pun mengangguk lalu tersenyum. Semenjak itulah, pertemanan mereka di mulai. Elo, tidak pernah memilih-milih dengan siapa dia akan berteman, namun Elo, lebih baik menyendiri karena semua teman yang ingin dekat dengannya hanya memanfaatkannya saja, karena Elo, anak dari keluarga terpandang. Sampai akhirnya Elo, bertemu dengan Mey, dan mereka menjadi sahabat.
Elo dan Mey begitu dekat hampir setiap hari mereka bertemu, dan bermain, tapi … Ayah Elo, tak suka jika melihat Elo berteman dengan gadis cacat seperti Mey, Elo, pun di bawa paksa meninggalkan kota masa kecilnya dan mereka berpindah ke kota yang lebih besar, Elo dan Mey berpisah, bahkan pada saat hari perpisahan Mey, tidak sempat bertemu dengan Elo, Mey hanya bisa menatap mobil hitam yang membawa Elo, pergi. Walaupun coba mengejar, namun langkah kecilnya tak mampu mengejar mobil itu. Hingga sampai saat ini Mey dan Elo tidak pernah bertemu lagi
Flashback off
Elo, kembali mengingat teman masa kecilnya, Mey yang sama percis dengan Meisie, yang memiliki codet di pipi kirinya.
"Apa dia Mey?" tanya Elo, pada hatinya. Elo ingin memastikan, apa benar Meisie adalah teman kecilnya. Elo, pun bergegas pergi meninggalkan ruangannya. Elo, ingin bertemu dengan Meisie, berharap mendapat petunjuk tentang sahabat kecilnya yang lama hilang.
Elo, terus berjalan dengan pandangan yang fokus kedepan, tanpa Elo sadari, bahwa gadis yang di carinya sedang berjalan ke arahnya, yang tak lain adalah Meisie, yang wajahnya sudah menjadi cantik tanpa adanya codetan di wajahnya.
Meisie dan Elo, jalan berdampingan hanya saja arah mereka berbeda, Elo, berjalan ke arah Meisie, dan Meisie, berjalan ke arah Elo, pada akhirnya keduanya pun hanya saling melewati, Mey sempat membungkuk saat berpapasan dengan Elo, karena Mey tahu Elo adalah bos-Nya, sementara Elo, tak menyadari bahwa gadis itu adalah Meisie.
...----------------...
Jangan lupa dukungannya ya 🤗
Klik like 👍 Vote, dan favorit jangan lupa🤗.
Komentar cantiknya juga ya 🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Ika Sartika
lanjut
2022-05-18
0
erenn_na
Elo dan Mey
2022-03-29
1
Semet Tipis
semangat💪💪 buat updatenya thor😊😊 aku padamu thor😍😍
2022-03-03
1