Sinar mentari pagi yang menembus lubang-lubang kecil diatas jendela, mulai semakin menunjukan wujudnya. Begitu pula dengan suara merdu burung yang terbang kesana-kemari untuk mencari makan.
Aku menggeliat kecil diatas ranjang, sangat nyaman sekali rasanya aku tak ingin beranjak dari tempat ini. Sejak semalam aku tidur nyenyak sekali dan tidak ada gangguan apapun kecuali kejadian dikamar mandi itu, huh sangat menyebalkan!
Ceklek... suara pintu terbuka.
"Nduk sudah pagi bangun, kamu ini anak gadis masih susah sekali buat bangun pagi." Gerutu ibuku sambil membuka tirai dan jendela membiarkan sinar pagi itu masuk menembus ke kamar.
"Huahhhh ibu, Runi masih ngantuk bu." Ia mengeratkan pelukannya ke guling.
"Anak gadis ndak pantes lho bangun siang pamali, suda cepat bangun nanti simbah keburu bangun, malu."
"Hemmmmm nggih bu hoammmmm."
"Nduk mau ikut ibu sama budhe nggak?" Tanya Ibu.
"Kemana bu?
"Pasar, mau belanja buat sarapan." Jawab ibu.
"Ikut." Pintaku.
"Cepetan cuci muka terus ganti baju, ibu tunggu diluar." Perintah ibu.
"Siap kanjeng ibu."
Aruni pun pergi ke pasar bersama dengan ibu dan budhe Ratih, mereka memilih jalan kaki dan nanti pulangnya naik becak. Bukan karena hemat, tetapi hanya ingin menikmati suasana pagi hari didesa yang masih begitu asri dan sejuk. Sangat menyenangkan.
"Permisi bapak, ibu. Mau ke sawah ya?"
Sapa budhe pada segerombol bapak-bapak dan ibu-ibu yang berjalan kaki dengan membawa peralatan ke sawah.
"Iya nyi, mau kemana?" Tanya salah satu ibu
"Mau ke pasar bu, beli sayur buat masak." Jawab budhe.
"Oh begitu, ini cucunya simbah Gentari yang di kota ya?" Tanya salah satu warga desa
"Enggih bu, kulo Aruni." Aku tersenyum dan langsung menyalami satu-satu orang yang ada disana.
"Ealah cantik sekali cucu simbah Gentari ini." Puji ibu-ibu kepadaku.
*
*
Dirumah hanya ada Simbah dan ayah, saat Anin sepupu Aruni tiba dari rumah temannya.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam ,Anin darimana kamu." Tanya ayah pada Anin.
"Eh pakde, lakde sampai disini kapan? Anin baru pulang nginep dirumah temen pakde." Jawab Anin sambil menyalami ayah Aruni.
"Tadi malam sekitar jam 9."
"Ohhhh, Aruni sama budhe mana pakde?"
"Ke pasar sama ibumu, kalo simbah ada didalam."
"Ya sudah kalau begitu, Anin ke kamar dulu ya pakde mau bersih-bersih."
"Iya nduk."
Anin pun pergi ke kamar dan membersihkan dirinya, disana ia melihat barang-barang Aruni yang masih belum dibereskan.
"Huh kebiasaannya Runi, yowes lah nanti saja bareng-bareng dibereskannya."
Anin keluar kamar dan pergi ke kamar simbah putri nya, ia mengetok pintu.
Tok tok tok
"Simbah."
"Eh kamu nduk, sini masuk "
Anin pun masuk ke kamar yang masih sangat kental dengan kamar Keraton Jawa tersebut.
"Udah pulang kamu nduk? udah ketemu sama pakde mu?" Tanya aimbah.
"Sudah smbah, tadi pakde lagi di teras depan waktu Anin pulang." Jawab Anin.
"Ohh iya, ibu sama budhe mu lagi kepasar bareng Aruni."
"Nggih mbah, tadi pakde sudah bilang."
"Nduk, simbah njaluk tulung kamu pergi ke rumahnya eyang Gitarja ya, suruh kesini bilang Simbah mau ketemu sama dia."
"Memangnya ada apa Mbah?"
"Aruni, semenjak dia datang kesini dia bisa melihat makhluk-makhluk yang orang biasa ndak bisa lihat."
"Hah kok bisa Mbah?"
"Ya simbah juga nggak tahu makanya simbah nyuruh kamu pergi ke rumahnya eyang."
"Nggih mbah, ya sudah Anin pamit Asalamualaikum."
"Waalaikumsalam, hati-hati ya nduk."
"Nggih mbah."
Anin pergi ke kamar mengambil tas slempang dan kunci motor, saat didepan rumah ia pamit kepada pakde Sena.
"Pakde, Anin mau pamit ke rumah eyang Gitarja sebentar, mau jemput eyang katanya disuruh kesini sama simbah."
"Ohhh iya nduk, hati-hati ya salam buat eyang putri dari pakde."
"Nggih pakde, Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Eyang Gitarja adalah sahabat dan sudah dianggap seperti keluarga sendiri oleh simbah, selain ia adalah sesepuh desa ini eyang memang dikenal pintar untuk urusan-urusan yang berbau dengan hal mistis.
Dirumah simbah Aruni, ibu, dan budhe baru saja pulang dari pasar dengan naik becak, ada dua becak disana karena belanjaan ibu dan budhe banyak.
"Ayah bantuin turunin belanjaan ini loh." Pinta ibu pada ayah yang diam saja melihat kepulangan mereka.
"Iya-iya baru juga mau ayah tolongin."
"Halah alesan."
Simbah keluar dari dalam rumah dan duduk di kursi depan teras.
"Pesenan simbah nggak lupa kan?" Tanya Simbah pada budhe.
"Enggih bu, sampun beres pokoke."
Setelah semua belanjaan sudah habis dan dibawa masuk kedalam, budhe membayar kedua becak tersebut lalu masuk kedalam rumah mengambil piring dan mengeluarkan sesuatu dari bungkusan hitam itu. Katanya sih pesenan simbah, ya cucur itu adalah makanan kesukaan aimbah.
"Nduk Runi, kasih ke Simbah putri didepan ya."
"Oh nggih budhe."
"Simbah, ini pesenannya." Sambil meletakkan sepiring cucur dimeja dan tak lupa dengan teh manis.
"Makasih ya nduk, oh iya Anin tadi udah pulang."
"Iya kah mbah? dimana Anin sekarang?"
"Lagi pergi kerumah Eyang Gitarja, simbah yang suruh palingan sebentar lagi pulang."
"Huhu Runi nggak sabar ketemu Anin."
"Sabar, sebentar lagi paling pulang."
"Hehe,iya simbah."
Sepuluh menit berlalu saat obrolan ringan aku dan Simbah, sebuah motor matic masuk ke gerbang rumah.
Tin tin tin..
Sangat bising sekali bunyinya, ya tak lain itu adalah Anin sepupu yang sangat ia rindukan.
"Aninnnnnnnn." Aruni berlari ke arah Anin yang sudah turun dari motornya dan keduanya pun larut dalam pelukan hangat.
"Runiiiii ahhh kangen banget loh."
"Aku jugaaaaa."
"Tuh liat, kalo mereka berdua sudah ketemu ya gitu lupa segalanya." Cibir ibu yang melihat tingkah laku dua gadis tersebut.
"Ibu apaansi, kan aku sama Anin sudah setahun nggak ketemu."
"Iya-iya terserah kamu." Ibu pun masuk kedalam rumah.
"Kamu tadi dari rumah eyang?" Tanyaku pada Anin.
"Heem, simbah nanti eyang akan kesini tapi katanya sedikit siang soalnya eyang ada urusan didesa sebelah."
"Oh begitu, ya sudah nggak papa. Simbah tinggal kedalam ya."
"Enggih mbah." Jawab keduanya kompak.
"Akhirnya kamu bakal tinggal disini juga Runi, aku jadi ada temennya deh."
"Iya dong, masa ibu sama ayah pindah aku nggak ikut pindah ,ya lucu"
"Haha, maaf ya tadi malam aku nginep dirumah temanku jadinya ndak ketemu kamu."
"Halah santai nggak papa,toh sekarang juga udah ketemu kan."
"Iyasih hehe, eh tadi simbah cerita kamu katanya lihat makhluk ya." Selidik Anin.
"Heem, aku ngerasa ndak nyaman waktu masuk gapura desa ini nin ,ndak tau kenapa rasanya kaya banyak banget yang lagi ngintai mobil aku padahal kan tadi malam sepi pakek banget."
"Terus gimana ceritanya kamu liat mereka."
"Dua kali aku dilihatin sama mereka nin, yang pertama pas masih dimobil, aku liat poci nempel dikaca tengah mobil sambil senyum kaya gitu ihhhh serem banget. Yang kedua dikamar mandi pas semalem aku lagi cuci muka, nggak jelas apa si bentuknya cuma banyangan hitam sambil ketawa, dan ketawanya itu mirip banget sama kuntilanak."
"Aduh kok serem sih, dan kamu juga kenapa jadi bisa ngeliat mereka? kamu kan bukan anak indigo dan kalau semua itu cuma kebetulan, ndak mungkin sampai dua kali iya kan?"
"Aku juga mikir kaya gitu, kata simbah nunggu eyang Gitarja aja biar jelas gimana nya."
"Yowes nggak papa kamu ndak usah takut, nanti siang eyang bakalan kesini. Kita kedalem aja yuk beresin barang-barang sama baju-baju kamu ke lemari, belum ditata kan?"
"Hehe tau aja kamu itu, tapi bantuin aku ya."
"Heem, tanpa diminta juga aku pasti mau bantuin kok " Unar Anin sambil berdiri.
"Aaaaaaa makasiii Anin, sepupu tercinta akuuuuuu." Sambil memeluk erat Anin.
"Aruni mode alay on."
"Kamu itu kalo dipeluk orang cantik harusnya bilang terimakasih."
"Huek huek aku Run." Anin pergi kedalam rumah meninggalkan Aruni sendiri diteras.
"Aninnnnnnnnn tungguuuuuuuuuuuuuuu." Aruni berlari mengejar Anin yang sudah dulu masuk kekamar mereka.
🍂
🍂
🍂
Stay tune readers!!💗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
putryzka
siap kak makasi ya
2022-03-08
4
Mamahnya Anindira Azkia
thor bahsa nya pake indonesia ajh aku gak ngerti jawa d perbaiki ya thor
2022-03-08
4