Tiba tiba saja sebuah mobil Lamborghini mewah berhenti tepat di depan sebuah halte bus dengan seorang wanita di dalamnya, wanita itu langsung menoleh saat tiba tiba saja mobil itu berhenti tepat di depannya, dan yang membuatnya lebih kaget lagi adalah pengemudi dari mobil itu, ya dia adalah seorang anak laki laki yang pernah bertemu dengannya tadi di sekolah, lebih tepatnya anak itu adalah muridnya, kalau tidak salah, Kaesang namanya. lelaki itu baru keluar dari mobilnya dan langsung menghampiri gurunya itu.
"Siang Bu, lagi nungguin siapa?" tanya lelaki itu pada guru di hadapannya sembari memasang muka datar.
"Eh kamu, iya saya lagi nungguin bis ini, mau pulang, tapi gak tau kenapa Kok bis nya belum datang datang. dan kamu sendiri, ngapain kesini?" tanya balik ibu guru itu, dan saat mendengar jawabannya, hati Kaesang menjadi tergerak, dia ingin sekali mengantarkan gurunya itu untuk pulang ke rumahnya, akan tetapi bagaimana jika gurunya itu menolak tawarannya.
"Gak papa, tadi saya mau pulang, eh gak sengaja lihat ibu di sini, sendirian lagi, jadi saya mampir bentar deh, hmm, Bu, kalau ibu mau, saya bisa kok anterin ibu pulang, daripada harus nunggu disini, ya kalau bis nya cepat datang, kalau lama gimana, bisa bisa sampai malam nanti ibu disini. gimana Bu, ibu mau, sama sekali gak ngrepotin kok, tapi kalau ibu gak mau ya gak papa nanti saya bisa pesanin taksi buat ibu," tawar lelaki itu sembari mensejajarkan diri di samping gurunya itu.
"Hmm, gimana ya, Kaesang, mending gak usah deh, ibu masih bisa pulang sendiri kok, dan lagipula ibu juga gak mau ngrepotin kamu, ya walaupun kamu udah bilang gak ngrepotin, tapi ibu tetap gak enak sama kamu, tapi terima kasih ya atas tawarannya, ibu sangat menghargai itu. mending kamu pulang aja sekarang, nanti dicariin lho sama orang tua kamu." ucap ibu guru itu sembari menolaknya secara halus tawaran dari lelaki muda di sampingnya.
"hmm, Bu, bukannya gimana, tapi saya itu cuma khawatir saja sama ibu, kan ibu itu wanita, takutnya ada apa apa." timpal lelaki muda itu. tetapi kemudian ia pun langsung memikirkan semua yang dikatakannya barusan, rentetan pertanyaan langsung muncul di pikirannya, mengapa ia jadi perduli pada wanita seperti ini?, mengapa wajah gurunya itu tiba tiba saja muncul dibenaknya?, mengapa ia terus memikirkan ibu guru itu, padahal baru pertama kali ini ia bertemu dengannya. terus mengapa ia jadi begitu khawatir seperti ini, mengapa?, apa yang salah pada dirinya?
"Hmm, namamu Kaesang kan?, ibu baru ingat, kamu adalah salah satu murid saya yang saya ajar tadi pagi kan?, Terima kasih banyak ya, saya gak nyangka, ternyata kamu adalah orang yang baik, tetapi saya ini benar benar gak mau ngrepotin kamu, saya benar benar gak enak sama kamu, udah mending kamu pulang aja sekarang, gak papa kok saya di sini sendirian, bentar lagi pasti bis nya bakalan lewat juga. udah jangan pikirin saya, kamu pulang aja gih," ucap ibu guru itu sembari tersenyum dan menghadap ke arah lelaki muda di sampingnya, lalu memegang pundaknya lembut.
baru saja ia berkata demikian, sebuah bis besar dengan tujuan Kotabaru-Cikampek tiba tiba saja melintas dan berhenti satu meter di depan halte itu, dan tentu saja membuat mereka berdua sama sama menengok.
"Tuh kan lewat, ya sudah ibu pulang dulu ya, terima kasih atas tawarannya, dan hati hati di jalan." ucap ibu guru itu sembari tersenyum manis pada lelaki di hadapannya, kemudian berlalu pergi menuju ke sebuah bis besar yang posisinya satu meter di depannya.
"Hmm, sama sama Bu, hati hati juga, semoga ibu selalu baik baik saja ya, saya gak tau apa yang saya katakan, tapi saya tidak mau melihat ibu terluka, mungkin itu yang dapat saya katakan. huh, kenapa sih dengan kepala gua, kenapa gua jadi kayak gini sekarang, dan ibu guru itu, kenapa gua jadi perduli banget sama dia, bukan urusan gua dong dia mau pulang sama siapa, dan naik apa, kenapa gua jadi kayak gini?! , argh taulah, terserah, gua gak perduli." ucapnya campur aduk, dari dia perduli dan baik pada ibu guru itu hingga sifat aslinya yang tiba tiba kembali, membuat hati dan pikirannya bingung, sebenarnya dia itu orang yang seperti apa sih?.
dengan pikiran bingung akan diri sendiri, Kaesang, lelaki itu tengah mengemudikan mobil Lamborghini mewahnya dengan kecepatan tinggi menuju ke arah rumahnya. saking lihainya ia dalam mengemudi beberapa mobil telah berhasil disalib nya, ya walaupun rentetan pertanyaan tadi masih terngiang di pikirannya. ia mencoba untuk membuang semua pikiran itu, dan menepisnya jauh jauh, lalu berfokus kembali pada kemudi setirnya. ia tak mau lagi memikirkan apapun yang tidak ingin ia pikirkan, dan mencoba untuk membuang bayang bayang gurunya itu dari pikirannya.
************
(Ilustrasi kamar milik Kaesang; )
sebuah kamar bercat hitam pekat, dengan seluruh furniture nya yang juga warna hitam, lelaki itu, Kaesang, tengah duduk di atas ranjangnya, sembari menyender pada kepala ranjang. begitu gelap, dan hanya diterangi oleh sebuah lampu kecil yang di letakkan di atas nakas di samping ranjangnya. lelaki itu tengah berbalut pakaian serba putih, dengan selimut yang menutupi kakinya. ia menatap kosong ke depan, serta tak memikirkan apa apa, semuanya hampa, dan juga kosong. mungkin selalu sendirian sudah menjadi hal yang biasa bagi seorang Kaesang. kedua orang tuanya telah bercerai sejak umurnya masih 11 tahun, dan itu tentu saja membuatnya, seorang anak yang tidak berdosa harus menanggung akibatnya, ia begitu hancur saat mengetahui bahwa kedua orang tuanya akan berpisah, dan hak asuh atas dirinya jatuh pada papanya, ia begitu polos pada saat itu, dan tak tau maksud dari sebuah perceraian, tapi setelah ia tau arti dari sebuah perceraian, ia ingin agar kehidupannya yang dulu, yang dipenuhi dengan kebahagiaan, dan juga masih lengkap bisa kembali. harapan itu masih saja ia pegang sampai sekarang, ya walaupun ia tau itu pasti mustahil, karena sampai sekarang ia tak tau keadaan mamanya seperti apa, terakhir kali dia berhubungan dengan mamanya itu sekitar dua bulan yang lalu, dan kini ia tak tau lagi bagaimana keadaan dari mamanya itu, apakah ia baik baik saja atau tidak, dia sama sekali tidak tau, dan tidak perduli juga, toh mamanya juga tak pernah menemuinya lagi setelah enam tahun yang lalu, dan hanya mengiriminya uang sebulan sekali, itu pun kadang kadang, akan tetapi bukan itu yang anak lelaki itu inginkan, bukan harta, tahta, atau pun kekayaan, melainkan kebahagiaan serta keluarga nya yang dulu dapat kembali, hanya itulah yang lelaki itu inginkan sebenarnya, tapi apakah itu terlalu sulit tuk didapatkan, mengapa mereka tega padanya seperti ini, apa salahnya, mengapa mereka tega meninggalkannya sendirian?.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 220 Episodes
Comments