Hening, begitu hening, hingga suara nafas pun dapat terdengar, inilah suasana perpus Genius High school saat ini, sekolah tempat Kaesang belajar. tidak ada yang berani mengucap sepatah katapun disini, jika tidak ingin dikenai sanksi. ya inilah salah satu peraturan ketat yang diterapkan oleh sekolah ini, dan ini berlaku bagi semua orang, tanpa terkecuali. mungkin bagi sebagian anak, diterima sekolah di SMA ini adalah sebuah anugerah, tapi tidak bagi Kaesang, ia sama sekali tidak senang bersekolah disana, bahkan sangat sangat malas, akan tetapi ia terpaksa melakukan itu agar perlahan kenangan kenangan buruk dimasa lalunya dapat terlupakan.
seorang wanita cantik terlihat tengah memasuki ruangan perpus ini dengan tas di bahunya. ia sibuk mencari cari buku yang hendak dibacanya. saat sudah ketemu yang dicari, wanita itupun berangsur lega, dan hendak mengambilnya, akan tetapi letak dari buku yang diinginkannya itu sangatlah tinggi, hingga ia harus berjinjit untuk dapat meraihnya, akan tetapi walaupun ia berjinjit, ia tetap tak dapat meraihnya. lalu tiba tiba saja ada sebuah tangan yang membantunya untuk meraih buku itu, dan saat wanita itu berbalik, ternyata orang yang membantunya itu adalah...
"Ini Bu, buku yang ibu inginkan," ucap seorang anak laki laki dihadapannya sembari menyerahkan buku yang diinginkan oleh guru itu padanya.
"Wah makasih ya sudah diambilkan." jawab ibu guru itu tersenyum ramah, sembari menerima buku tebal itu dari tangan anak lelaki di hadapannya.
"Sama sama Bu, kalau begitu saya permisi dulu." jawab lelaki itu sembari beranjak pergi, akan tetapi langkahnya terhenti saat ia dipanggil oleh ibu guru tadi.
"Tunggu..." panggil ibu guru itu pada anak lelaki itu, sembari menghampirinya.
"Ada apa lagi ya Bu?" tanyanya sembari membalikkan badannya menghadap kearah ibu guru itu.
"Hmm, boleh gak ibu baca buku semeja sama kamu, sebagai tanda terima kasih karena kamu sudah tolongin ibu tadi buat ambilin buku, gimana, kamu mau atau tidak, gak enak baca sendirian," tawar ibu guru itu pada anak lelaki di hadapannya.
"Hmm sebenarnya saya mau sendirian sih Bu, tapi kalau ibu mau semeja sama saya, ya boleh boleh aja sih, mari Bu," ajak lelaki itu pada ibu guru dihadapannya. kemudian iapun beranjak pergi menuju kesalah satu meja baca yang letaknya paling pojok, dan diikuti oleh ibu guru itu disampingnya.
"Mari Bu, silakan." ucap lelaki itu sembari mempersilahkan ibu guru itu untuk duduk dibangku yang telah disediakan. kemudian duduklah ibu guru itu, dan diikuti oleh lelaki itu dihadapannya. kini mereka berdua duduk berhadapan, dan sesekali mereka juga bersitatap mata, yang membuat keadaan diantara keduanya sedikit canggung. hening, sepi, itulah yang terlihat saat ini, tak ada satupun obrolan yang terucap dari bibir mereka, keduanya sibuk pada buku mereka masing-masing. lalu tanpa sengaja lelaki itupun bertatap mata dengan ibu guru itu, dan sontak membuat mereka malu, dan langsung berkutat pada buku mereka masing-masing. akan tetapi diam diam Kaesang justru kembali menatap wajah ibu guru itu, dan berhasil membuatnya tersenyum untuk pertama kalinya setelah sekian lamanya tak ada senyuman yang terulas dibibirnya.
"Cantik." satu kata yang berhasil membuat ibu guru itu langsung menatap kearahnya.
"Kamu tadi bilang apa?" tanya ibu guru itu memastikan.
"Eh enggak kok Bu, bukan apa apa, mungkin ibu cuma salah dengar." jawab lelaki itu asal sembari tetap pada wajah dinginnya.
"Oh ya sudah kalau begitu, kirain apa, tadi saya kayak dengar sesuatu gitu, kirain kamu ngomong sesuatu, hmm maaf ya, sudah ganggu kamu baca."
"Gak papa Bu." jawabnya singkat tanpa menoleh sedikitpun dan tetap fokus pada buku di tangannya.
"Oh iya namamu siapa?" tanya ibu guru itu pada anak lelaki di depannya.
"Hmm, saya---" belum sempat menjawab, bel masuk sudah berbunyi duluan, dan berhasil membuat obrolan canggung mereka terhenti.
Teng...teng...teng...
"Eh, sudah bel, hmm Bu, saya masuk duluan ya, habis ini ada ujian Matematika, nanti takut telat, permisi Bu," ucap lelaki itu beranjak berdiri dari bangkunya, sembari memegang buku ditangannya, yang akan ia kembalikan pada tempatnya, kemudian pergi ke luar ruangan, dan meninggalkan ibu guru itu sendirian di sana.
*******************
sudah hampir 6 jam berlalu, dan bel pulang pun sudah berkumandang. kini Kaesang, lelaki itu tengah berjalan hendak menuju ke parkiran sembari menggendong ransel di punggungnya. lalu tiba tiba langkahnya terhenti, karena mendengar namanya dipanggil oleh seseorang dari arah belakang.
"Kaesang, tunggu..." panggil seorang perempuan cantik berambut lurus sebahu sembari sedikit berlari menghampiri lelaki itu.
"Kenapa?" tanya lelaki itu sembari membalikkan badannya, dan menghadap perempuan itu.
"Hmm, gini, aku kan hari ini gak dijemput, dan gak bawa uang juga, gimana kalau aku bareng sama kamu aja, boleh gak, kan rumah kita searah," pinta perempuan itu sembari memasang wajah memelas.
"Kenapa gak bareng sama pacarmu aja sih, atau temen temenmu gitu, kenapa harus aku?" tanya balik lelaki itu sembari mendengus kesal.
"Aku gak punya pacar, dan temen temenku udah pada pulang semua, please, ayolah Kaesang, sekali ini aja ya, kumohon, emang kamu tega, biarin gadis cantik gini pulang sendirian, kepanasan, ayolah, please, anterin ya," ucap gadis itu memohon, akan tetapi Kaesang justru semakin kesal dengan tingkahnya, dan teringin sekali dirinya untuk beranjak dari sana sesegera mungkin.
"Gak, pulang sendiri aja sana." jawab lelaki itu sembari berlalu pergi meninggalkan perempuan itu sendirian disana.
***********
"Argh, gagal lagi gagal lagi, kenapa sih tuh cowok hatinya dingin banget, cuek lagi, untung ganteng, kalau gak udah gua timpuk tuh pake sendal, huh dasar, hmm.. pokoknya gua harus dapetin tuh cowok bagaimanapun caranya, dia harus jadi milik gue." ucapnya sendiri, kemudian iapun langsung menyunggingkan bibirnya sembari menatap punggung lelaki itu yang sudah mulai menjauh.
*************
sembari memutar lagu pop kesukaannya dari layar handphone, lelaki itu tengah mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju kearah rumahnya, dan entah mengapa, saat ini wajah ibu guru tadi tiba tiba saja terlintas di benaknya, dan terbesit dipikirannya, 'pulang dengan siapa ya ibu guru itu nanti?', akan tetapi ia mencoba untuk menepis pikiran itu, dan fokus pada tujuannya yaitu untuk pulang kerumahnya. lalu ditengah perjalanan, tak sengaja ia melihat ibu guru itu tengah berdiri di sebuah halte bus sendirian, sembari memainkan ponsel di tangannya.
"Lagi nunggu seseorang ya?" pikirnya dalam hati sembari menatap kearah ibu guru itu.
lalu karena penasaran, lelaki itupun segera meminggirkan mobilnya, dan melihat dari kejauhan, siapa kira kira yang sedang ditunggu oleh gurunya itu. dalam pikirannya, ia berpikir, kenapa ia bisa seperti ini pada seseorang, apalagi itu guru, sebelum sebelumnya ia tak pernah seperti ini, lalu mengapa ia bisa sampai sekepo ini pada seseorang, apa yang terjadi pada dirinya saat ini, pikiran itu mulai muncul dibenaknya, dan ingin sekali ia untuk tak perduli dan pergi, akan tetapi entah apa yang merasukinya saat ini, hingga ia enggan untuk beranjak dari sana, dan terbesit di pikirannya untuk mengantarkan ibu guru itu pulang, ya walaupun rasa gengsi tetap kuat, akan tetapi rasa inginnya jauh lebih menguasai. lalu ia pun menyalakan mobilnya lagi, dan melajukan mobilnya menuju ke tempat ibu guru itu, dan hendak menawarinya untuk mengantarkannya pulang.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 220 Episodes
Comments