Memilih terdiam karena Kanaya enggan ribut di suasana Pesta Relasi itu, merasa direndahkan oleh suaminya sendiri membuat Kanaya menggigit bibir bagian dalamnya. Menyalurkan emosinya dan rasa sakit dengan menundukkan kepalanya. Dalam menunduk Kanaya berucap di dalam hati.
Setidaknya ada seseorang yang menyelamatkanku dari sini. Seseorang yang membuatku tidak sendirian dan merasa asing di tempat ini. Sungguh, ini bukan tempatku.
Sayangnya, perlahan Sandra justru berjalan ke arahnya dan menatap penampilan Kanaya dari atas hingga ke bawah. Sorot mata yang memindai dan syarat akan ejekan.
“Sungguh kampungan! Tidak berkelas!” ucapnya dengan menyunggingkan sedikit senyuman yang tentunya ucapan sarkasme yang menghancurkan Kanaya.
“Memang benar apa yang dikatakan Darren, tidak seharusnya seekor Kalkun berada di pesta ini. Tempat ini tidak cocok untukmu.” ucap Sandra dengan penuh penekanan.
Kanaya mengepalkan satu tangannya dan berusaha menahan emosinya sebisa mungkin. Dia cukup diam, jangan sampai memancing keributan yang justru akan merusak reputasi keluarga Mertuanya.
Darren pun menyusul keberadaan Sandra. “Kamu di sini, Babe?” ucapnya sembari mendaratkan satu tangannya di pinggang ramping milih Sandra.
Wanita itu mengangguk dan tersenyum manis kepada Darren. “Aku hanya ingin menyapanya Sayang, bagaimana pun dia Istrimu bukan?”
Darren tersenyum dan menyeringai. “Istri di atas kertas yang benar … tolong tambahkan itu supaya dia sadar dengan posisinya. Hanya di atas kertas.” ucap Darren dengan melirik Kanaya yang berdiri di sebelahnya.
Sandra pun tertawa dan membawa kedua tangannya bersidekap di depan dada. “Dengar ya Turkey (Kalkun), hanya di atas kertas. Hubunganmu dengan dia tidak ada pengaruhnya sama sekali.” ucap Sandra.
Kanaya tersenyum menatap Sandra. “Ya, aku tahu … walau cuma di atas kertas, secara hukum negara hubungan inilah yang lebih kuat ikatannya. Euhm, dan ya … cukup banyak pasal-pasal di sana untuk menjerat seorang suami yang berzina dengan wanita lain. Tindakan pidana dengan ancaman hukuman minimal 9 bulan keliatannya cukup sih untuk menjerat mereka pelaku zinah.” ucap Kanaya kemudian dia memilih pergi daripada harus terus-menerus meladeni pasangan gila tak bermoral yang berada di hadapannya.
Dengan hati gemuruh, Kanaya melangkahkan kakinya mencoba berpindah ke tempat yang lebih sepi. Matanya semakin perih tak sanggup menahan lagi air matanya. Sayangnya, di keramaian seperti ini tidak mungkin dia akan menangis dan terisak. Orang-orang justru akan semakin menertawakannya.
Hari sudah semakin malam, dan rasanya Kanaya ingin pulang terlebih dahulu. Dia sadar benar dan pesta ini dan semua yang tersuguh di sini bukan tempatnya. Kanaya merasa tidak nyaman berada di tempat itu, karena itu dia berusaha berjalan untuk keluar dari tempat pesta itu.
Sayangnya, baru beberapa langkah dia berjalan, terdengar suara yang beberapa hari yang lalu cukup familiar di indera pendengarannya memanggil namanya.
“Nay ….”
Kedua langkah kaki Kanaya pun terhenti, dan dia menoleh mencari sumber suara. Matanya mengedar mencari-cari siapa yang telah memanggil namanya. Hingga dari balik kerumunan orang-orang yang asyik berdiri dan berbincang-bincang, berjalanlah seorang pria dengan mengenakan setelah jas berwarna hitam, sepatu pantofel berwarna hitam mengkilat menambah penampilannya hingga kian sempurna.
“Dokter Bisma ….” ucap Kanaya dengan lirih. Sungguh dia tidak menyangka akan kembali dengan Dokter Bisma di Pesta Relasi ini.
Kedua mata Kanaya membola seketika, melihat pria tampan yang kini berdiri di hadapannya. Penampilannya dengan jas sangat berbeda ketika mereka saling bertemu di Rumah Sakit beberapa hari yang lalu.
“Hai Nay, bagaimana bisa kamu berada di sini?” tanya Dokter Bisma sembari mengulurkan tangannya hendak bersalaman dengan Kanaya.
Perlahan satu tangan Kanaya terulur juga dan menyambut jabatan tangan dari Dokter sekaligus teman SMA nya dulu. “Hai juga Dokter … bagaimana bisa Dokter berada di sini?” tanya Kanaya dengan tidak yakin.
Sebab menurutnya hanya staff dan mitra bisnis dari Jaya Corp yang hadir, sementara Bisma adalah seorang Dokter. Sehingga bagaimana mungkin kawan SMA nya ini bisa menghadiri Pesta Relasi ini.
Dokter Bisma mengedikkan bahunya dan tersenyum kepada Kanaya. “Aku menggantikan Papaku untuk menghadiri pesta ini, Nay ….” jawabnya perlahan dengan satu tangan yang dia taruh di atas standing table yang berada di depannya.
“Ah … jadi karena menggantikan Papa kamu ya. Kupikir, Dokter juga mitra bisnis Jaya Corp saja.” ucap Kanaya sembari tersenyum.
“Lalu, bagaimana kamu bisa berada di sini Nay?” tanya Dokter Bisma.
Seolah tercekat, tetapi Kanaya sungguh tidak ingin dunia tahu bahwa dia adalah menantu pemilik Jaya Corp, baginya berdiri sebagai menantu dari pengusaha kaya raya dan terkenal di Ibukota bukan sebuah prestige. Ditambah dengan keadaan dirinya yang seperti ini, orang-orang pun tidak akan percaya bahwa dia adalah menantu dari pengusaha Biliyuner di Indonesia itu.
“Oh itu … aku hanya mengantar temanku saja, dan sekarang aku akan pulang.” ucap Kanaya dengan meneguk salivanya sendiri. Sungguh sekarang dia sudah membohongi temannya itu.
Dokter Bisma mengangguk kemudian memperhatikan Kanaya, terlihat rasa tidak nyaman dan tidak percaya diri dari raut wajah Kanaya. Bahkan beberapa kali Kanaya menghela napasnya dan bola matanya terus beredar ke segela arah yang menandakan dia tidak nyaman berada di tempat ini.
“Mau ikut aku, Nay?” tawar Dokter Bisma.
“Kemana?” jawab Kanaya dengan cepat.
Tidak menjawab, Dokter Bisma justru meraih satu tangan Kanaya dan membawakan pergi dari pesta relasi itu. Memandu jalan dan menuntun Kanaya melewati berbagai tamu undangan yang masih menikmati suasana pesta di malam itu.
Perlahan namun pasti, Bisma justru membawa Kanaya memasuki sebuah lift, dengan segera dia menekan tombol R yang berarti Rooftop.
“Kenapa kita ke Rooftop, Dokter?” tanya Kanaya yang bingung dengan temannya yang justru membawanya menuju Rooftop.
Padahal Rooftop Jaya Corp berada di lantai 24, itu berarti sangat tinggi. Sementara hari sudah malam dan Kanaya tidak tahu apa yang akan dia lakukan bersama temannya di atas ketinggian itu.
Bisma tersenyum, ketika berhasil menjejakkan kakinya di atas Rooftop. Nampak puncak bangunan raksasa Ibukota menjulang begitu tinggi, bersolek dengan warna-warni lampu yang indah, sementara di bawah kendaraan nampak meriap, dan senyum simpul rembulan menjadi pesona yang dapat dilihat sembari menengadah ke atas.
“Tempat di dalam sana membuatmu tidak nyaman, Nay … di sini kamu bisa bebas dan menghirup udara segar.” ucap Bisma dengan tenang.
Memang benar apa yang diucapkan Bisma bahwa pesta di dalam sana bukan tempatnya. Kanaya merasa tidak nyaman di sana, ditambah mata-mata yang mengintimidasi penampilannya membuat Kanaya ingin segera lari saja. Berada di tempat yang tinggi dan tidak ada yang menilai penampilannya membuat Kanaya merasa lebih nyaman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 295 Episodes
Comments
andi hastutty
mau lihat perubahan Kanaya
2023-07-28
0
Ariestha Malelak
lanjut thor..
2023-02-12
0
Bernadeth Meilan
rooftop
2023-02-10
0