Melupakan sejenak kemelut rumah tangganya bersama Darren yang seolah membuat Kanaya hidup di dalam lingkaran neraka. Keesokan harinya Kanaya memulai menjalankan upaya diet sehat.
Masih teringat dalam otak Kanaya, bahwa dia menderita obesitas dan 33 kilogram adalah jumlah yang sangat banyak untuk bisa dikurangi. Akan tetapi, Kanaya tidak ingin melakukan diet ekstrim, dia ingin menerapkan pola diet sehat. Tanpa sepengetahuan Darren, gadis itu bahwa telah membeli sebuah timbangan kalori di salah satu e-commerce untuk menghitung kandungan masing-masing kalori dari makanan yang dia konsumsi. Selain itu, Kanaya juga akan memulai mengurangi asupan garam dan gula, serta memperbanyak minum air putih yang akan memperlancar metabolisme dalam tubuhnya.
Hanya 1100 kalori yang boleh Kanaya konsumsi setiap harinya, tidak lebih. Maka dari itu, Kanaya benar-benar menimbang kalori dari setiap makanan yang dia konsumsi. Hari pertama melakukan diet sehat, rasanya perut Kanaya melilit perih dan terasa begitu lapar.
Hal itu wajar karena Kanaya biasanya memiliki porsi makan yang cukup banyak dan kini dia harus menghitung kandungan kalori dari makanannya. Hari pertama memulai agaknya Kanaya merasa begitu lemas.
“Kenapa hanya ingin cantik begitu menyakitkan seperti ini? Bahkan sekarang perutku terasa kelaparan. Minum air putih, justru perutku terasa kembung dan aku bolak-balik buang air kecil. Ya Tuhan, kenapa mau cantik harus sesakit ini. Ini baru hari pertama, belum setengah jalan, bahkan berat badanku berkurang 1 gram pun tidak, tetapi rasanya kenapa aku sudah selemas ini?” keluh Kanaya dalam hati sembari gadis itu mencoba menyusun bab demi bab novel berjudul “Ugly Woman” yang sedang dia tulis.
Suasana apartemen di siang hari yang begitu sepi memang menjadi waktu emas bagi Kanaya untuk bisa mengetik ribuan kata. Sayangnya, menjalani diet rupanya membuat fokus konsentrasinya terganggu. Mulai dari perutnya melilit dan kelaparan, badannya lemas seolah tak bertenaga, mengantuk, dan perutnya kembung karena kebanyakan minum air putih. Alhasil, waktu emas di siang hari, tidak dimanfaatkan sepenuhnya oleh Kanaya untuk mengejar jumlah kata.
Beberapa kali gadis itu nampak memegangi perutnya dengan satu tangannya. Bahkan saking begitu melilit rasanya, Kanaya hingga mendesis.
“Isshhs, kenapa sakit sekali. Aku seperti terjebak di Gurun Sahara, tidak ada oase dan tidak makanan di sana. Hari pertama ini sungguh berat sekali ya Tuhan. Hikz.” keluhnya lagi dan lagi.
Akan tetapi, sontak saja Kanaya mengingat perkataan Dokter Bisma bahwa menikmati proses dan kerja keras akan membuahkan hasil. Maka dari itu, Kanaya memilih kembali menenggak air putih untuk membasahi tenggorokannya dan berusaha mendapatkan kembali fokus untuk menulis. Jari jemarinya mulai bergerak dengan cukup lincah di atas papan ketik di laptopnya. Karenanya Kanaya menyemangati dirinya sendiri untuk bisa menjalankan diet sehat.
Menjelang sore saat jam pulang kerja Darren mulai tiba, Kanaya terlebih dahulu membawa masuk makan malamnya ke dalam kamar. Sungguh, dia tidak ingin lagi bertatap muka dengan pria yang hanya memberikan luka tak berdarah kepadanya. Alih-alih tersakiti dari ucapan yang tajam dan menyakitkan dari Darren, lebih baik Kanaya menghindarinya.
Akan tetapi, agaknya Dewi Fortuna lebih menghinggapi Kanaya. Menjelang petang, justru terdengar Darren mengetuk pintu kamarnya.
“Keluar Kalkun jelek ….” panggil pria itu sembari masih mengetuk pintu kamar tidur Kanaya.
Kalkun memang bukan namanya, tetapi jika Kanaya menilukan telinganya sudah pasti Darren akan menggedor pintu dan membuka paksa. Maka dari itu, Kanaya pun beranjak dari kursi kayu yang saat ini tidak duduki kemudian perlahan membukakan pintu.
“Kenapa? Bisa enggak sih memanggil orang dengan namanya, jadi orang kok gak sopan banget.” keluh Kanaya begitu dia telah membukakan pintu berwarna putih itu.
“Emang lo punya nama? Bukannya nama lo Kalkun?” tanya Darren dengan senyum menyeringai.
Nampak Kanaya mengepalkan satu tangannya, sungguh Darren adalah definisi dari pria yang tidak layak untuk dihargai. “Perkataan dari mulut dari seseorang itu mencerminkan orang tersebut, jadi mungkin selama ini gue cukup tahu kalau lo adalah orang yang tidak layak dihargai karena menghargai orang lain pun, kamu tidak bisa.” sarkasnya dengan lugas.
“Gue gak butuh penghargaan dari lo, lagian gue cuma mau ngomong. Minggu depan, lo ikut gue ke Pesta Relasi yang diadakan oleh Perusahaan. Ingat jangan malu-maluin selama di sana. Oh, iya … yang minta lo hadir bukan gue, tetapi Papa Jaya yang minta lo buat hadir.” ucap Darren yang hanya mengatakan bahwa Kanaya harus menghadiri Pesta Relasi.
Terlintas dalam benak Kanaya bahwa Pesta Relasi perusahaan biasanya akan dihadiri oleh para pegawai dan juga rekan bisnis, Kanaya menjadi ciut nyali rasanya. Di sana tidak akan ada yang dia kenali, dan untuk bersikap anggun dan elegan, jelas sama sekali bukan imagenya. Dengan ukuran tubuh jumbo dan tidak menarik, hanya menghadiri pesta itu saja sudah mampu membuat Kanaya menjadi olok-olokan di sana.
Ragu, bisakah jika Kanaya tidak menghadiri Pesta Relasi itu. Sungguh hatinya belum siap jika harus menjadi bahan cemoohan orang banyak.
Meneguk ludahnya sendiri, Kanaya bertanya kepada Darren. “Apa boleh jika aku tidak datang?” tanya Kanaya perlahan.
Kali ini rasa insecure nya kembali mendominasi dirinya. Rasanya Kanaya tidak ingin mata-mata tamu undangan menyorotnya tajam setajam silet yang siap memberinya sayatan dengan mata itu, juga cibiran-cibiran yang dilontarkan kepadanya sungguh membuat Kanaya hancur.
Darren justru menyeringai. “Kenapa, lo enggak percaya diri dengan diri lo sendiri? Kalau lo berniat tidak datang, itu justru kabar baik. Karena Kalkun jelek seperti lo memang lebih baik berada di dalam kandang. Pesta Relasi hanya diperuntukkan untuk manusia, bukan untuk seekor Kalkun.”
Lagi-lagi perkataan Darren begitu tajam dan teramat sangat melukai Kanaya, lagi-lagi sayatan tak berdarah melukai sisi hatinya, membuat gadis itu menahan air matanya sebisa mungkin supaya tidak jatuh. Terlebih saat mulut pria yang begitu tajam itu mengatakan bahwa Pesta Relasi hanya untuk manusia dan bukan untuk seekor Kalkun, hal itu sangat melukai Kanaya.
Percayalah, bahwa perkataan itu bisa melukai begitu tajam dan dalam. Apa yang kita ucapkan dan terasa remeh, tetapi bisa sangat melukai orang lain, menghancurkan harga dirinya, dan meruntuhkan kepercayaan diri yang selama ini dibangun oleh seseorang yang insecure seperti Kanaya. Kendati demikian, lagi dan lagi Kanaya menguatkan dirinya sendiri. Menghadiri Pesta Relasi akan menjadi tantangan tersendiri baginya.
Dengan cepat Kanaya menggelengkan kepala. “Enggak, gue akan datang. Gue kan manusia, bukan Kalkun. Lain kali, tolong dijaga bicaranya ya Tuan Darren Jaya Wardhana yang Terhormat. Mungkin saat ini Anda bisa menyakiti saya dengan ucapan Anda, sapa tahu di lain waktu, Anda sendiri yang mengiba dengan mulut Anda itu.” jawab Kanaya dengan cepat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 295 Episodes
Comments
Yus Warkop
bagus ceritanya lanjut
2023-12-18
0
andi hastutty
waow keren Kanaya
2023-07-28
1
Khuzaemah Ima
semakin seru
2023-07-04
1