Beberapa hari kemudian, Papa Jaya berniat mengajak Darren untuk berkunjung ke rumah Kanaya. Menurut Papa Jaya jauh lebih baik, apabila Darren dan Kanaya bertemu terlebih dahulu. Minimal bertemu satu kali ini sebelum pernikahan. Selain supaya mereka bisa mengenal terlebih dahulu dan tidak kaget jika harus langsung bertemu di pelaminan.
“Sepulang kerja, ikuti Papa ya ….” ucap Papa Jaya yang mendatangi kantor Darren.
“Kita mau kemana Pa?” tanya Darren dengan menghentikan sejenak aktivitasnya di depan meja kerjanya.
“Kita akan menemui Kanaya, minimal kalian bertemu dulu sekali. Setelah itu, kalian berdua bisa mengambil keputusan.” ucap Papa Jaya yang seolah tidak ingin adanya penolakan dari Darren.
Mendengar bahwa Papa Jaya akan mengajaknya untuk menemui Kanaya, tiba-tiba semangat Darren lenyap begitu saja. Dia ingin waktu berjalan lambat, sehingga tidak perlu menemui kalkun berukuran jumbo yang bernama Kanaya itu. Apakah Kanaya sepenting itu bagi Papa Jaya, hingga dia harus dijodohkan dengan gadis yang sama sekali tidak dikenalnya.
Darren mengacak rambutnya dengan kasar dan melepaskan pulpen yang semula berada di dalam genggamannya ke atas meja begitu saja.
“Aarghhh … lagipula kenapa Papa repot-repot menjodohkanku dengan Kalkun itu!” begitu frustasinya Darren harus menikahi gadis buruk rupa bernama Kanaya itu.
Waktu yang dinantikan pun tiba, Darren dan Papanya menuju salah satu perumahan di kawasan Ibukota guna menemui gadis bernama Kanaya. Darren kembali mengernyitkan keningnya karena perumahan yang mereka datangi bukanlah kawasan perumahan elit, melainkan perumahan yang sederhana dengan akses jalan yang tidak besar. Dalam benaknya, Darren berpikir bahwa Kanaya bukan gadis dari kalangan kelas atas.
Untuk apa Papa menjodohkanku dengan gadis yang berbeda kelas dariku?
Merepotkan saja!
Tidak perlu menunggu lama, mobil Mercedez Bens S-Class berwarna putih itu berhenti di sebuah rumah dua lantai dengan warna cat abu-abu. Perlahan dua pria itu turun dari mobilnya dan mulai memasuki rumah dengan warna cat abu-abu tersebut. Tanpa menunggu lama, tangan Papa Jaya segera terulur guna mengetuk pintu rumah tersebut.
“Permisi ….” ucapnya sembari mengetuk pintu.
“Ya ….” terdengar sahutan dari dalam rumah.
Ayah Harsa lah yang membukakan pintu bagi dua pria yang bertamu ke rumahnya itu. Melihat bahwa yang datang adalah Pak Jaya dan putranya, Ayah Harsa pun tersenyum dan mempersilakan keduanya untuk masuk. “Mari silakan masuk Pak Jaya ….” sapanya dengan ramah dan mempersilakan keduanya untuk duduk di ruang tamu.
Pak Jaya pun menganggukkan kepalanya dan duduk di kursi sofa yang berada di ruang tamu itu. “Selamat sore Pak Harsa … maaf kalau kami datang tiba-tiba. Tentu Pak Harsa sudah mengenal kami, saya Jaya. Beberapa tahun yang lalu, Kanaya ppernah menolong saya saat saya nyaris tertabrak sepeda motor, dan dia adalah putra saya satu-satunya namanya Darren. Saya datang ingin bertemu dengan Kanaya. Begini Pak, saya ingin menjodohkan Kanaya dengan Darren.” ucap Pak Jaya secara langsung.
Tentu Ayah Harsa sangat tahu dengan maksud kedatangan pengusaha terkenal Ibukota itu ke rumahnya. Namun, Ayah Harsa pun seketika ragu, karena beberapa hari sebelumnya Kanaya pernah menolak untuk menikah. Kanaya ingin hidup selibat. Memikirkan bagaimana respons Kanaya tiba-tiba saja Ayah Harsa batuk-batuk dan memegangi dadanya yang seketika terasa nyeri. Bahkan Ayah Harsa berteriak memanggil Naya dengan satu tangan yang memegangi dadanya.
“Nay … Naya … tolong Ayah, Nay.” ucap pria paruh baya itu.
Kanaya yang berada di lantai dua, tergopoh-gopoh turun dari kamarnya. Berat badan 89 kilogram yang membuatnya langkahnya terasa berat tidak memungkinkan bagi Kanaya untuk berlari cepat. Jika dalam bahaya, gajah bisa berlari dengan sangat cepat tetapi tidak untuk Kanaya. Tetap saja Kanaya bergerak lambat.
“Ayah … Ayah kenapa Yah?” ucap Kanaya dengan panik.
“Kanaya, ini Om Jaya … kami datang dan Ayah kamu tiba-tiba saja batuk-batuk dan memegangi dadanya. Ayo sebaiknya kita membawa Ayah kamu ke rumah sakit.” ucap Pak Jaya yang berusaha menapah Ayah Harsa dengan Darren.
Air mata Kanaya luruh seketika, Ayahnya semula sehat, tiba-tiba saja mejadi sakit seperti ini. “Yah, tolong bersabar Yah … sebentar lagi kita akan sampai di Rumah Sakit.” ucap Kanaya sembari memegangi tangan Ayahnya.
Beruntunglah suasana jalanan di Ibukota tidak macet sore itu, sehingga dengan cepat mereka telah tiba di Rumah Sakit. Dengan kekuasaan dan nama besar Jaya Wardhana, Ayah Harsa langsung menerima perawatan terbaik di Rumah Sakit Swasta itu. Sementara Kanaya menangis menunggu di luar ruang perawatan Ayahnya.
“Kanaya … Dokter pasti akan berusaha dengan maksimal.” ucap Papa Jaya semabri menepuk bahu Kanaya.
Sementara Kanaya masih menangis sesegukan dan berharap Ayahnya bisa selamat dan tidak ada penyakit serius. “Kenapa Ayah saya bisa tiba-tiba sakit Om?” tanyanya perlahan kepada Om Jaya.
“Sebelumnya Om Jaya minta maaf … kami datang ingin melamarmu, Nay. Om menyatakan maksud dan tujuan kedatangan kami untuk melamarmu supaya menikah dengan putra Om satu-satunya, Darren.” tangan Om Jaya terulur menunjuk pada Darren yang ikut berdiri di luar ruangan itu dengan acuh tak acuh.
“Menikahlah dengan Darren, Nay … Om yakin bahwa kamu adalah gadis yang baik. Gadis yang cocok bagi putra Om satu-satunya.” lagi ucap Om Jaya.
Sekilas Kanaya melirik pada Darren yang berdiri dengan jarak beberapa meter darinya. Jujur saja, Kanaya terpana melihat Darren yang begitu tampan dan menawan, sementara dirinya sangat tidak pantas bersanding dengan pria tampan seperti Darren. “Mana mungkin Kanaya bisa menikah dengan Darren, Om? Kami tidak saling kenal, lagipula Naya hanya ingin hidup berdua bersama Ayah.” ucap Naya dengan menahan isakan tangisnya.
“Om Jaya akan tinggal sebentar, kamu bisa berbicara dengan Darren. Walaupun waktu dan tempatnya tidak baik, tetapi jika memang memiliki niat yang baik tidak perlu ditunda-tunda.” ucap Papa Jaya yang kemudian meninggalkan keduanya begitu saja. Papa Jaya memberikan waktu kepada Kanaya dan Darren untuk berbicara satu sama lain.
Sepeninggal Papa Jaya, Darren perlahan mengikis jarak dengan Kanaya sehingga kini dia tidak terlalu jauh dari Kanaya. Pria itu membuang napasnya kasar sebelum berbicara dengan Kanaya.
“Jadi lo yang namanya Kanaya? Emang seberapa berjasanya sih lo sampai membuat Papa begitu ingin gue menikahi lo?” ucap Darren dengan senyuman Iblis di sudut bibirnya.
Seketika Kanaya bergidik ngeri melihat senyuman Darren, dalam hatinya Kanaya berpikir bahwa Darren adalah pria kejam yang akan menyakitinya. Wajah tampan dan penampilannya tidak berbanding lurus dengan sifatnya yang kejam.
“Menikahlah dengan gue, tetapi hanya pernikahan di atas kertas. Jangan coba-coba menempatkan diri sebagai Istri gue. Hanya dengan menikahi lo, gue akan mendapatkan semua harta kekayaan Papa. Mari kita menikah dan kemudian bercerai. Jika lo setuju, gue akan jamin seluruh biaya pengobatan Ayah lo.” ucap Darren dengan nada penuh ancaman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 295 Episodes
Comments
Kia Ambarita
nikah kok pake syarat
2023-10-26
0
Su Meri
kok ada orang nikah tapi pake syarat...
2023-09-19
0
andi hastutty
jangan mau Naya
2023-07-28
0