BIARKAN AKU BAHAGIA
Nurmala Azhara baru dua hari ini menjadi mahasiswi magang di Perusahaan Andromega yang memiliki banyak bidang usaha. Dia dan ketiga sahabatnya di terima di kantor utama lewat rekomendasi dosen yang juga ibu dari sahabatnya.
"Mala" panggil Tari, sekertaris bosnya yang sedang hamil muda tersebut.
Mala diminta Tari untuk jadi asistenya sejak awal dia diterima magang di perusahaan ini, karena kondisi Tari yang sangat mudah lelah sehingga dia membutuhkan asisten yang bisa meringankan pekerjaannya.
Dengan terpaksa Mala harus berpisah ruangan dengan ketiga sahabatnya yang di tempatkan dibagian administrasi. Awalnya dia ragu untuk menerima tawaran tersebut karena sekertaris bukanlah bidangnya, tapi Tari memohon dan meyakinkan Mala kalau gadis yang memiliki tinggi diatas rata-rata kaum wanita itu mampu dengan tugas yang akan diberikan olehnya.
"Ada apa Mbak?" tanya Mala pelan tidak seperti saat Tari memanggilnya.
Tari terkekeh, dia tahu Mala mengingatkannya untuk tidak membesarkan volume suara saat bicara.
"Sore pulang kantor temani Mbak kerumah sakit ya" Mala menyatukan alisnya menatap heran.
"Suami Mbak Tari ternyata tidak bisa pulang dari Kalimantan siang ini, dia meminta mbak memindahkan jadwalnya besok. Sementara besok dokter yang biasa Mbak kunjungi akan terbang ke Singapura" Tari menjelaskan pada Mala.
"Ya udah deh mbak, nanti Mala temani Mbak Tari. Jangan sedih gitu" jawab Mala sambil menggoda Tari.
Tari tersenyum lebar, tidak salah dia meminta Mala untuk jadi asistenya, gadis dihadapannya ini selain cantik juga baik bahkan sangat baik menurut Tari. Baru dua hari saja dia mengenal Mala, dia sudah merasa bertahun-tahun lamanya. Asistenya ini sangat ringan tangan dan supel, dia bahkan sudah berani bicara banyak tentang dirinya pada Mala yang hampir tidak pernah dia lakukan pada orang lain selain sahabat dan ibunya. Selain itu Mala juga dinilai Tari sangat cekatan menyelesaikan pekerjaannya.
"Mbak tapi aku sama Tias boleh? Aku biasa pulang sama dia soalnya"
"Boleh kalau Tiasnya mau" jawab Tari.
Keduanya kembali disibukkan dengan pekerjaan, banyak yang harus disiapkan oleh mereka. Setidaknya saat bos besar mereka pulang dari luar kota, semua berkas dan jadwal yang dibutuhkan oleh pria tampan yang dingin itu telah siap semua.
"Mbak memangnya kapan bos akan pulang?" tanya Mala yang sejak pertama kali magang belum pernah bertemu dengan pimpinan sekaligus anak pemilik perusahaan ini.
"Bilangnya sih besok, tapi bisa saja maju atau mundur" jawab Tari yang tangannya terus bermain di keyboard menekan hurup bergantian dengan cepat.
"Maju mundur cantik ya Mbak" Tari terkekeh mendengar candaan Mala.
"Akhh selesai juga" Tari memijat jemari tangannya.
"Ternyata kamu humoris juga ya La" Mala hanya tersenyum menanggapi ucapn Tari.
Karena mengantarkan Tari periksa kandungan membuat Mala terlambat pulang kerumah. Dia sudah mengabari bundanya dan memberi bukti jika dia benar-benar ke dokter kandungan bersama Tias untuk menemani Tari.
"Tias, makasih ya tumpangannya, maaf kamu jadi ikut terlambat" ucap Mala, saat dia akan turun dari kendaraan roda empat kesanyangan Tias. Kendaraan yang Tias dapatkan sebagai kado ulang tahun yang diberikan kakaknya.
"Apa perlu mengucapkan itu?" tanya Tias pada Mala yang membuat tawa mereka pecah.
Tias tidak butuh ucapan terima kasih dari Mala. Baginya Mala bukan hanya sahabat tapi sudah seperti saudara. Mereka berteman sejak SMP sampai sekarang, bukan waktu yang sebentar untuk saling mengenal satu sama lain.
"Sepertinya Lo ada tamu" Tias menunjuk kendaraan yang terparkir dihalaman rumah Mala.
"Iya bunda tadi sudah memberi kabar kalau akan ada tamu, ternyata mereka sudah tiba sebelum aku pulang" jawab Mala.
"Nggak mungkin tamu Lo juga kan, pasti tamu bunda atau tamunya mas Arfan" ucap Tias.
"Iya sih" jawab Mala sambil menyengir kuda.
"Ya udah gue pulang" pamit Tias.
Mala masuk kehalaman rumahnya setelah kendaraan milik Tias menghilang. Karena ada tamu Mala masuk ke rumah lewat garasi yang pintunya terhubung ke ruang makan. Saat kakinya melangkah hendak masuk kekamar, Bunda Sarah memanggilnya.
"Mala" panggil bunda Sarah.
"Iya Bun" jawab Mala.
"Kamu ikut Bunda, temui tamunya. Mereka mau bertemu sama kamu" ucap bunda Sarah membuat Mala heran.
"Tamunya siapa Bun?" tanya Mala.
"Sahabat ayah. Dia, istri dan putranya ingin bertemu kamu"
"Mala mandi dulu Bun" elak Mala agar bisa menghindari tamu tersebut.
"Tidak perlu. Ayo" Bunda Sarah menarik Mala untuk ikut keruang tamu bersamanya.
Sampai diruang tamu Mala terdiam, dia seperti pernah melihat pria tersebut, tapi dimana? Dia lupa.
"Ini Mala" Bunda Sarah memperkenalkan Mala pada tamunya.
Mala menyalami ketiga tamunya, ketika bersalaman dengan putra sahabat ayahnya, iris mata mereka bertemu dan Mala kembali mengenali sorot mata itu. Mala memilih duduk di sofa samping mas Arfannya yang juga ikut menemani tamu mereka. Kalau boleh memilih, dia ingin segera mandi dan tidur dari pada ikut duduk disini.
"Karena semua sudah hadir jadi saya langsung saja bicara tentang tujuan kami kemari" ucap pak Andro.
Entah mengapa Mala merasa sesuatu yang tidak menyenangkan akan terjadi pada dirinya. Dia kembali memperhatikan pria yang ada dihadapannya sambil mengingat pernah bertemu dimana.
"Aku ingat" ucap Mala dalam hati.
Dia bertemu pria ini kemarin di rumah makan milik omnya Ardi. Pria itu datang bersama seorang wanita yang bisa Mala pastikan kalau mereka adalah sepasang kekasih. Keduanya mengambil tempat duduk yang tidak jauh dari Mala dan tiga sahabatnya Tias, Zoya dan Ardi.
Saat itu Tias sedang menceritakan gosip tentang bos mereka yang katanya penyuka sejenis dan akhirnya ditinggalkan kekasihnya yang merasa di bohongi.
Ditengah keseruan mereka bercerita sambil menikmati makan siang, terdengar suara ribut dimeja sebelah dimana sepasang kekasih yang Mala lihat tadi sedang bersitegang.
"Bagaimana bisa kamu mau menikah dengan wanita lain sedangkan selama ini aku adalah kekasihmu" teriak wanita itu dengan kesal.
Mala dan ketiga sahabatnya bisa mendengar jelas apa yang dikatakan wanita itu.
"Diputusin ceritanya" ucap Zoya sambil berbisik membuat keempatnya tertawa.
Tawa keempat orang yang duduk tidak jauh darinya membuat wanita itu semakin murka. Dia berdiri dan mendatangi meja yang ditempati Mala, Zoya, Tias dan Ardi.
"Kalian menertawakan saya?" tanya wanita itu dengan mata membulat.
"Kalau iya kenapa?" Zoya yang menjawab.
Belum sempat tangan wanita itu sampai di wajah Zoya, sang pria membawa pergi wanita itu. Mata pria itu sepat bersiborok dengan Mala, cukup lama sampai Mala memalingkan wajahnya.
"Silakan Mas Andro katakan saja" jawab bunda Sarah membuat Mala kembali fokus dengan ucapan pak Andro.
"Begini, seperti yang Mbak Sarah ketahui hubungan saya sangat dekat dengan almarhum mas Riadi. Saat terakhir kami bertemu kami membicarakan perjodohan putra putri kita"
Deg
Mala merasa tidak tenang mendengar ucapan Pak Andro tentang perjodohan, dia berusaha berfikir positif.
"Mungkin saja mas Arfan yang akan dijodohkan" batin Mala. Sayangnya Mala harus kecewa saat mendengar perkataan pak Andro selanjutnya.
"Putra saya sudah setuju. Tinggal meminta jawaban dari putri Mbak Saras"
"Setuju?" Mala kembali membatin.
Bagaimana bisa? Sudah jelas pria itu memiliki kekasih dan katanya setuju dengan perjodohan ini. Mala ingat keributan kemarin, pria itu meminta ijin kekasihnya karena dia mau menerima perjodohan ini.
Mereka belum pernah kenal sebelumnya, mengapa dia menerima begitu saja? Mala ingin menyelidikinya terlebih dahulu sebelum menyetujui perjodohan ini. Apa motif pria dihadapannya ini menerima perjodohan mereka.
"Bagaimana?" tanya pak Andro sambil menatap Mala.
"Sa... saya minta waktu untuk berpikir" jawab Mala gugup.
"Baiklah kami tidak memaksa untuk dijawab sekarang. Kami akan kembali tiga hari lagi untuk menagih jawaban lamaran ini" jawab pak Andro yang tampak sedih. Mala yang melihat itu merasa bersalah.
"Maaf Om" ucap Mala.
"Tidak apa-apa. Om hanya sedih kalau tidak bisa menjalankan janji Om dengan almarhum ayahmu untuk menjadikan kamu putri Om"
Mala terdiam, perasaannya akan berkecamuk bila sudah menyangkut ayahnya. Tapi dia tidak bisa menikah dengan pria yang belum dia kenal dan sudah memiliki kekasih walaupun dia memutuskan kekasihnya.
...⚘⚘⚘⚘⚘...
...Biarkan Aku Bahagia...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Oh Dewi
Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya (Siapa) Aku Tanpamu, searchnya pakek tanda kurung biar gak melenceng yaa
2022-10-08
3
Alriani Hespiapi
saya mampir thor
2022-10-04
1
manda_
lanjut thor semangat buat up lagi
2022-04-14
2