Pagi harinya, Sherin sudah siap dengan pakaian yang rapi. Ia sudah duduk manis bersama orang-orang yang ada di rumah nenek Linda. Bersiap untuk sarapan.
Sherin paling suka makanan di rumah ini, karena tentu menunya sangat cocok dengan selera Sherin. Sepanjang pagi ini Sherin selalu tersenyum sampai membuat beberapa orang itu heran.
“Sherin, apa ada yang spesial hari ini? Dari tadi kamu senyum-senyum tidak jelas,” tanya nenek Linda, beliau sudah memperhatikan Sherin semenjak Sherin turun dari kamar. Sherin selalu tersenyum sampai saat sedang makan.
“Hehehe ... tidak ada, Nek. Cuma hari ini suasana hatiku sedang baik,” jawabnya dengan cengiran yang khas, karena Sherin jarang tersenyum apalagi nyengir.
Nenek ber oh saja, satu sendok nasi masuk ke dalam mulutnya, setelah mengunyah ia berucap pada Sherin, “Rin, hari ini orang tua Ravin sudah pulang, mereka ingin bertemu kamu. Kamu belum pernah bertemu mereka 'kan?”
Sherin mengangguk sambil mengunyah. “Lalu?” tanyanya.
“Nanti sehabis sarapan, Nenek ingin kamu langsung pergi ke rumah Ravin,” kata nenek.
Sherin menelan makanannya. “Tapi, Nek. Apa harus hari ini?”
“Terus kalau bukan hari ini kapan? Kamu juga tidak ada kerjaan 'kan?” Sherin menggeleng, nenek berucap lagi, “Nah ... karena kamu tidak ada kerjaan, ya sudah lebih baik bertemu calon mertuamu. Rumah Ravin tidak terlalu jauh dari sini, sedangkan kalian hari ini sudah mau pulang juga 'kan?”
Nenek menatap putranya, Arvin yang di sambut anggukan kepala. “Iya, Mah. Kami sudah dua hari menginap disini dan sudah harusnya pulang agar tidak mengganggu istirahat kalian.”
Sherin yang mendengar itu terhenyak. Ia pikir akan menginap lebih lama di sini dan ternyata cuma dua hari. Sherin ingin menolak, karena kalau tinggal di rumah Arvin maka Sherin tidak akan bisa tidur nyenyak lagi.
“Tapi, Nek. Apa aku boleh tetap di sini?” Sherin berucap dengan nada sedikit memohon, kebiasaannya saat menjadi Prisha perlahan menghilang karena tinggal bersama nenek.
Dulu Prisha kalau sedang bicara, pasti dengan nada dingin. Ia tak pernah tunduk pada siapapun kecuali adik dan kekasihnya, tapi ia menyesal untuk itu. Dan sekarang ia mulai tunduk dengan nenek, karena Sherin merasa sedikit nyaman ketika bersama nenek sehingga tak ada alasan bagi Sherin untuk tidak menurut.
“Sherin! Lebih baik kamu ikut pulang, jangan terus merepotkan nenek dan kakekmu,” tegur Arvin, Sherin mendelik kesal karena nenek belum menjawab pertanyaannya dan Arvin sudah mencegahnya.
“Iya, Sher. Kalau kamu tetap di sini takutnya akan menggangu kesehatan kakek,” Laras ikutan bicara, kini mood Sherin yang awalnya bagus mendadak hilang.
“Tidak apa-apa, malahan Nenek senang kalau Sherin mau menginap di sini. Tapi, kamu harus membereskan pakaian dulu agar tidak kehabisan. Di sini tidak ada pakaian yang muat,” ujar Nenek, Sherin mengangguk dengan senang.
...⚫⚫⚫...
Seperti keinginan nenek Linda, kini Sherin sedang dalam perjalanan menuju rumah Ravin. Dan, ini adalah kali pertama Sherin berkunjung ke sana. Dengan memakai dress seperti biasanya, Sherin pergi. Walaupun sangat ingin memakai celana, tapi ia urungkan karena pakaian yang kemarin di beli belum di cuci.
Benar kata nenek, hanya butuh waktu dua puluh menit sudah sampai. Mobil mulai memasuki gerbang yang menjulang tinggi. Terus masuk sampai berhenti tepat di depan pintu rumah bercat coklat.
Sherin keluar dari mobil, matanya mengamati rumah ini. Rumah ini hanya dua lantai tapi terlihat mewah, beberapa pilar yang tinggi seperti rumah bergaya Eropa tapi begitu modern.
Sudah ada beberapa pelayan yang menyambut kedatangannya, Sherin masuk dengan perlahan sembari mengamati sekeliling.
“Sudah datang!” seorang wanita yang usianya hampir sama dengan Laras, tapi wajahnya masih terlihat cantik dan awet muda.
“Kamu Sherin benar?” tanyanya memegang pundak Sherin.
Sherin mengangguk samar di selingi senyum tipis yang manis.
“Kamu cantik rupanya, saya Dina Mamanya Ravin,” Dina memeluk Sherin dengan semangat, Sherin balas memeluk sebagai tanda perkenalan.
“Kamu ternyata mirip banget sama ibu kamu,” ucap Dina membuat dahi Sherin berkerut.
“Tante kenal ibu saya?” tanyanya.
Dina mengangguk cepat lalu berkata, “Saya sahabat ibu kamu dulu, sahabat baik. Terakhir kali ketemu itu lima belas tahun yang lalu, kamu masih kecil.”
Sherin mengangguk paham. Dina membawa Sherin untuk duduk di sofa ruang tamu. Beliau terlihat sangat senang bertemu dengan Sherin, seperti bertemu dengan anak sendiri.
“Sekarang kamu jangan panggil Tante lagi, tapi Mamah, ya,” pinta Dina.
Sherin mengangguk sebagai jawaban. “Iya, Mah,” Sherin berucap dengan sedikit malu-malu, pertama kali dalam hidupnya setelah belasan tahun ia memanggil seseorang dengan sebutan 'Mamah'.
“Aduh, kamu lucu banget sih! Mamah nyesel waktu tunangan kamu sama Ravin tidak hadir.” Dina menunduk sedih, Sherin mencoba menenangkan dengan menepuk telapak tangan Dina.
“Tidak masalah. Asal saat pernikahan nanti Mamah hadir,” hibur Sherin, catat! Hanya menghibur karena belum tentu Sherin akan menikah dengan Ravin.
“Harus, dong! Masa Mamah tidak hadir di pernikahan anak sendiri,” Dina kembali bersemangat.
“Oh ya, Mamah minta ketemu sama aku mau ngapain?” tanya Sherin.
“Sebenarnya nggak mau ngapa-ngapain, tapi Mamah lagi bosan dan pengen banget ketemu sana calon mantu.” Dina mencubit pipi bagian kiri kanan Sherin sampai membuat Sherin meringis.
“Dari pada bosan, mendingan kamu bantuin Mamah bikin kue, yuk,” ajak Dina, sedangkan Sherin mengelus pipinya yang masih terasa sakit.
“Kamu sudah bisa bikin kue?” lanjutnya lagi.
Sherin menggeleng. “Aku tidak bisa masak apalagi bikin kue,” ucapnya seraya menggaruk kepala.
“Ya sudah, kita ke dapur sekarang sekalian kamu belajar. Siapa tau Ravin bakal suka kalau punya istri pintar masak.” Dina menarik pergelangan tangan Sherin, membawa Sherin ke dapur walaupun Sherin sedikit enggan.
Tiba di dapur Sherin benar-benar kebingungan, Dina mulai mengajari Sherin cara membuat kue. Dari mengocok telur sampai mengaduk tepung, Sherin benar-benar tidak bisa melakukannya. Beberapa kali berteriak karena takut kotor, Dina sampai menggelengkan kepalanya.
“Kamu tuh mirip banget sama anak Mamah yang gadis,” ujar Dina.
“Mamah punya anak selain Ravin?” tanya Sherin penasaran, wajahnya kini penuh tepung sampai menempel di baju. Terlihat lucu di mata Dina.
“Iya, dia hampir seumuran sama kamu. Umurnya tujuh belas,” jawab Dina.
“tujuh belas?” gumam Sherin, lalu ia berkata lagi, “Emangnya umur aku berapa, Mah?” tanyanya sedikit bingung, tapi hal itu justru membuat Dina lebih bingung.
“Lho? Kamu tidak tahu umurmu sendiri?” Kedua alis Dina hampir menyatu, dahinya berkerut dalam.
Sherin menunduk, lalu menggeleng kecil tanda ia benar-benar tidak tahu berapa usianya sekarang. Mana mungkin Sherin tahu karena ia tidak pernah mencari tahu tanggal kelahiran Sherin. Yang ia tahu, dulu ia hidup sampai usia 26 tahun sebagai Prisha.
“Kok bisa?” Dina bertanya-tanya, ia mencoba mengingat kembali ke masa silam. “Kalau Mamah nggak salah ingat, sekarang kamu sudah 21 tahun. Nggak beda jauh dari anak-anak Mamah,” ucapnya.
Sherin terperangah, tak menyangka ia kembali muda. Dari usia 26 jadi 21, daebak!
“Eh, Mah. Habis ini apa kita bisa olahraga sebentar? 'Kan kuenya belum matang,” pinta Sherin.
Pekerjaan membuat kue sudah selesai dan tinggal menunggu kue matang di oven. Dina menimang sebentar. “Bagus tuh, Mamah udah agak lama juga nggak olahraga,” ucapnya bersemangat.
Jadilah dua orang yang statusnya calon ibu mertua dan calon menantu melakukan yoga di ruangan olahraga rumah Ravin, terletak di lantai dua.
Sherin benar-benar menikmati waktunya hari ini, bahkan ketika Ravin tak sengaja melihat dirinya sedang melakukan gerakan seated pose, posisinya duduk bersila dan tubuh tegak, dada membusung ke depan, kepala diangkat ke atas sehingga terlihat anu di mata Ravin.
Setelah tersadar buru-buru Ravin pergi dari sana, takut ketahuan karena tak sengaja mengintip.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Jupilin Kaitang
bagus yah bdan muda otak tua😅😅diliat mauda tapi matang pikiran
2022-04-27
0
Kusmi Dono Subandrio
malu malu ih ravin😇😇😇
2022-04-16
2
sheesukaaa❤️❤️❤️❤️
hayooohh... raviinn.. 😂😂
2022-04-14
0