“Ck! Mulutmu itu memang tidak pernah bisa berkata yang baik-baik, tapi kau cukup perhatian juga padaku dengan sering memperhatikan penampilan aku yang buruk.” Sherin menggelengkan kepalanya, heran dengan sikap Iriana yang aneh.
“Aku cantik itu urusanku, aku kurus juga tubuhku sendiri. Bukan kau 'kan? Kenapa kau malah sibuk sendiri? Aku bertunangan dengan siapa juga itu urusanku, lalu kenapa kau malah menjelek-jelekkan aku di depan tunangan aku sendiri?” Sherin tertawa, seolah hal ini lucu baginya.
Iriana mengepalkan kedua tangannya, menahan geram dengan apa yang Sherin katakan. Tapi Sherin belum puas, ia bangkit dari duduknya dan menghampiri Iriana yang jaraknya hanya dua meter dari dirinya.
“Lagipula apa aku punya masalah denganmu sampai kamu bicara begitu buruk tentangku di depan tunanganku? Atau ... Kamu sengaja?” Sherin tersenyum miring, ia menepuk pundak Iriana beberapa kali.
Iriana yang sejatinya tidak punya banyak kesabaran dan tidak tahan dengan hinaan langsung mengambil tangan Sherin dan mencengkeramnya dengan kuat. Matanya nyalang menatap Sherin, seperti tidak peduli kalau di sana ramai orang dan ada Ravin yang diam menonton pertunjukan, Iriana memajukan langkahnya.
Membuat Sherin memundurkan langkah, terus maju sampai mereka dekat dengan kolam renang. Sherin melirik sekilas, lalu kembali menatap Iriana dengan sedikit mendongak. Tinggi badan Iriana sedikit lebih tinggi dari Sherin.
“Kau mau mendorongku?” bisik Sherin.
“Kalau iya kenapa? Kau mau teriak? Sudah terlambat!” Iriana mulai melepaskan cengkeramannya, sedikit mendorong Sherin agar jatuh ke dalam kolam yang kira-kira sedalam dua meter.
“Tapi aku tidak mudah tertipu ... ” Sherin terkekeh lalu dengan cepat membalikkan keadaan.
Setelah tangannya lepas dari cengkeraman, Sherin balik mencengkeram pergelangan tangan Iriana, membalikkan tubuh mereka sehingga sekarang Iriana lah yang dekat dengan kolam. Sherin tersenyum sinis lalu mendorong Iriana yang mana membuat Iriana melotot kaget.
“Arrgghhh!!” Iriana berteriak sebelum benar-benar jatuh ke dalam kolam, berharap Sherin mau membantunya dengan mengulurkan tangan tapi Sherin malah dengan santai bersekedap di depan dada. Kemudian tersenyum miring.
Suara orang tercebur ke dalam kolam terdengar cukup keras, membuat banyak pasang mata menoleh ke arah Sherin. Tak terkecuali Ravin yang juga ikut terkejut. Refleks ia berdiri dari duduknya, melongo menatap Sherin.
“To-- Tolooongg!!!” teriak Iriana, mencoba menggapai apa saja yang bisa di gapai. Sherin masih berdiri diam, menonton pertunjukan menarik.
“Ada apa ini?” tanya seseorang yang datang tiba-tiba, Arvin mengamati sekeliling dan betapa terkejutnya melihat sang putri tenggelam di kolam. Ia mendekat.
“Kenapa kalian siam saja? CEPAT TOLONG PUTRIKU!!!” Arvin mencoba menggapai tangan Iriana, namun tak berhasil karena posisinya Iriana sedikit berada di tengah-tengah.
Mendengar teriakan Arvin, sontak membuat orang-orang yang sedang menikmati pesta ikut datang. Berkerumun di sekitar kolam renang untuk melihat apa yang terjadi.
“CEPAT TOLONG PUTRIKU!!” teriaknya lagi, seorang petugas keamanan atau satpam pun datang dan langsung menceburkan diri, menyelamatkan Iriana.
“Uhuk! Uhuk!!” Iriana terbatuk saat sudah di selamatkan. Seluruh tubuhnya basah membuat Iriana menggigil.
“Astagaaa ... Putriku, apa yang terjadi padamu ... ” Laras menangis memeluk Iriana, wanita itu baru saja datang karena mendapat laporan dari temannya kalau ada yang jatuh ke kolam, dan terkejut kala tahu yang jatuh adalah Iriana.
Laras mengambil handuk dari tangan seorang pelayan, membungkus tubuh putrinya yang kedinginan. Sedangkan Arvin, ia langsung menghampiri Sherin yang sudah berdiri di samping Ravin.
Tatapannya nyalang, tangannya terkepal menahan gejolak amarah. “Aku tahu pasti kaulah yang mendorong Iriana ke kolam, kenapa kau melakukan itu pada kakakmu sendiri, HAH?!”
Sherin memutar bola matanya, tapi kemudian ia melihat sekeliling, banyak orang di sini, dan terlihat kalau kakeknya dan kakek Ravin sedang menuju kemari, Sherin memasang tampang sedih.
“Aku-- Aku, memang aku yang mendorong kak Iri, tapi aku tidak sengaja ... ” ucapnya dengan nada pura-pura menahan tangis.
“Tidak sengaja bagaimana? Kau 'kan bisa menolong kakakmu tapi kau diam saja!!” hardiknya geram, tangan terasa gatal ingin menampar.
“Menolong bagaimana? Aku 'kan tidak bisa berenang, kalau aku menolong nanti aku jatuh bagaimana?” Sherin sudah mulai mengeluarkan air mata. Saat itu juga kakek Haris, kakek Faris dan nenek Linda sampai.
“Kenapa sejak tadi ada ribut-ribut?” tanya kakek Haris.
“Ya ampun Sherin, kenapa kau menangis?” Nenek Linda mendekat, mengusap bahu Sherin yang bergetar.
“Pah, Sherin mendorong Iriana sampai jatuh ke kolam, lihat sekarang Iriana kedinginan,” tunjuk Arvin ke arah Iriana saat ini berada, di temani Laras masih duduk di pinggir kolam renang.
“Tapi aku tidak sengaja, Kek! Kak Iri duluan yang memulai,” kilah Sherin.
“Iriana tidak mungkin membuat masalah duluan, pasti kau yang telah memprovokasi 'kan?” Arvin masih tidak percaya.
Dalam hati Sherin mengumpat, mengeluarkan kata-kata kasar untuk Arvin. “Hiks ... aku tidak berbohong.”
Tiba-tiba kakek Faris menyela. “Diam! Biar aku tanya sendiri pada Sherin.”
“Sherin, apa benar bukan kau yang mendorong Iriana?” tanya kakek Faris.
Sherin menggelengkan kepalanya. “Aku memang mendorong kak Iri, tapi aku tidak sengaja. Tadi dia duluan yang mau mendorong aku jatuh, aku tidak bohong. Kalau kalian masih tidak percaya, kalian bisa tanya Mas Ravin, padahal kak Iriana juga tadi menggoda Mas Ravin. Aku tentu kesal, tapi aku tidak sengaja, kenapa Papah malah lebih percaya dengan kak Iri?” Sherin menangis histeris, walaupun sebenarnya hanya akting belaka.
Sherin memeluk lengan Ravin, yang mana membuat Ravin sedikit tersentak. Tapi diam-diam Ravin menahan senyum, tak menyangka Sherin bisa mengatasi masalah ini. Selain berhasil memberi Iriana pelajaran, Sherin juga berhasil menarik simpati orang-orang di sekitar.
Cukup pintar! batin Ravin.
“Kau dengar? Sherin bilang tidak sengaja. Di sini ramai orang, tidak mungkin Sherin akan berbohong. Sherin itu putrimu, tapi kau malah sama sekali tidak percaya padanya,” ucap kakek Faris, Arvin bungkam.
“Gadis itu tidak berbohong, tadi aku melihat kejadiannya, wanita itu duluan yang mencari masalah, dia mengganggu gadis itu yang sedang duduk bersama tunangannya,” celetuk seorang wanita yang adalah tamu di acara ini.
“Aku juga lihat, bahkan wanita itu menghina gadis ini di depan tunangannya lalu membawa Sherin ke pinggir kolam,” timpal yang lain, tentu hal itu membuat Sherin tersenyum menang. Bersorak dalam hati tapi masih terisak.
“Aku sudah bilang aku tidak berbohong, tapi Papah tetap tidak percaya ... ” Sherin menambah bensin di atas api.
“Kau tenang saja, kau tidak salah dalam hal ini. Biar kakek yang bilang pada ayahmu,” kakek Haris bersuara, setelah itu Sherin berhenti menangis. Ia mengusap air mata di pipinya dengan hati yang sangat bahagia.
Arvin di salahkan atas masalah ini karena tidak percaya dengan perkataan putrinya sendiri. Acara kembali berlanjut meski ada sedikit insiden. Orang-orang yang berkumpul pun mulai pergi, meninggalkan Sherin dan Ravin sendiri.
Ravin sedikit menunduk, mendekatkan mulutnya ke arah telinga Sherin lalu berucap, “Kau licik!” bisiknya sambil tersenyum.
Sherin tersentak ketika merasakan embusan napas Ravin di telinganya, rasanya tiba-tiba panas. Tapi ia tutupi dengan pura-pura berdehem.
“Bukan licik, tapi pintar agar tidak mudah terjebak!” ucap Sherin melirik Ravin sekilas lalu pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Jupilin Kaitang
jangan mau dinjak lagi sama kaka tiri, tubuh yang kamu guna itu sudah cukup menderita ulah ayah ibu tiri juga kaka tirinya, dibai kan dalam rumah sendiri
2022-04-27
1
Nur Syahidah Wanikma
habat ..... semngat kak aku pengen jadi kayak srhrin yng sekarang gk muda di tinds knp hrus mengala bia mbis melawn
tp
2022-04-18
1
Mayya_zha
hebat sherin.
2022-03-11
0