Pria itu semakin mendekat, Sherin mengamatinya dengan diam. Berbagai pertanyaan mulai muncul di kepalanya, tapi ia tak mampu menyimpulkan jawaban yang ia inginkan.
Seperti yang Sherin lihat siang itu, Ravin tampan. Apalagi jika di lihat dengan jarak yang lebih dekat. Saat ini Ravin memakai kemeja putih dengan tuxedo dan jas berwarna silver. Sherin melongo, kebetulan macam apa ini? Mereka berdua memakai pakaian dengan warna yang sama.
“Kakek ... ” Ravin menyapa kakeknya, lalu gantian menyapa kakek Haris.
“Kamu sudah besar dan semakin tampan, kakekmu memang tidak pernah berbohong,” ujar kakek Haris menepuk pundak Ravin dan tersenyum lebar.
Ravin hanya balas tersenyum tapi tidak menjawab, Sherin masih diam di tempatnya sambil memandangi Ravin dengan tatapan yang sulit di artikan.
“Baiklah, karena kamu sudah datang kita langsung saja mulai acaranya. Kakek sudah bilang padamu tentang perjodohan ini dan kau sudah setuju 'kan?” Kakek kembali meyakinkan Ravin.
Ravin mengangguk. “Dimana wanitanya?” tanya Ravin.
“Calon istrimu ada di belakangmu. Apa kamu tidak lihat?” Kakek Faris menunjuk Sherin yang mana membuat Sherin tersadar.
Ravin membalikkan tubuhnya, ia menatap Sherin dari atas sampai bawah dengan kening berkerut, Sherin mendengus kesal, merasa bahwa tatapan Ravin memiliki arti jelek.
“Dia calon istriku?” tanyanya tidak percaya.
“Iya, bukankah cantik? Kakek sudah bilang padamu kalau pilihan Kakek tidak akan salah.”
“Cantik dari mananya? Tubuhnya tidak seksi, wajahnya ada luka walaupun sudah ditutupi make up tetap kelihatan. Sedikit ... Pendek juga.”
Perkataan Ravin begitu menusuk jantung Sherin, sia-sia tadi Sherin memuji Ravin tampan. Tapi sayangnya mulut Ravin cukup pedas sama seperti adiknya.
“Husss ... Sherin itu cantik, luka di wajahnya bisa ada karena kecelakaan. Sedangkan tubuhnya sudah bagus, hanya perlu olahraga sedikit lagi.” Nenek Linda membela cucunya, Sherin tersenyum miris.
“Apa boleh ganti?” Ravin mencoba tawar-menawar dengan kakek Faris, tapi sayang kakek Faris dengan keras menggelengkan kepalanya.
“Hal ini sudah di setujui dua keluarga. Kakek juga sudah bilang pada ayah dan ibumu, mereka setuju-setuju saja, bahkan Kakek sudah memperlihatkan foto Sherin pada mereka.”
“Tapi aku ingin menolak,” ucap Ravin bersikeras, kakek Faris lagi-lagi menggeleng.
“Kamu ini-- Aku tahu kalau kamu tidak mencintai Sherin, itu karena kamu belum kenal dengan Sherin. Tapi dua keluarga juga sudah sepakat untuk membuat kalian saling mengenal lebih dulu sebelum menikah ..., ” kata kakek mencoba sabar.
Ravin mengembus napas pasrah, beberapa hari sebelumnya ia sudah bilang setuju dengan rencana kakeknya. Ia pikir wanita yang akan di jodohkan dengannya sangat cantik tentu ia tidak masalah. Tapi sekarang, ia sedikit menyesal.
Sherin sejak tadi hanya diam, ia mengamati raut wajah Ravin yang terlihat terpaksa. Ia juga sebenarnya tidak mau, tapi ini demi kakek barunya. Kata-kata yang keluar dari mulut Ravin sudah melekat di otak Sherin, ia akan mengingatnya, dan menjadikannya untuk lebih semangat dalam merubah segala hal buruk tentang Sherin.
“Baiklah ... jika tidak ada penolakan lagi, kita langsung saja mulai acaranya.” Kakek Faris tersenyum lebar, begitu juga kakek Haris. Mereka tertawa bersama.
Sesuai rencana yang sudah di susun, acara di mulai ketika MC menyebutkan susunan acara. Padahal hanya acara pertunangan tapi kakek menyiapkannya dengan mewah. Para tamu yang hadir sudah duduk di tempat yang sudah di sediakan dengan camilan malam di atas meja.
Hingga tibalah saat pemasangan cincin di mulai. Ravin dan Sherin berdiri berhadapan, tatapan Ravin biasa saja sama seperti Sherin. Seseorang tiba-tiba membawa sebuah kotak kecil yang berisi cincin, Ravin pertama yang mengambil cincin itu, dengan perlahan ia memasukkan cincin itu di jari manis Sherin.
Cocok, cincin perak dengan hiasan berlian kecil di atasnya ini sangat pas di jari Sherin, Sherin memandang dengan kagum. Lalu gantian Sherin yang memasangkan cincin di jari Ravin, tidak ada debaran apapun saat memasangkannya karena Sherin tidak mencintai Ravin. Tidak spesial.
Tepukan tangan terjadi begitu saja, semua orang yang hadir mengucapkan selamat atas hubungan yang terjalin antara dua keluarga. Bukan kepada Ravin dan Sherin melainkan kepada kakek-kakek mereka.
“Pernikahan akan dilaksanakan dua bulan lagi. Waktunya cukup lama sehingga kalian bisa mengenal satu sama lain mulai sekarang,” kata kakek Faris ketika sedang membicarakan waktu yang tepat untuk melaksanakan hari pernikahan.
Ravin dan Sherin hanya bisa pasrah dengan keputusan kakek mereka. Ingin menolak tapi tidak bisa. Kini mereka sedang duduk berdua di dekat kolam renang, acaranya masih berlanjut, tapi tinggal menikmati pesta.
Keheningan terjadi cukup lama sampai Ravin memulai pembicaraan.
“Jika aku tahu kalau calonnya adalah kamu, aku pasti akan langsung menolak!” ucapnya.
Sherin melirik lalu tersnyum sinis. “Kamu pikir aku juga mau menikah denganmu? Jika bukan karena kakek, aku mana mungkin mau menikah dalam waktu dekat ini.”
“Huh! Kamu cukup beruntung jika menikah denganku. Akulah yang tidak beruntung mendapatkan calon istri yang jelek dan sangat tidak pantas untukku.”
Sherin melirik kesal. “Lalu? Jika aku cantik seperti bayanganmu kamu tetap akan menerima perjodohan ini?”
“Tentu saja! Kenapa tidak? Asal wanitanya cantik, seksi tapi berisi, tidak jelek seperti dirimu.”
Sherin mengumpat dalam hati, lalu menarik napas panjang. Sherin tersenyum miring, perkataan Ravin benar-benar membuat semangatnya bertambah. Ia akan berolahraga, menyembuhkan bekas luka di pipi dan membuat tubuhnya seseksi mungkin tapi berisi.
Selama beberapa saat kedua pasangan baru itu saling adu mulut mengenai penampilan masing-masing. Tapi tiba-tiba berhenti saat mendengar suara seseorang.
“Kalian ini sangat tidak cocok. Baru bertemu saja sudah bertengkar ... ” cibir Iriana, Sherin menoleh kesal.
Hatinya sudah merasa kesal dengan kata-kata Ravin di tambah kedatangan Iriana yang sudah jelas akan mencari masalah. Hidupnya dari dulu sampai sekarang tidak akan pernah bisa tenang.
“Bertengkar itu wajar, kami baru bertemu dan harus saling mengenal karakter masing-masing. Tak kenal maka tak sayang, lagian kalau kami bertengkar apa urusannya denganmu? Kamu iri?” Sherin melipat tangannya di depan dada, mengamati raut wajah Iriana yang sudah memerah.
“Kenapa harus iri? Aku tidak tertarik dengan barang milikmu!” padahal sejujurnya Iriana Iri, begitu melihat kalau Ravin lah tunangan Sherin, Iriana merasa sedikit tidak terima.
Ravin tampan, tapi kenapa harus mendapatkan pasangan seperti Sherin yang jelas sangat jauh berbeda dengan Ravin. Iriana merasa sedikit menyesal ketika menolak keinginan kakek.
“Ah iya, kenapa kau harus iri? Bukankah kamu sudah mempunyai Rainer?” Sherin pura-pura tersenyum senang, sudah dari lama ia ingin menjatuhkan Iriana tapi tidak berhasil. Malam ini seperti cukup cocok untuk melakukan itu.
“Siapa dia?” celetuk Ravin tiba-tiba.
“Hanya kakak tiriku,” kata Sherin.
“Katamu tadi Rainer? Bukankah dia kekasih Prisha?” tanya Ravin membuat Sherin langsung merubah raut wajahnya menjadi suram.
“Ya ... Mungkin, tapi kakakku ini selingkuhannya, dan sekarang sudah resmi jadi pacar kakakku ... ” Sherin berucap tanpa melihat wajah Iriana yang kini memerah menahan marah.
“Ah? Jadi, dia pelakor?” Ravin mengamati Iriana dari ujung kepala sampai ujung kaki.
“Bisa di bilang begitu, tapi sekarang tidak karena Prisha sudah tiada. Jadi hubungan mereka sudah naik ke tingkat lebih tinggi, dari selingkuhan jadi pacar sungguhan.”
Tanpa sadar Sherin mengepalkan kedua tangannya, begitu menyakitkan ketika ia mengatakan ini. Luka itu hampir mengering tapi tiba-tiba kembali terbuka kala ia mengingat semuanya dari awal.
Terlihat Ravin tampak tercenung seperti memikirkan sesuatu.
“Aku sudah bilang kalau aku bukan pelakor, aku dan Rainer sudah saling mencintai sejak lama. Aku hanya ingin mendapatkan cintaku tapi Prisha yang selalu menghalangi, aku senang ketika wanita menyebalkan itu mati!!” ucap Iriana sedikit menaikkan intonasinya.
“Ravin, kamu jangan sampai tertipu oleh Sherin. Dia itu sebenarnya jelek, bodoh, dan gendut. Jika kamu melihat fotonya yang lama pasti kau tidak akan mau lagi dengan Sherin. Bahkan Sherin saat ini pengangguran dan suka banyak makan. Kamu pasti menyesal jika terus mau melanjutkan pernikahan ini,” kata Iriana yang sudah jelas mematik amarah Sherin. Tanpa alasan yang jelas tiba-tiba menjelekkan Sherin.
Iriana seakan sengaja mengeluarkan kata-kata ini agar Ravin terpengaruh. Iriana merasa Ravin sangat tidak cocok dengan Sherin, karena Ravin juga lebih tampan dari Rainer. Iriana ini plin-plan, di satu sisi ia merasa iri dan ingin memiliki Ravin. Tapi di sisi lain ia juga masih tetap membela kekasihnya, Rainer.
Jadi Iriana harus gimana?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Rara Syadela
lanjut kak
2022-05-06
0
Jupilin Kaitang
palakor, pelakor juga lah, cantik sangat kah ci perabut tunangan orang ne
2022-04-27
0
Mayya_zha
songong ber si ravin. awas nanti bucin loh
2022-03-11
0