Di tepi kolam renang, Sherin mengayunkan kedua kakinya bergantian. Matanya terpejam menikmati semilir angin yang menerpa wajah. Baju ketat lengan pendek dan celana selutut sudah basah karena Sherin berenang selama hampir setengah jam.
“Non! Nggak capek apa? Ibu sudah kepanasan ini ...” Ibu Tuti berada di belakangnya mengelap keringat yang mengucur di dahi.
Setelah kekesalan Sherin tadi pagi, gadis ini lebih memilih berenang di kolam belakang. Tak lupa Sherin mengajak bu Tuti untuk ikut dan menyuruh menemani di sisi-Nya. Dengan alasan takut akan ada orang yang mengintip.
Tapi sampai pukul sepuluh, Sherin tak juga pindah dari tempat ini. Bu Tuti sampai bosan menunggu.
“Bakar lemak, Bu!” jawab Sherin singkat, ia mulai menurunkan kakinya, menapak masuk ke dalam air, kembali mengayunkan kedua kakinya bergantian. Membasahi rambut yang tadi hampir kering.
Keheningan di dalam air, membuat Sherin tiba-tiba teringat masa lalu. Masa yang dulu begitu indah sampai membuat air matanya mengalir bercampur air kolam. Bergerak dengan bebas di dalam air tanpa hambatan, tanpa peduli dengan bu Tuti yang sedang duduk lemas di kursi panjang.
“Non! Semenjak Non Sherin pulang dari rumah sakit, Ibu juga jadi ikut berubah kayak Non Sherin, dulu Ibu jarang olahraga, sekarang walaupun cuma panasan, lemak Ibu ikut kebakar ... ” Sherin berenang ke pinggir, memunculkan kepalanya dan menatap bu Tuti.
“Banyak olahraga, Bu! Jangan suka menyimpan lemak, bagi aku badan seksi itu yang paling cantik dan menarik.”
“Non Sherin 'kan masih muda, wajarlah mikir begitu. Lha? Ibu sudah tua! Lari sedikit sudah capek, padahal yah dulu Non Sherin paling males kalau soal olahraga,” ucapan bu Tuti membuat Sherin melengos, bagaimanapun juga saat itu bukan dirinya.
Dirinya yang dulu masih di puja-puja bagai dewi alam semesta. Kecantikan yang tiada tandingannya, dengan postur tubuh tinggi ideal tapi bentuknya yang aduhai. Di tambah dengan suara indah yang mampu menghipnotis siapa saja, kesempurnaan itu yang menjadikan Prisha sangat berbangga diri.
Namun semua itu hilang dalam sekejap. Satu malam yang harusnya menjadi malam bahagia malah menjadi malam paling menyakitkan dalam hidupnya. Di selingkuhi sampai menabrak mobil hingga membuatnya meninggal dan masuk ke dalam tubuh gadis gendut.
“Ini gila!” kata itu yang keluar dari mulutnya ketika sudah berhasil menyimpulkan kejadian-kejadian di sekitarnya.
Tidak ada apapun yang ia ketahui tentang pemilik asli tubuh ini. Yang pasti adalah Prisha yang dulu sangat cantik kini tak ada lagi, yang ada hanya jiwanya berpindah ke tubuh gadis yang ia tabrak, dan sialnya gadis gendut.
“Tubuh gendut hanya bisa membuat hidup menjadi lebih sulit,” Sherin perlahan naik dari kolam, mengambil handuk kimono di atas nakas samping kursi panjang.
“Ehh ... belum tentu, Non tubuh gendut cuma bisa mempersulit hidup. Buktinya dari dulu badan Ibu begini-begini aja tapi hidup Ibu nggak sesulit yang Non Sherin bayangin.”
Sherin melirik kesal, ada saja jawaban bu Tuti mengenai perkataannya. Dengan rambut basah yang airnya masih menetes, Sherin berjalan pergi dari kolam renang.
“Mau kemana, Non?” bu Tuti dengan cepat mengejar Sherin, tak apa walaupun keringetan, yang penting anak majikan yang sudah beliau asuh sejak kecil tak hilang dari pandangan.
.
.
.
Sherin di landa kebosanan ketika tak ada kerjaan. Dalam kamarnya ia merenung dengan berdiri dekat jendela. Setengah jam berlalu setelah ia berenang, dan sekarang bingung ingin melakukan apa.
Teringat satu hal penting, Sherin bergegas mengganti baju, memakai sweater kebesaran dan meraih dompet di atas meja rias lalu berlari keluar kamar.
“Non Sherin mau kemana?” bu Tuti menatap bingung Sherin.
“Ada urusan bentar!”
“Tapi, Non--”
“Nanti aja, Bu! Saya harus pergi sekarang ... ” ucapnya lalu pergi tanpa salam, bu Tuti menggelengkan kepalanya, beliau punya amanah untuk menjaga Sherin, ketika gadis itu pergi beliau ingin ikut tapi kalau di pikir-pikir lagi akan sangat merepotkan.
“Sial!” Sherin mengumpat kesal, di dalam taksi ia baru memeriksa dompet tapi sayangnya hanya ada dua ratus ribu dan beberapa lembar uang lima ribuan.
Terpaksa Sherin menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan, tapi dalam hati terus menerus merutuki dirinya sendiri, bagaimana ia bisa ceroboh dengan membawa dompet kosong. Mana cukup untuk ia bolak-balik.
Dengan bantuan dari ponsel jadul milik Sherin, ia mencari tahu dimana tempat Prisha di makamkan. Tiga puluh menit perjalanan, langsung menguras habis isi dompet tipis ini. Lalu bagaimana caranya ia pulang?
Lagi-lagi Sherin menghela napas, di langkahkan nya kaki jenjang menuju area makam. Ia tahu tempat ini, karena dulu pernah ada kejadian sama persis seperti dirinya, kecelakaan mobil hingga tewas, seorang artis yang merupakan teman Prisha meninggal di tempat.
Area makam elit, hanya orang berpengaruh yang bisa di makamkan di tempat ini. Bukan pemakaman umum biasa. Sherin menghentikan langkahnya, ia hampir sampai di tempat yang di tuju, tapi berhenti saat melihat ada seorang pria yang memakai jas berwarna hitam sedang berdiri tepat di samping makan Prisha.
“Siapa dia?” ucap Sherin pelan.
Dari tempatnya, hanya bisa melihat punggung pria itu. Sherin pikir mungkin saja itu penggemarnya. Selang lima belas menit, akhirnya pria itu pergi. Sherin diam mematung ditempat, matanya melihat ke arah pria itu ketika berbalik.
Satu kata, 'tampan'. Pria pertama yang Sherin lihat setampan itu, kulitnya putih, hidungnya mancung. postur tubuh yang tinggi, rahang tegas. Sempurna, kata kedua yang cocok untuk pria itu, Sherin menatap kagum.
Ketika tersadar ia menggeleng cepat, setelah itu ia langsung menuju ke makam Prisha. Duduk di sampingnya dengan tatapan yang sulit di artikan. Entah bagaimana cara mendeskripsikan apa yang ia rasakan saat ini. Duduk menatap makam dirinya sendiri.
Sakit? Tak percaya? Dan terkesan tak bisa di pikir dengan logika. Air mata itu mengalir tiba-tiba, membasahi pipi putih mulus yang terluka. Tangannya terulur menyentuh batu nisan, terukir jelas namanya di sana, Prisha Aditri.
Tiga minggu tubuhnya sudah di makamkan, kemungkinan sudah hancur lebur hanya tersisa tulang-belulang. Saat itu juga ingatannya berputar, mengingat masa yang begitu indah penuh warna.
Di Jepang, tepat di bawah pohon sakura yang sedang berguguran. Berjatuhan di atas kepala dua orang yang sedang kasmaran. Sang gadis menatap dalam pada pria yang baru saja menjadi kekasihnya.
“Aku tak pernah menyangka akan bisa mendapatkan cintamu ... ” ucap pria itu penuh kelembutan, tangannya mengusap pipi mulus sang gadis, membuat wajah itu memerah malu.
“Harusnya aku yang berkata begitu, kamu selama ini sudah bersabar sampai dua tahun dan terus mengejar ku yang selalu sibuk, aku baru menyadari kalau ada orang yang sangat perhatian padaku.”
“Karena aku mencintaimu, aku rela menunggu sampai kapanpun.”
Prisha, artis yang sedang naik daun pergi ke Jepang untuk urusan bisnis, tapi Rainer mengikutinya padahal pria itu tak di undang. Malam setelah acara pesta selesai, Prisha di kejutkan dengan kedatangan pria yang selalu memberinya perhatian tapi tak ia tanggapi.
Berdiri di hadapannya dengan senyuman lebar, membuat hati Prisha bergetar. Buket bunga di tangan, hingga Prisha tak kuasa menolak pengakuan cinta itu, karena sejujurnya Prisha juga mencintai Rainer. Pria pertama yang berhasil merebut hatinya dan juga menghancurkan seluruh dunianya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
MaMa INa
kalau di cerita lain kan memori nya otomatis masuk ke otak ya dr si pemilik tubuh dan itu menurut ku lebay,, dan disini enggak, jd nya aq suka🤗
2022-05-11
1
Rara Syadela
hadirrr😘
2022-05-06
0
Jupilin Kaitang
mau tidak paksa jalani hidup dengan tubuh orang lain, harus kuat cekal menghadapi kehidupan yang seperti dibuang. atau lebih baik tingal sama keke mu
2022-04-27
1