“Arghhhh ...!! Bagaimana ini?” Sherin menjambak rambutnya frustasi, bagaimana tidak? Seminggu ini ia full mengurung diri di kamar untuk olahraga, makan pun ia meminta bu Tuti mengantarkan ke kamar.
Sampai tidak menyadari sekitar, dan sekarang ia baru menyadari ketika ingin memakai pakaian, namun pakaian sudah pada longgar semua. Lalu ia harus memakai apa?
Berat badan yang awalnya 75 kilo dalam dua minggu turun drastis menjadi 68 kilo. Cukup pesat untuk waktu yang singkat. Sherin bangga tapi juga bingung, sekarang pakaiannya banyak yang kebesaran.
“Ada apa, Non?” tanya bu Tuti begitu masuk ke dalam kamar Sherin, beliau tadi sedang ingin mengantarkan makanan Sherin tapi begitu mendengar Sherin berteriak, bu Tuti yang terkejut langsung berlari.
“Bu, bajuku sekarang semuanya kebesaran, jadi aku harus memakai apa?” Sherin duduk di tepi ranjang, kakinya di silangkan dan ia hanya memakai hotpants yang hanya berjarak lima sentimeter dari sananya. Memperlihatkan paha putih mulus yang membuat banyak pria hilang fokus jika melihatnya.
“Waduh ... Ibu kok nggak perhatiin, Non Sherin yah ... Sampai nggak sadar sekarang sudah kurusan. Makin cantik, Non!” puji bu Tuti membuat Sherin sedikit kesal, kegalauannya tak juga terselesaikan jika hanya mendengar pujian bu Tuti karena ia sudah biasa mendengarnya.
“Buu ... bantuin dong! Aku sekarang nggak punya baju yang muat, semuanya kebesaran ... ”
Bu Tuti terlihat berpikir. “Sebentar, Non.” Beliau menaruh nampan di atas nakas dan langsung melesat pergi.
Sherin berdecak. “Harusnya sebelum aku melakukan ini aku membeli beberapa pakaian.”
Tak berselang lama bu Tuti datang kembali, tapi beliau membawa sebuah kardus yang cukup besar, lalu menaruhnya di samping Sherin.
“Apa itu?” tanya Sherin bingung.
“Ini, Non. Baju-baju Non Sherin yang belum di pakai, masih baru di beliin sama tuan besar Haris tapi nggak di pakai sama Non Sherin karena tiba-tiba Non Sherin jadi gemuk,” kata bu Tuti sambil membuka kardus itu, Sherin yang penasaran ikut melihat.
“Emang kapan belinya?”
“Kalau Ibu nggak salah ingat sih tahun lalu. Tapi waktu itu Non Sherin lagi doyan makan, doyan ngemil, jadinya gemuk sampai bajunya nggak sempet di pakai.” Sherin menganggukkan kepalanya mengerti, rupanya pemilik tubuh asli ini dulu juga bukan orang yang gemuk seperti dua minggu yang lalu.
“Banyak banget, Non. Sengaja Ibu simpan supaya aman, siapa tahu Non Sherin jadi cantik lagi, eh tahunya beneran hari ini Non Sherin cantik sama tambah kurus. Untungnya nggak Ibu kasih sama non Ana,” bu Tuti bicara sambil terkikik.
Sherin yang mendengar nama Iriana di sebut langsung merubah raut wajahnya, sudah tiga minggu sejak ia sadar, dan terakhir kali berjumpa dengan Iriana adalah dua minggu yang lalu ketika baru pertama kali datang ke rumah ini.
Terlalu banyak menghabiskan waktu di dalam kamar dan ruang Gym membuat Sherin tak perduli dengan lingkungan sekitar. Orang yang paling sering ia temui hanyalah bu Tuti saja. Selebihnya jarang bahkan terkesan hanya beberapa kali saja.
Ayah kandung Sherin tak pernah menanyakan bagaimana keadaannya, Ibu tirinya apalagi. Menemui dirinya saja sepertinya mereka malas. Sherin yang sekarang merasa keluarga ini memang tak ada yang menyayangi Sherin selain kakek nenek dan bu Tuti.
“Kenapa harus panggil Ana? Harusnya panggil Iri saja!!” sembur Sherin yang kekesalannya selalu di puncak kepala jika menyangkut Iriana.
“Hahaha ... Non Sherin bisa saja, Ibu dulu juga pernah panggil begitu tapi malahan non Ana marah.”
Sherin memaklumi kenapa di panggil Iri marah, karena menurut KBBI Iri memiliki artinya sendiri. Sherin pun mencoba memilih pakaian yang cocok untuk ia gunakan, ternyata memang masih baru dan terbungkus plastik, ada juga yang menggunakan wadah khusus.
Sherin tebak harganya tak murahan, dari kualitas bahan dan model pakaian, Sherin yang dulu masih menjadi Prisha sangat mengetahui tentang fashion bisa dengan mudah menebak.
“Yang ini saja!” Sherin mengambil sebuah dress pendek selutut, berwarna cream. Setelah di pakai terasa sedikit sempit, Sherin menghela napas, walaupun berat badan turun drastis tapi tetap saja masih ada lemak yang mengganjal.
“Semuanya butuh proses,” Sherin menyemangati dirinya sendiri.
“Ya ampun, Non Sherin meni cantik pisan ... ” bu Tuti menatap kagum.
Sherin tersenyum puas. “Saya mau makan di bawah saja, Bu.”
Bu Tuti mengangguk, kemudian mereka keluar dari kamar. Sherin berjalan lebih dulu dan bu Tuti berjalan di belakangnya dengan membawa nampan berisi makanan Sherin.
Setibanya di meja makan, rupanya di sana ada Iriana yang mana membuat Sherin mendengus kesal, ada ibu tirinya dan ayah kandung rasa tiri. Semuanya terlihat kaget melihat kedatangan Sherin berikut perubahan dalam dirinya.
“Siapa kamu?!” tanya Iriana.
“Siapa lagi?” Sherin tersenyum sinis, kemudian ia duduk di sebelah Iriana berjarak satu kursi. Bu Tuti menaruh nampan di hadapan Sherin, tanpa memperdulikan tiga orang yang sedang menatapnya dengan tatapan berbeda-beda, Sherin pun memakan makanannya.
“Rin? Sejak kapan kamu jadi kurus seperti ini?” tanya Arvin penasaran, Sherin melirik sinis, bahkan perkembangan putri kandungnya saja dia tidak tahu, semenjak kakek pergi dari rumah, Arvin sama sekali tak pergi ke kamarnya untuk sekedar bertanya.
Padahal kakek memberi perintah untuk menjaga Sherin dan mengawasi, tapi cuma 'iya' di mulut doang! Dia menjadi kurus seperti ini mereka bahkan tak mengenali.
Sungguh Sherin merasa kasihan dengan kehidupan pemilik tubuh asli. Punya keluarga lengkap walaupun ibunya tiada tapi tak pernah mendapatkan kasih sayang. Baginya percuma saja, tidak seperti Prisha yang tidak mempunyai siapa-siapa, kecuali adik kandung lelaki yang saat ini baru berusia tujuh belas tahun.
Adik? Tiba-tiba Sherin teringat dengan adiknya, bagaimana kabarnya? Adik kesayangannya yang ia rawat sejak masih usia satu tahun, saat itu Prisha masih berusia sepuluh tahun. Kenapa ia sampai melupakan hal ini? Terlalu sibuk mengurusi berat badan sampai lupa akan adiknya sendiri.
“Apa pedulimu tentang aku?” Sherin malah balik bertanya, Arvin nampak terkejut dengan nada bicara Sherin yang tiba-tiba berubah sejak kecelakaan.
Bukan hanya bentuk tubuh, tapi tingkah laku Sherin berubah secara tiba-tiba. Apa karena Sherin hilang ingatan? Semuanya menganggap begitu. Sherin yang dulunya penakut dan pemalu bahkan ceroboh kini berubah lebih tenang dalam bersikap, perkataan menjadi lebih tajam dan kini cara makan pun menjadi lebih anggun.
Seperti orang yang profesional, memahami etika makan, Arvin memandang tak percaya. Sherin yang dulunya begitu penurut kini menjadi lebih berani. Bahkan Iriana memandang Sherin dengan pandangan iri, seperti namanya.
Ternyata kalau Sherin menjadi lebih kurus, mukanya nampak sangat cantik. Walaupun ada pengganggu yaitu bekas luka di wajah Sherin yang belum hilang. Kulitnya memang putih, terlihat tinggi dan bentuk badan hampir ideal, terganggu karena masih ada lemak yang mengganjal.
Sarapan pagi dalam diam setelah pertanyaan Sherin yang menusuk. Hanya dentingan sendok yang terdengar, tiga orang yang duduk sedikit-sedikit melirik kearah Sherin yang sama sekali tak perduli. Cara makan itu, dan isi piringnya. Perbedaan Sherin yang sekarang dan yang dulu terlihat jelas.
Sherin membalik sendok, makanan di piringnya sudah habis. Ada rasa puas dan bangga dalam diri Sherin, sejak tadi ia tahu bahwa tiga orang itu menatapnya.
“Aku selesai ... ” ucap Sherin lalu bangkit, berniat pergi dari tempat itu. Tapi langkahnya terhenti kalau mendengar suara yang sangat ia kenali.
“Selamat pagi!!” Sherin menoleh, alangkah terkejutnya ia melihat pria itu datang ke sini.
Siapa lagi kalau bukan Rainer, mantan kekasih Prisha. Tanpa sadar tangannya terkepal kuat, tatapan terluka terlihat ketika melihat Rainer dengan romantis memeluk Iriana.
Sungguh pasangan yang serasi, kenapa dari dulu ia tak menyadari hal ini. Cinta memang membutakannya. Ia memang egois, dulu ia ingin Rainer terus di sisinya sampai hal itu begitu melukainya. Tapi apa kurangnya dia? Semua yang Rainer inginkan selalu Prisha berikan kecuali tubuhnya.
Sherin sangat menjunjung tinggi kehormatan wanita, tapi malahan hal itu membuat dirinya di selingkuhi.
“Wahh ... Bukankah dia kekasih Prisha? Belum lama Prisha meninggal tapi sudah mencari penggantinya,” ucap Sherin membuat dua orang yang sedang berpelukan itu saling melepas.
“Hei!! Jaga mulutmu! Aku bukan pengganti, kami sudah saling mencintai sejak lama. Dasar Prisha saja yang egois. Lagian dia sudah mati!” Iriana menunjuk Sherin, hendak maju mendekat tapi di tahan Rainer.
Melihat itu Sherin semakin merasa terluka, bagaimanapun juga ia sudah lama berpacaran dengan Rainer, bukan terhitung bulan melainkan tahun. Semudah itu Rainer menghancurkan kepercayaannya.
Tapi kini Sherin merasa ingin menghancurkan mereka berdua. Sherin termasuk orang yang pendendam. Sekecil apapun kesalahan, pasti akan Sherin balas. Sherin tersenyum sinis, 'nantikan balasan dariku!' Gumam Sherin lalu pergi dari tempat yang membuat emosinya naik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
MaMa INa
aq suka cara kamu menulis,, rapi. cerita nya juga walaupun tentang reinkarnasi tp gk lebay.. semoga ke depan nya bakalan lebih seru lagi.. semangat💪
2022-05-11
0
Jupilin Kaitang
jangan sampai ketahuan ya, buat dengan teratur rancananya
2022-04-27
0
Afshin
🤣🤣🤣Iri bener
2022-04-02
0