Satu minggu di rumah sakit membuat Sherin merengek pada nenek Linda agar bisa pulang. Sesungguhnya ia tak menyukai aroma rumah sakit, tiga hari berada di tempat itu rasanya sudah membuat Sherin mual.
Jika pun sakit, Sherin yang dulu masih menjadi Prisha pasti akan memanggil dokter pribadi dan tidak akan mau pergi ke rumah sakit. Tapi sekarang keadaannya berbeda.
Sherin turun dari mobil di bantu oleh pelayan, nenek Linda dan kakek Haris mengikutinya dari belakang. Nama kakek Haris baru Sherin tahu saat mereka baru akan pulang dari rumah sakit.
Saat masuk, ternyata ia sudah di tunggu oleh keluarga bermuka dua, ada ibu tirinya dan ayah kandungnya. “Kalian sudah sampai?” Laras berdiri dan menghampiri Sherin, di wajahnya ada senyuman palsu yang hanya bisa dilihat oleh Sherin. Sherin berdecak.
“Bukankah aku sudah menyuruh kalian menjemput Sherin? Kami sudah menunggu sampai sore tapi kalian tak datang-datang.” Kakek Haris langsung duduk di sofa, Sherin mengerti kondisi kakek yang sudah tua. Sherin juga tahu, bahwa pemilik asli tubuh ini adalah cucu kesayangan kakek Haris dan nenek Linda.
“Maaf, Pa. Bukannya aku tidak mau menjemput Sherin, tapi pekerjaanku di kantor menumpuk,” Sherin mencibir dalam hati mendengar perkataan ayah kandungnya. Alasan!
“Huh!” kakek memalingkan wajah.
“Aduh, Pa. Jangan marah sama Mas Arvin, harusnya aku saja tadi yang menjemput Sherin, tapi aku sendiri sedang menemani putriku ... ” Laras mencoba membujuk kakek agar tak marah, setahu Sherin, menurut hasil penyelidikannya selama dua hari ini, kakek tidaklah menyukai Laras.
Tapi ia tidak tahu kalau ternyata Laras mempunyai seorang putri.
“Kenapa Mamah harus menjemput si Gendut? Dia 'kan bukan anak Mamah!” suara yang sangat Sherin kenali, ia menoleh dan betapa terkejutnya melihat Iriana ada di sini.
Siapa Iriana? Dia adalah selingkuhan Rainer, kekasih Prisha. Dan yang pasti adalah musuh Prisha di dunia hiburan. Wanita yang sangat Prisha benci. Lalu kenapa dia ada di sini? Satu pertanyaan muncul di benak Sherin.
“Nek! Dia siapa?” tanya Prisha pura-pura tidak tahu, keluarga ini menganggap Sherin amnesia, jadi ia harus menjalankan perannya sebagai pasien yang lupa ingatan. Sekaligus mencari tahu apa status Iriana di keluarga ini.
“Ck! Dia kakak tiri mu, tapi bukan putri kandung ayahmu!” ucap nenek Linda dengan nada kesal, Sherin terkejut mendengarnya, permainan takdir macam apa ini? Ia berpindah tubuh ke gadis jelek yang merupakan adik dari musuhnya sendiri.
“Ohh ... ternyata dia lupa ingatan? Hahaha ... Baguslah kalau begitu,” ucapannya membuat Sherin berkerut dahi bingung.
“Jaga ucapanmu! Harusnya kamu menghibur Sherin agar tidak memiliki beban pikiran yang mampu membuat ingatannya kacau ... ” desis kakek sedikit keras, Iriana berdecak kesal.
“Ah!! Buat apa aku menghiburnya? Bicara dengannya saja aku malas,” Iriana langsung melenggang pergi, Sherin menatap lurus ke arah wanita itu.
Ternyata watak asli Iriana adalah sombong sama seperti dirinya. Tapi Iriana bertingkah sombong hanya di rumah, kalau sedang di luar ia akan bersikap manis sampai bisa menjebak kekasihnya dalam lubang cinta yang penuh muslihat.
“LARAS!! Apa kamu tak pernah mengajarkan putrimu sopan santun?” bentak kakek, Laras menunduk takut.
“Maaf, Pa. Aku memang terlalu memanjakannya, setelah ini biar aku bicara padanya dan menasehatinya.”
“Sherin ... Lebih baik kamu istirahat di kamar, biar pelayan yang mengantarmu, sebentar lagi kami berdua akan pulang. Jaga diri baik-baik ... ” kata nenek Linda memandang Sherin penuh rasa sayang.
“Nenek tidak tinggal di sini?”
“Tidak! Jika kamu rindu kamu bisa meminta antar supir untuk datang ke rumah Nenek,” lalu nenek berbisik di telinga Sherin. “Aku dan kakekmu tidak bisa tinggal di sini, suasana di rumah ini tidak baik bagi kesehatan kakekmu!”
Sherin tergelak begitu mengetahui maksud dari ucapan nenek Linda yang sebenarnya. Sherin mengangguk dan di bantu oleh pelayan pergi ke kamar.
Samar-samar Sherin masih bisa mendengar ucapan di ruang tamu. “Jaga cucuku baik-baik, aku tahu selama ini kamu tak menyayanginya, tapi walaupun begitu dia juga tetap anakmu!” kata kakek Haris.
“Iya, Pa.”
“Baiklah, aku pulang! Ingat pesanku ini. Kalau sampai aku mendengar dia kenapa-napa seperti kecelakaan kemarin, aku yang akan menghukum mu!!” Setelah itu Sherin tak lagi mendengar percakapan lain.
Sherin tiba di depan kamarnya, rupanya cukup jauh dan terletak di bagian belakang pojok lantai dua, dalam benak Sherin karena rumah ini besar maka kamarnya tak mungkin mengecewakan, tapi apalah daya, begitu memasuki kamar matanya langsung melebar mengetahui khayalannya terlalu berlebihan.
Apa ini? Pantas saja berada di tempat terbelakang, ternyata kamarnya kecil, sempit dan jelek. Hanya kamar berukuran 5×5, kasur buluk ukuran nomor dua, mana muat untuk tubuh melarnya saat ini.
Cat dinding yang sudah pucat, lemari dua pintu berwarna coklat yang warnanya sudah mulai luntur entah karena apa. Sherin merasa kamar ini layak dijadikan gudang dan tak pantas di sebut kamar.
“Ehem! Apa kamu yakin ini adalah kamarku?” Sherin menatap pelayan wanita separuh baya yang sedang menggandeng tangannya agar dia tak terjatuh karena kakinya yang masih sakit dan belum bisa berjalan lancar.
“Ya ampun, Non! Ternyata benar kata nyonya Linda kalau Non Sherin ini lupa ingatan? Biasanya Non Sherin manggil Mbok itu Ibu, tapi sekarang nggak.”
Eh? Sherin berdiri dengan kaku. Ia pikir pelayan ini tak akrab dengan pemilik tubuh asli. “Nama Ibu emangnya siapa?” Sherin merubah panggilannya seperti kata pelayan ini.
“Mbok namanya Tuti, biasanya yah Non Sherin suka ngeledek manggilnya Bu Tut, kayak barang udah mau rusak aja.”
Sherin tertawa mendengarnya, baru kali ini ia bertemu pelayan yang tidak kaku dengan majikan, malah seperti menganggap seperti anak sendiri. Jika saat kehidupannya masih menjadi Prisha, semua pelayan profesional, bertemu dengannya pun menundukkan kepala, tak seperti mbok Tuti ini.
“Tadi Non Sherin nanyain kamar yah? Ibu juga kesel sebenarnya, masa anak majikan tidur di tempat begini, tapi ya Ibu nggak bisa berbuat apa-apa, Ibu ini cuma pelayan. Ya udah, mendingan Non Sherin istirahat, nanti malam biar Ibu bawain makanan ke sini, Non jangan turun ke bawah ... ” Sherin hanya mengangguk, ia sudah duduk di tepi ranjang. Sedangkan mbok Tuti pergi keluar kamar meninggalkan dirinya sendiri.
Tiba-tiba ranjangnya berdecit, Sherin mendengus kesal, kalau begini tidurnya tidak akan nyenyak, malahan ia takut kalau ranjang ini ambruk karena berat badannya yang berlebihan.
Kali ini Sherin berpikir keras, kehidupannya saat ini lebih buruk dari yang ia kira, tidak jadi mati tapi sayangnya masuk ke dalam tubuh gadis gendut, menjadi anak orang kaya tapi kamar pun layak di sebut gudang bukan kamar.
Untuk merubah semuanya, Sherin harus memulai menurunkan berat badan. Di mulai dari hari ini, tak peduli walaupun kaki masih terasa nyeri, Sherin pelan-pelan melakukan olahraga.
Dua hari ia juga mencoba berkeliling rumah, rumah ini memang besar, di bagian belakang ada taman dan kolam renang, terdapat banyak kamar besar tapi Sherin hanya kebagian kamar yang cocok untuk di jadikan gudang.
Sherin meminta Bu Tuti merubah menu makanannya menjadi lebih teliti dan sehat, pagi dan malam ia akan melakukan olahraga di ruang khusus olahraga yang baru ia ketahui setelah berkeliling ke seluruh rumah.
Kaki yang terasa nyeri perlahan sembuh tak berbekas, kecuali luka di wajahnya yang sulit hilang. Beberapa hari di rumah Sherin benar-benar merubah kehidupan buruk Sherin yang dulu, dan membuatnya menjadi seperti Prisha yang sangat menjaga bentuk tubuh apalagi pola makan dan olahraga.
Satu hal yang membuat Sherin begitu syok adalah ketika melihat adanya kulkas di kamar dan saat di buka ternyata isinya hanya camilan yang bisa membuat tubuh gemuk jika terus menerus di konsumsi.
Akhirnya Sherin meminta Bu Tuti untuk mengeluarkan seluruh isi kulkas dan menggantikannya dengan jus buah dan susu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Jupilin Kaitang
bagus jug jiwa yang mau perebuhan. dengan tubu yang besar
2022-04-27
0
Afshin
Eh,, hapal kata butut juga thor... orang Sunda kah??
2022-04-02
0
Afshin
Uuuhhhh... dasar kedongdong, luarnya aja bagus, isinya kusut😤
2022-04-02
1