Vengeance Of Love
Suara teriakan menggema di seluruh penjuru ruangan konser arena, ketika satu buah lagu berhasil dinyanyikan dengan sempurna oleh seorang gadis kesayangan banyak orang. Petikan gitar dari jemari lentik itu berhenti, suara pelan namun indah di akhir lagu membuat semua penonton menikmati, bagai terhipnotis kini tak ada lagi yang mengeluarkan suara.
“Shasha ...!! ” teriakan kembali terdengar, senyum manis terukir indah dari bibir gadis itu mendengar suara penggemarnya yang begitu antusias.
“Baiklah! Lagu pembuka dari penyanyi tersayang kita sudah selesai. Tepuk tangannya lebih keras lagi!!” Suara MC membuat penonton semakin bersemangat. Tepukan tangan terdengar begitu meriahnya.
“Acara selanjutnya, kami akan mengumumkan siapa yang akan menjadi bintang terkenal tahun ini. Apakah sama seperti tahun sebelumnya atau tidak. Siap?!”
“Shasha!!” teriakan itu terdengar kembali, MC tertawa.
“Diva tahun ini, yang akan memegang piala kehormatan. Adalah ... PRISHA ADITRI!!!” Suara MC begitu keras, para penonton kembali berteriak senang. Tepuk tangan menambah kemeriahan acara di konser arena.
Prisha Aditri, yang memiliki nama panggung Shasha itu berdiri dari duduknya, maju perlahan dengan anggun. Kaki jenjangnya berjalan menuju podium. Lalu tangannya memegang piala yang sama seperti tahun-tahun sebelumnya dan mengangkatnya tinggi-tinggi.
“Saya, Prisha Aditri mengucapkan banyak terimakasih untuk para penggemar dan pendukung saya. Tanpa kalian saya tidak mungkin bisa sampai di titik ini. Karena hari ini hari ulang tahun saya juga, sebagai bonus, saya akan menyanyikan satu buah lagu khusus untuk kalian semua ... ” ucapan Prisha jelas membuat para penonton bersorak senang.
“Shasha!! I love you ... ”
“Shasha aku padamu ... ”
Ucapan para penonton sekaligus penggemar tak begitu jelas terdengar di telinga Prisha, karena suara mereka yang terlalu ramai. Prisha turun dari podium, lalu duduk di singgasananya, mengambil sebuah gitar dan mulai bernyanyi.
Lagu yang begitu indah, diciptakan oleh Prisha sendiri. Jemari lentiknya dengan lihai memetik senar gitar. Siapa saja yang mendengar, akan merasa seperti masuk ke dalamnya, suara indah terdengar di seluruh ruangan konser arena.
Sampai tak terasa malam semakin larut, acara sudah selesai dari lima belas menit yang lalu. Peluh keringat membanjiri dahi Prisha saat gadis yang baru saja menginjak usia 26 tahun itu masuk ke ruang istirahat.
“Minum.” Prisha merebahkan dirinya di atas sofa, napasnya sedikit terengah-engah. Ia seperti tak ada tenaga lagi untuk bergerak.
“Nih, Mbak!” Sang asisten dengan cepat memberikan sebotol air mineral, Prisha meneguk dengan cepat. Setelahnya dengan menggunakan tisu, asisten Prisha mengelap keringat di dahi.
Pintu ruang istirahat terbuka, nampak seorang wanita dewasa masuk ke dalam. “Acara malam ini berjalan lancar, selamat! Sekali lagi kamu mendapatkan penghargaan.” Anika, manajer Prisha menepuk pundak sang Diva.
“Aku sudah menduganya.” Prisha tersenyum tipis. Lalu tiba-tiba luntur saat mengingat sesuatu.
“Apa dia belum datang juga?” tanyanya dengan lirih, matanya menatap sendu ke arah Anika.
“Aku juga tidak tahu, sampai sekarang aku tak melihatnya. Mungkin sedang ada pekerjaan,” jawab Anika mengerti kegalauan artisnya saat ini. Pasalnya, pria yang menjadi kekasih Prisha sudah tiga hari tidak kelihatan batang hidungnya.
“Dia sudah menghilang selama tiga hari. Lebih baik aku pergi ke apartemen miliknya sekarang. Biasanya setiap tahun saat aku ulang tahun dia akan mengucapkannya pertama kali!” Prisha berdiri dari duduknya, Anika langsung menahan lengan gadis cantik yang baru memenangkan penghargaan itu.
“Tapi bukankah kamu lelah? Kamu baru saja menyelesaikan acara besar dan sekarang sudah larut malam. Apa kamu juga tak ingin membuka kado pemberian dari penggemarmu?”
“Aku bisa membukanya lain hari, aku harus cepat pergi! Sudah tiga hari dia menghilang dan tidak memberi aku kabar sama sekali!!” ucapnya sedikit emosi, Prisha melepas genggaman tangan Anika sang manajer.
“Mey ikut!” asisten bersuara.
“Tidak perlu! Sekarang saatnya kamu istirahat. Besok pagi aku akan mengabarimu ... ” tanpa mendengar perkataan lain lagi, Prisha langsung berjalan dengan langkah cepat. Ia tak peduli dengan rasa lelah di tubuhnya bahkan kantuk yang kini menyerang.
Tidak lupa dengan masker dan topi hitam agar tak ada yang mengenali. Prisha menaiki mobil pribadinya, keluar dari area parkir. Jalanan yang lenggang membuatnya bisa lebih cepat. Bagaimana tidak lenggang? Sekarang pukul satu malam, jelas saja hampir semua orang sudah pada tidur.
Tangannya dengan gesit memencet tombol lift gedung apartemen. Suasana sudah nampak sepi, tak ada tanda-tanda adanya orang berlalu lalang kecuali para pegawai yang bekerja shift malam.
Kini Prisha telah tiba di depan pintu apartemen kekasihnya, ia memencet tombol. Prisha tahu berapa sandi kamar kekasihnya. Setelah pintu terbuka, Prisha segera masuk. Matanya berkeliling saat melihat lampu di semua ruangan menyala, itu artinya Rainer, kekasih Prisha ada di sini.
Prisha menyunggingkan senyum, akhirnya setelah tiga hari mereka putus komunikasi, Prisha bisa memeluk kekasihnya kembali. Ia akan memberi tahu kabar gembira malam ini, bahwa ia telah memenangkan penghargaan sebagai penyanyi terbaik dan terfavorit tahun ini sama seperti tahun sebelumnya.
Kakinya melangkah menuju satu tempat, tiba di depan kamar, ia berhenti. Tenggorokannya tiba-tiba terasa tercekat, napasnya menjadi lebih cepat, kakinya menjadi lemas seketika, senyuman yang tadi mengembang luntur seketika, Prisha menajamkan telinganya, suara aneh begitu saja masuk ke telinga Prisha.
Ada apa ini?
Dengan tangan gemetar Prisha membuka pintu perlahan agar tak menimbulkan suara.
Deg!
Irama detak jantung Prisha semakin cepat, udara seakan berhenti masuk ke dalam paru-parunya. Matanya melotot saat melihat pemandangan menjijikkan. Prisha menutup mulutnya, lalu dengan cepat mengambil ponsel di tas kecil miliknya.
Setelah mengambil beberapa foto dan juga video, Prisha pun menggebrak pintu.
BRAKK!!!
Cukup keras bahkan sampai membuat pemilik kamar terkejut bukan main. Mata Prisha memanas, air matanya mengalir sudah. Seakan tak percaya bahwa ia telah di khianati. Prisha menyaksikan sendiri bagaimana kekasihnya sedang berolahraga di atas ranjang dengan buas.
Hati Prisha sakit, bagai di tusuk ribuan belati.
“Kenapa berhenti?!” tanya Prisha sinis.
“Sha-- Shasha, kamu-- ” Rainer menelan ludah dengan susah payah. Posisinya saat ini sedang tidak enak di lihat. Tubuhnya masih menindih lawan olahraga malamnya. Lidahnya terasa kelu.
“Ayo! Kalian lanjutkan biar aku video. Dasar kalian berdua tidak tahu malu!! Beraninya main belakang, kenapa tidak dari dulu bilang kalau sudah tidak tahan?! Pasti dengan cepat aku akan merestui hubungan menjijikkan kalian berdua ini ... ” belum sempat Prisha menyelesaikan omongannya, Rainer dengan cepat berteriak.
“CUKUP!! Aku tidak ingin mendengar ocehanmu lagi, selama ini aku sudah cukup sabar menghadapi sifatmu yang semena-mena dan kekanak-kanakan. Aku selalu mengalah dan menurutimu. Lebih baik kamu pergi!!” Rainer berpindah posisi, ia duduk di tepi ranjang. Tak lupa menyelimuti tubuh wanita yang barusan tengah di tidurinya.
“Baik! Aku akan pergi, aku akan mengingat hari ini. Dan kamu-- ” menunjuk ke arah pelakor yang tengah memandangnya dengan senyuman penuh kemenangan. “Kamu memang sudah lama menjadi musuhku, dan aku semakin membencimu, sekarang aku akan mengingat perbuatan menjijikkan kalian berdua, akan aku beri perhitungan suatu hari!!”
Prisha pergi dari tempat itu, tempat yang sebelumnya menjadi tempat ternyaman nya untuk beristirahat. Kini menjadi tempat yang akan selalu ia ingat dengan apa yang ia lihat hari ini.
Niat awal ingin memberi kejutan, malahan berbalik ia yang mendapat sebuah kejutan yang begitu mengejutkan.
Bisa-bisanya kekasihnya berselingkuh dengan musuhnya sendiri. Musuh di dunia hiburan. Wanita yang selalu menginginkan apa yang Prisha punya bahkan kekasihnya sendiri.
Prisha mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, dadanya bergemuruh menahan gejolak amarah yang menggebu. Rasa sakit di hatinya kini berubah dengan rasa benci yang begitu dalam.
Bahkan Prisha tak menyadari, dari lampu merah ia tak melihat ada sebuah mobil yang berjalan berlawanan arah. Sehingga Prisha menabrak mobil pribadi berwarna hitam itu. Kecelakaan cukup parah terjadi, Prisha tergeletak tak berdaya dengan darah berlumuran dimana-mana. Prisha menutup matanya yang terasa berat.
*****
Perlahan namun pasti, kelopak mata gadis itu terbuka. Sangat berat, kepalanya pusing dengan tubuh yang kaku. Matanya menatap sekeliling, ia sedang berada di sebuah ruangan bernuansa putih.
“Sherin!! Akhirnya kamu bangun ... ” ucap seorang wanita yang sudah tua, gadis itu mengernyitkan dahi, bingung.
Siapa Sherin?
“Astaga ... Kamu sungguh membuat kami takut, Nak! Apa ada yang sakit? Kenapa sejak tadi diam?” berbagai pertanyaan di lontarkan tapi gadis itu masih tak merespon.
Selain kepalanya yang terasa sakit, kini bertambah sakitnya saat memikirkan sesuatu yang tak masuk akal. Siapa Sherin? Kenapa dia ada di sini? Bukankah semalam ia menabrak sebuah mobil? Lalu mereka siapa?
Gadis itu mengamati sekeliling, astaga ... Banyak orang asing di sini.
“Kalian siapa?” tanyanya lirih menatap bingung membuat semua yang ada di ruangan bernuansa putih itu terdiam kaget.
“Ya ampun!! Apa otakmu juga ikut terluka?”
.
.
.
bersambung
Hai 👋 Selamat datang di novel baruku, semoga temen-temen betah di sini. Kasih dukungannya ya dengan like dan komen, itu aja udah cukup.
Happy Reading😚
Semoga suka, salam sayang dari pembuat halu😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
MaMa INa
coba baca ah
2022-05-11
0
Jupilin Kaitang
baru baca
2022-04-27
1
Yusneli Usman
Hallo Thor....wah kayaknya bagus ni...suka banget dgn kisah begini...beda dan seger.....kita cekidot dulu....👌🙏✌✌✌
2022-04-20
2