"Azariel itu artinya apa?"
"Coba tebak!"
"Pengendali air."
Nafla sendiri merasa bingung kenapa ia bisa spontan menjawab begitu, tetapi seingatnya memang ada seseorang yang mengatakan arti Azariel adalah Pengendali air. Meski, ia tidak tahu orang itu serius atau bercanda.
Tiba-tiba Az beranjak dari duduknya, lalu berjalan ke belakang tubuh Nafla. "Siap-siap! Sebentar lagi kamu akan terbang."
Tidak lama kemudian, Nafla merasakan ayunan yang didudukinya bergoyang. Semakin lama, semakin kencang, hingga membuatnya panik.
"Kak Azar!"
Ayunan perlahan berhenti, hingga terdengar suara berat khas pria, namun hangat. "Apa, Anin?"
Az beranjak, berjalan mengitari Nafla, lalu berjongkok tepat di depan gadis itu. Kedua tangannya, memegang tali ayunan yang sudah berhenti bergoyang. "Akhirnya kamu ingat juga."
Kening Nafla berkerut samar. Tatapan matanya terpaku pada wajah Az yang berada tepat di hadapannya. Wajah yang terlihat asing, namun terasa familiar.
Ingatannya perlahan melayang pada potongan-potongan kenangan dengan tokoh yang mungkin ia kenali.
"Kak Azar!" Nafla berteriak ketakutan saat Azar melepaskan tangannya dari sepeda yang sedang Nafla kayuh. Sedangkan, seorang anak laki-laki yang lebih tinggi darinya tampak berlari tepat di belakangnya dengan siap siaga.
"Kayuh saja terus! Kamu nggak akan jatuh."
"Kak Azar!" Hanya nama itu yang berulang kali Nafla sebut, sambil terus mengayuh sepeda kecilnya. Wajahnya tampak ketakutan.
Azar tertawa keras, lalu menangkap kembali sepeda yang dinaiki Nafla saat sepeda itu tampak oleng. "Lihat! Nggak jatuh, kan?"
Nafla tersenyum lebar, hingga menampilkan deretan gigi-gigi kecilnya. Azar memang selalu bisa diandalkan.
"Anin!" Mendengar mama yang sedang duduk di teras memanggil namanya. Nafla langsung bergegas lari, menghampiri. Rambutnya yang dikuncir dua tampak bergoyang lucu.
"Makan es krim, Sayang." Mama menyodorkan sebuah es krim rasa stoberi pada Nafla. Namun, gadis kecil itu masih tampak menengadahkan tangannnya.
"Untuk Kak Azar yang cokelat, ya, Ma?"
Mama tersenyum, lalu mengusap puncak kepala Nafla. Kemudian, memberikan satu buah es krim lagi pada gadis kecil itu. "Boleh, Sayang. Coba tanya dulu, Kak Azar boleh makan es krim enggak?"
Nafla mengangguk, lalu kembali berlari ke tempat Azar yang masih berdiri di tempat tadi. Ia menyodorkan sebuah es krim berwarna cokelat pada bocah laki-laki itu tanpa bertanya sesuai intruksi mama. "Buat Kak Azar yang cokelat. Anin yang stroberi."
Nafla dewasa masih termenung saat Az bangkit dan berdiri di depannya. Kemudian, dengan santai mengacak rambut Nafla yang masih duduk di atas ayunan. "Kelamaan! Ayo pulang."
Ingatan apa itu?
Nafla mengerjapkan matanya, lalu bergegas meninggalkan ayunan dan mengejar Az yang telah berjalan jauh di depannya. Matahari telah menyingsing, hingga menyisakan bias-bias warna jingga. Namun, Nafla masih saja penasaran dengan potongan kisah di otaknya.
"Kita kenal?"
"Enggak." Az menjawab tanpa menghentikan langkah. Membuat Nafla terseok-seok menyejajarkan langkah.
"Kak Azar siapa? Kamu? Kita teman SD?"
Kali ini Az tidak menjawab. Ia hanya menaikkan kedua bahunya, lalu membukakan pintu penumpang. Namun, Nafla justru membuka pintu di samping kemudi dan langsung duduk di sana. Ia belum selesai mengintrogasi.
"Atau kita teman SMP?" lanjut Nafla saat Az sudah duduk di jok kemudi dan memakai sabuk pengamannya.
Memang dasarnya Az punya bakat mengabaikan orang, apapun yang ditanyakan Nafla hanya dibalas sekadarnya. Kemudian, dengan santainya pemuda itu menghidupkan musik, hingga membuat Nafla mendelik kesal.
***
Nafla masih terus saja mencoba mengingat kembali potongan kenangan yang tiba-tiba muncul sore itu. Menggalinya pelan-pelan, lalu berteriak frustrasi. "Aku nggak ingat!"
Beberapa teman kantor yang duduk di dekatnya tampak mentapnya heran, tetapi Nafla tidak peduli. Ia benar-benar sedang penasaran.
Suara keributan sayup-sayup terdengar dari luar. Beberapa rekan kerja yang seruangan dengan Nafla mulai penasaran dan mengintip keluar. Sedangkan, Nafla memilih mengetuk-ngetuk pena ke atas meja, sembari terus mengingat.
"PELAKOOORRR!"
Bagai de javu, kejadian lama terulang lagi. Seorang wanita dengan memakai kaos ketat dan alis menukik, meringsek masuk ke ruangan. Kemudian, menyemburkan makian yang menyakitkan telinga.
"Mana ceweknya? Mana?!" Wanita itu berteriak keras, menggebrak meja, bahkan menendang kesana-kemari seperti orang kesetanan. Sedangkan, Nafla hanya duduk dan menatapnya malas.
"Bianca! Mana dia orangnya?!"
Para karwayan lain tampak enggan menjawab. Mereka memilih diam dan menjauh, meski tetap saja menjadikan hal itu sebagai tontonan. Karena tidak ada yang menjawab, maka Nafla dengan suka rela mengangkat tangannya sendiri. Sedangkan, sebelah tangannya lagi ia gunakanan untuk menopang dagu.
Istri Faiz yang melihat itu, sontak melebarkan matanya. Kemudian, berjalan penuh amarah ke arah Nafla. Namun, langkahnya terhenti karena Faiz mencoba menghalangi demi melindungi wanita pujaannya.
Cie!
Sempat terjadi pertengkaran suami istri di sana. Faiz yang bersikeras mencoba membawa sang istri pergi. Sedangkan, sang istri sekuat tenaga menyingkirkan tubuh Faiz yang menghalangi langkahnya untuk melabrak Nafla.
"Minggir kamu, Mas! Brengs*k!"
"Aku udah bilang keputusanku nggak ada hubungannya sama siapa-siapa! Jangan bikin malu, kamu!"
Tentu saja alasan Faiz itu tidak membuat sang istri percaya. Ini bukan perselingkuhan pertama suaminya. "Kamu kira aku percaya sama laki-laki baj*ngan kayak kamu!"
Wanita itu kini mulai meraung akibat emosinya yang membuncah. Ia terus mencoba melepaskan dirinya dari cegahan Faiz, hingga tamparan kuat melayang ke pipi Faiz dan menimbulkan suara dramatis.
"Laki-laki nggak tau diri! Nggak tau diuntung! Bangs*t!"
Entah makian apa lagi yang disemburkan wanita itu pada Faiz yang jelas wajah Faiz kini berubah merah padam. Hingga, Faiz mendorong tubuh istrinya dan berteriak, "Kamu kira aku tahan hidup sama perempuan cerewet kayak kamu?! Lihat tubuh kamu! Nggak ada yang bisa bikin aku nafsu."
Wanita itu kembali menyerang Faiz dengan membabi buta sambil menangis. Suaranya bahkan sudah terdengar serak akibat terlalu banyak berteriak.
Terlalu sibuk melindungi dirinya sendiri dari pukulan, membuat Faiz tidak sadar jika sang istri sudah dengan cepat mendekati Nafla dan menjambak rambut gadis itu. Kemudian, mendorong kuat tubuh Nafla, hingga terjatuh ke lantai.
Nafla yang tidak siaga, tampak terkejut dengan situasi ini. Saat ia akan bangkit, tiba-tiba ia merasakan tubuhnya terdorong dan terhempas dengan keras. Cahaya sangat terang juga mendadak muncul dan membuatnya memejamkan mata kuat. Namun, saat ia membuka matanya kembali, ia justru melihat Bianca sedang memegang kepala.
Ya! Bianca.
Nafla menundukkan pandangannya dan memeriksa tubuhnya sendiri. Matanya dibuat melebar saat menyadari dirinya telah terlempar keluar dari tubuh Bianca.
Nafla panik. Ia menggelengkan kepalanya saat menatap Bianca yang berdiri terhuyung sambil memegang kepala.
"Jangan sekarang, Bianca!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
🦃⃝⃡ℱᵇᵃˢᵉ🥀Am@π&@ 😉🥀
lah ko cepet sekali thor jiwa Nafla kembali ke semula
2022-04-03
1
🦃⃝⃡ℱᵇᵃˢᵉ🥀Am@π&@ 😉🥀
no komen thor
2022-04-03
1
Syalalala~
ehh, kok bisa yaa🤔
coba jangan sekarang, nanti aja, baru aja sebentar bertukar tubuh udah balik lagi🤭
2022-03-08
0