Part 14
________
Pagi itu, Aswin bangun sangat cepat. Ia bangun pukul 05:00 pagi, baju piyama masih melekat di tubuh kekarnya. Aswin bangkit dari ranjang mengambil ponsel yang berada di atas meja kamar di samping ranjangnya. Aswin membuka layar ponsel, menekan kontak nomor Ararya.
Setelah menunggu 5 menit, Revival mengangkat panggilan Aswin.
📲 “Apa kamu sudah siap.” Tanya Aswin berbisik pelan di telepon, karena ia tidak ingin membangunkan Elakshi yang masih terlelap tidur.
📲 “Sudah Presdir.” Sahut Revival.
📲 “Kalau begitu nanti jemput aku tepat jam 06:00 pagi di Vila. Aku tidak ingin kita terlambat, karena hari ini ada rapat paling penting dari Negara A.” ucap Aswin yang masih berbisik.
📲 “Baik. Presdir.” Sahut Revival.
📲 “Kalau begitu aku tutup teleponnya.”
Aswin mengakhiri panggilannya, kedua mata menoleh ke ranjang dimana Elakshi masih terlelap tidur. Aswin berjalan mendekati ranjang, ia duduk ditepian ranjang menatap indahnya wajah wanita yang terlihat cantik meski tanpa riasan wajah dan semakin cantik saat tidur.
Aswin mengulurkan tangannya, hendak menyentuh pipi mulus dari wanita yang ia sukai. Tapi ia sadar, kalau ia sudah berjanji tidak akan melakukan hal dimana Elakshi tidak suka. Aswin memalingkan wajah yang tersenyum lebar. “Kamu terlalu indah untuk orang lain, dan aku tidak akan membagi ke indahan itu dengan orang lain. Kamu adalah milikku Lola Elakshi dan aku sangat mencintai kamu, meski kau belum membuka pintu hatimu untukku dan memaafkanku.” Gumam Aswin pelan. Aswin melangkah pergi menuju kamar mandi.
30 menit kemudian, Aswin sudah bersiap dengan stelan jas yang rapih, tangan kanan memegang laptop. Aswin berjalan menuruni anak tangga, di mana sudah menunggu Revival dan bibi Resti di bawah tangga.
Aswin mendekati bibi Resti. “Bibi. Jangan buat makan siang yang banyak, karena aku tidak akan pulang untuk makan siang. Bibi siapkan makanan buat Elakshi saja, dan satu lagi. Tolong jaga dia untukku, jika ada hal buruk yang menimpa dirinya segera hubungi aku.”
Bibir Resti menunduk. “Siap.” Bibi Resti menoleh menatap lurus ke arah anak tangga. “Nona muda di mana, Presdir?”
“Dia masih tertidur di kamar, jam 09:00 belum bangun juga. Tolong bibi bangunkan, karena tidak bagus tidur terlalu lama. Dan aku permisi pamit dulu.” Aswin melangkah pergi meninggalkan bibi Resti yang menatap kepergiannya.
Bibi Resti berbalik badan, bibir tersenyum manis. “Uluh..uluh.. Presdir muda ternyata sangat peduli. Beruntung banget nona muda mendapatkan pria seperti Presdir muda. Jadi ingat masa muda dulu.” Gumam bibi Resti melangkah pergi menuju dapur.
Tap!
Tap!
Terdengar suara langkah kaki berlari menuruni anak tangga. Bibi Resti yang hampir sampai di ruang dapur segera menoleh ke arah di mana suara langkah kaki yang baru saja ia dengar. Kedua mata membesar, bibi Resti berlari mendekati anak tangga. Kedua tangan melambai.
“Aduh! Kenapa nona muda suka berlari saat menuruni anak tangga. Nanti nona muda bisa jatuh dan bibi akan di marahi Presdir nantinya.”
Elakshi turun, bibir tersenyum manis menatap wajah bibi Resti yang terlihat cemas memandangnya. “Pagi bibi Resti. Tadi aku dengar Presdir sudah pergi bekerja ya?” tanya penuh semangat.
“Baru saja pergi kerja dengan Revival. Emang kenapa nona muda?” tanya bibi Resti menatap serius wajah Elakshi yang masih terus tersenyum manis.
Tangan kanan di letakkan di bahu bibi Resti. “Bibi. Nanti aku ingin pergi ke pusat perbelanjaan, mau beli Mack up dan kebutuhan yang lainnya yang sudah habis. Jika Presdir sudah pulang terlebih dulu dariku, tolong sampaikan izin dariku.” Rayu Elakshi bernada lembut ke bibi Resti.
Bibi Resti menggeleng. “Tidak. Presdir sudah berpesan kepada bibi untuk menjaga nona muda, jika nona muda mau pergi. Bibi juga ikut pergi bersama nona.”
“Tidak usah, bibi di rumah saja. Aku pamit pergi dulu bibi Resti yang cantik.” Elakshi meraih tangan bibi Resti mencium punggung tangan kanan bibi Resti. Elakshi berlari cepat menuju pintu Vila rumah dengan cepat agar bibi Resti tidak mengikutinya.
...Di pusat kota....
...🥴🥴...
Elakshi turun di pusat kota yang berjejer bangunan yang menjulang tinggi. Elakshi yang sudah memakai baju rapih berdiri di depan Restoran mewah, ia menarik nafas panjang. “Semoga aku di terima bekerja di sini.” Gumamnya pelan, kaki kanan melangkah pergi masuk ke dalam Restoran.
5 menit kemudian ia keluar dengan wajah yang terlihat sedih, wajah tertunduk, bibir bawah di gigit. “Hush! Ternyata hanya tamatan SMA sulit untuk mencari pekerjaan di kota yang besar ini.” Keluh Elakshi yang terus melangkah.
Kedua kaki terhenti di depan Hotel mewah, di depan pintu masuk terpampang jelas sebuah pengumuman menerima lowongan kerja untuk OB khusus wanita. Elakshi tersenyum manis. “Akhirnya ada pekerjaan juga. Untuk Presdir muda Aswin. Tolong maafkan diriku yang mencari pekerjaan tidak pamit.” Gumamnya pelan.
Saat hendak masuk ke dalam Hotel mewah. Dua orang penjaga bertubuh tegap mencegat Elakshi.
“Ada rapat penting di dalam, dan sekarang tidak lagi menerima pelayanan kamar.”
Kedua tangan Elakshi melambai. “Tidak. Aku hanya ingin melamar pekerjaan di sini.” Elakshi mengulurkan jari telunjuknya ke pengumuman yang tertempel di pintu masuk. “Itu. Aku lihat di sini menerima OB. Jadi izinkan aku melamar bekerja di sini tuan.” Ucap Elakshi berwajah polos yang cantik meluluhkan hati 2 orang penjaga yang terlihat sangar.
“Baiklah. Mari kami antar ke ruangan bos.” Ucap salah satu penjaga mengantar Elakshi ke ruangan Bos pemilik Hotel mewah.
30 menit kemudian, Elakshi keluar dari kamar ganti. Wajah tersenyum manis, kedua tangan merapihkan baju yang sudah berganti menjadi baju OB. Rambut panjang ikal bawah di kuncir 1 satu, membuat jenjang leher yang mulus terlihat begitu sangat indah bagi siapa saja yang melihatnya.
“Akhirnya aku dapat pekerjaan juga.”
Elakshi melangkah pergi, serbet dan kemoceng di pegang di tangan kanan. Elakshi membersihkan berapa kamar, wajah mulus mengalir keringat yang sesekali tangan kanan menyeka keringat yang mengalir.
Dan tugas terakhir yang akan di kerjakan Elakshi adalah di ruang rapat khusus. Kedua kaki terhenti di depan ruang rapat khusus. “Walau pun terasa lelah aku harus semangat. Demi membantu pengobatan Ayah.” Elakshi membuka pintu ruangan rapat.
Kaki kanan masuk ke dalam, kedua mata tidak melihat sekeliling. Antara semangat dan letih menjadi satu yang ada di pikirannya hanya menyelesaikan tugas. Di ujung ruangan terdapat 2 sofa yang cukup besar yang saat itu punggung sofa membelakangi pintu ruangan, membuat orang yang masuk tidak mengetahui jika masih ada orang di dalamnya.
Elakshi tidak menyadari jika di dalam ruangan masih ada 2 orang pria yang sedang duduk di sofa yang cukup besar. 2 orang pria tersebut ternyata Aswin dan rekan bisnisnya. Aswin membulatkan kedua bola matanya saat menatap Elakshi memakai baju OB.
Aswin yang masih duduk dengan rekan bisnisnya menatap Elakshi yang serius membersihkan sampah bekas rapat yang terlihat baru saja selesai.
Rekan bisnis Aswin tersenyum manis, bibir bergerak. “Cantik juga wanita itu.” bisik nya pelan di telinga Aswin.
Mendengar ucapan dari rekan bisnis yang ternyata memandang wanitanya. Aswin mengepal erat tangan kanan yang memegang pena, Aswin terlihat sangat marah ia terus mengepal erat tangannya membuat pena yang berada di genggamannya terbelah menjadi 2 bagian, saat melihat Elakshi yang terlalu fokus membersihkan ruangan hingga tak menyadari jika masih ada orang di dalamnya.
“Permisi.” Ucap Aswin yang berdiri, berpamitan dengan nada lembut ke rekan bisnisnya. Tangan kiri memegang laptop kesayangan, Aswin terus melangkah mendekati Elakshi, kedua kaki terhenti di belakang Elakshi yang masih membersihkan meja.
Tangan Elakshi terhenti saat ada tangan pria yang menggenggam erat pergelangan tangannya. Elakshi menolehkan wajahnya menatap tangan pria mana yanag berani menyentuh kulitnya. Wajah panik, tubuh terasa kaku saat tahu tangan tersebut adalah tangan Aswin.
Elakshi menolehkan wajahnya dari tatapan Aswin yang menatap dirinya suram. Dada berdetak kencang, ia tahu jika ia akan di hukum oleh Aswin. “Bagaimana bisa.” Gumamnya sangat pelan.
Tanpa mengucapkan satu patah kata, Aswin menggendong tubuh mungil Elakshi dengan satu tangan kanan dan meletakkan tubuh itu di atas bahu kekar kanan miliknya. Elakshi hanya diam saat di perlakukan seperti itu, ia menutup wajahnya dengan kedua tangan yang kotor terkena debu.
...Vila Aswin....
...🧐🧐...
Aswin yang turun dari mobil, menggendong tubuh Elakshi. Wajah suram menatap lurus ke depan. Langkah kaki terus berjalan masuk ke dalam Vila.
Bibi Resti dan Revival hanya bisa diam saat melihat tuan rumahnya terlihat sangat kesal. Mereka tahu jika Aswin sudah marah tidak ada yang bisa menenangkan tuan muda yang tampan itu.
Aswin terus melangkah masuk ke dalam kamar, ia menjatuhkan Elakshi di atas ranjang. Aswin berjalan kembali mengunci pintu kamar, Aswin membuka jas dan kemeja yang ia kenakan.
Elakshi hanya diam meringkuk menutup wajahnya, ia tidak mau menatap wajah Aswin yang terlihat suram.
Mampuslah. Apa yang akan dia lakukan kepadaku.
Habislah aku, dia akan melumatku dan menelanku hari ini juga.
Batin Elakshi yang sedang ketakutan.
Aswin naik ke atas ranjang, dada kekar tubuh bak roti sobek terpampang jelas. Aswin menindih tubuh Elaskhi, masing-masing tangan menggenggam pergelangan tangan Elakshi yang bergetar ketakutan.
“Lihat aku.” bentak Aswin menatapnya tajam.
“Ma-maaf. Aku tahu aku salah.” Sahut Elakshi pelan dengan suara gugup. Wajah Elakshi yang merasa bersalah tak mampu melihat wajah Aswin. Elakshi tetap menolehkan wajahnya tanpa menatap wajah Aswin.
Tangan kanan Aswin memegang dagu Elakshi. Membuat kedua mata saling menatap. Aswin mendekatkan wajahnya melayangkan kecupan yang tidak biasa. Tangan kanan kembali menggenggam erat pergelangan tangan Elakshi. Aswin terus melayangkan kecupan, ******* rakus menjelajahi ruang mulut Elakshi dan membuatnya seperti kekurangan oksigen.
Elakshi memberontak, namun tidak bisa terlawan. Aswin terus melakukan aksinya, menelusuri jenjang leher yang mulus dan membuat jejak merah yang cukup banyak. Aswin terus menggila, ia membuka paksa kancing baju OB yang masih di kenakan Elakshi. Terlihat jelas 2 gunung kembar yang terlihat bersih dan mengkilap masih terbalut kain.
Aswin membuka kain yang menutup 2 gunung kembar milik Elakshi yang masih terlihat tinggi seperti tidak pernah tersentuh sama sekali. Tangan kiri Aswin menggenggam erat gunung sebelah kiri, sedangkan bibirnya terhenti di gunung sebelah kanan. ******* habis, membuat Elakshi terbuai dan mengeluarkan suara khas yang begitu semakin membuat Aswin menggila.
Saat Aswin hendak membuka kancing celana Elakshi. Aswin tersadar jika perbuatannya tidak benar, ia menarik selimut menyelimuti tubuh Elakshi. Aswin melangkah pergi melampiaskan marahnya di dalam kamar mandi.
...Bersambung.......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Aumy Re
bakal bikin trauma nggak ya
2022-05-20
0
meli meilia
duriruu.. duriru.. semangatt up kaakk
2022-04-19
0
Wirda Lubis
cepat menikah biar alakshi patuh pada suami
2022-04-15
0