Part 10
_______
Pagi menyapa dengan indahnya, sinar matahari menyelinap masuk melalui sela-sela kain jendela yang terurai panjang menyentuh lantai marmer kamar. Elakshi tidak sadar jika dirinya yang masih tertidur memeluk tubuh kekar Aswin. Aswin yang sudah terbangun hanya tersenyum manis menatap wajah indah dan polosnya wanita yang ia sukai memeluk dirinya.
Kedua mata Elakshi bergerak perlahan. Melihat Elakshi menggerakkan kedua matanya, Aswin segera memejamkan kedua matanya kembali.
Elakshi membuka kedua matanya. Kedua mata di kedip memandang wajah tampan Aswin yang sedang terpejam berada tepat di samping wajahnya. Lengan kekar dan sedikit berotot menjadi bantal buat Elakshi tidur. Elakshi duduk, kedua tangan di letakkan di wajah. “Kenapa aku bisa tertidur di samping dan lengan dia.”
Elakshi menoleh, menatap wajah Aswin yang masih tertidur. Elakshi mendekatkan pandangannya hanya berjarak 10 cm dari wajah Aswin yang masih tertidur. “Tampan sekali.” Elakshi menggelengkan kepalanya. “Apa yang aku pikirkan.” Ia memukul pelan kepalanya. “Sadar-sadar. Dia seorang pemuda yang selalu menghina kamu Lola Elakshi, jangan terbuai dengan ketampanan nya. Ingat apa tujuan kamu untuknya.”
“Sebaiknya aku mandi dulu.” Ucapnya pelan, kedua kaki menggantung di tepian ranjang. Saat tapak kaki kanan hendak menyentuh lantai, pergelangan tangan kanan Elakshi di cengkram oleh Aswin. Elakshi menoleh sedikit. “Siapa yang memegang tanganku.” Ucapnya pelan.
Aswin memutar arah tidurnya menjadi miring tepat di belakang Elakshi yang sedang duduk. “Kamu mau kemana?” tanya Aswin menatap wajah polos Elakshi yang baru saja bangun tidur. Kedua mata Aswin terpanah menatap wajah polos yang cantik tanpa riasan.
Cantiknya sangat sempurna.
Aku tidak tahan lagi ingin segera memiliki dirinya seutuhnya dan menjadikan dirinya menjadi wanitaku untuk selamanya.
Gumam Aswin di dalam hati.
Elakshi melepaskan perlahan genggaman tangan Aswin, wajah datar menatap wajah Aswin yang memerah. “Permisi. Aku ingin ke kamar mandi.” Elakshi berdiri melangkah pergi meninggalkan Aswin yang masih terpanah menatap dirinya.
...Di ruang makan....
...🤤🤤...
Aswin dan Elakshi duduk menikmati santap sarapan pagi. Aswin terus menatap wajah cantik Elakshi, ia menelan saliva saat menatap makanan yang masuk ke dalam mulut yang masih terlihat indah dan bagus. Saat Elakshi hendak menyapu bekas makanan dengan tisu, Aswin bergerak cepat mendekati Elakshi dan melayangkan kecupan lembut di bibir Elakshi.
Elakshi mendorong kasar tubuh kekar Aswin, dahi Elakshi mengerut menatap tajam wajah Aswin yang berdiri di sampingnya. “Apa yang Anda lakukan, kenapa Anda lagi-lagi mencium bibir wanita jelek.” Tandas Elakshi.
Aswin berbalik badan, dahinya mengerut. Aswin tidak menyangka jika Elakshi menaruh dendam atas perkataan yang menutupi gengsi bahwa ia sebenarnya menyukai Elakshi. Gengsi mengakui jika saat pandangan pertama ia sudah jatuh cinta dengan kedua mata coklat dan rambut ikal bawah yang terurai panjang begitu sangat indah.
Aswin berjalan meninggalkan ruang makan dengan wajah yang terlihat kesal. Aswin terus berjalan menuju ruang baca miliknya.
Dada Elakshi terasa sesak, saat melihat perlakuan Aswin yang selalu seenaknya saja berbuat semaunya kepada dirinya. Elakshi berbalik badan, melangkah pergi meninggalkan ruang makan.
Bibi Resti yang sedari tadi berdiri di depan pintu ruang dapur mengepal serbet yang ia genggam. Bibi Resti merasa geram saat melihat tindakan Aswin yang tidak pernah mengakui perasaannya kepada Elakshi. “Aduh. Presdir muda ini kenapa gengsinya tinggi sekali, jujur saja kenapa tentang perasaan yang sebenarnya kepada nona muda.” Gumam bibi Resti pelan menatap Elakshi yang terus melangkah pergi menuju taman belakang.
...Di taman belakang....
...😉😉...
Elakshi berdiri, tangan kanan di letakkan di jenjang leher yang terlihat sedikit menegang akibat memikirkan perlakuan Aswin yang selalu memandang rendah dirinya dan berbuat seenaknya.
“Dia pikir dia siapa? Berani sesuka hatinya kepadaku, setelah menghinaku dia ingin menikmati sebagian yang aku punya. Enak saja dia.” Elakshi berjalan mendekati jejeran bunga yang tengah tumbuh mekar.
Elakshi tersenyum manis menatap macam warna bunga yang bermekaran di pagi hari, kupu-kupu, burung dan kumbang terbang bebas. Elakshi berjalan mendekati bunga-bunga tersebut. Langkah kaki terhenti di depan bunga mawar merah yang sedang mekar begitu sangat indahnya.
Elakshi hendak memetik bunga mawar merah yang sedang mekar, namun ujung jari telunjuknya tersentuh duri dari batang bunga mawar. “Auwh.” Elakshi segera mengambil tangannya yang tertusuk duri, hingga membuat jari telunjuknya berdarah.
Dari arah belakang Elakshi, mengulur tangan kekar yang meraih jari telunjuk yang berdarah. Tangan kekar itu adalah tangan Aswin, tanpa bertanya Aswin langsung memasukkan jari telunjuk ke dalam bibirnya.
Elakshi memberontak, ia menarik tangannya namun tangan Aswin menahannya sangat kuat. Dahi Aswin mengerut menatap tajam wajah Elakshi yang menatap tajam dirinya. Tatapan sengit pun tak bisa terelakkan. Aswin mengeluarkan jari telunjuk Elakshi, menekan kuat jari telunjuk yang terluka agar darah tidak mengalir.
“Apa kamu tidak punya mulut untuk meminta tolong kepadaku untuk mengambilkan bunga mawar yang berduri. Dan apa kamu memang senang membuat diri kamu terluka.” Bentak Aswin menatap tajam wajah cantik yang tertunduk. Aswin menarik tangan Elakshi. “Mari ikut aku masuk ke dalam.”
Elakshi memukul pelan lengan kekar Aswin. “Lepaskan. Anda terlalu berlebihan, ini hanya luka kecil. Aku tidak mau ikut dengan Anda masuk ke dalam.”
Aswin menghentikan langkah kakinya, menatap tajam wajah Elakshi. “Luka kecil kamu bilang. Semua itu berawal dari kecil bisa menjadi luka besar. Aku tidak ingin berdebat dengan kamu.” Aswin kembali melangkah dengan cepat menarik tangan Elakshi.
Elakshi hanya diam, bibir manyun menatap tajam punggung kekar Aswin yang berjalan di depannya.
Kekuatirannya terlalu berlebihan, dan sikap apa yang baru saja ia tunjukkan kepadaku.
Hati ini terasa campur aduk saat melihat perlakuannya, antara dendam, dan benci menjadi satu.
Gumam Elakshi di dalam hati, bibir manyun dengan kedua kaki mengikuti langkah kaki Aswin yang berada di depannya.
Aswin terus menarik Elakshi sampai memasuki ruang tamu, Aswin terus menarik tangan Elakshi sampai ia duduk di sofa. Aswin berdiri, kedua mata menatap ruang dapur. “Bibi Resti. Tolong bawakan kotak P3K ke sini, cepat.”
“Buat apa kotak P3K, tidak ada yang terluka parah.” sambung Elakshi dengan wajah bingung menatap Aswin yang sedang berdiri di depannya.
Aswin menatap tajam wajah Elakshi yang duduk di hadapannya. “Diam.”
Elakshi diam, ia menundukkan pandangannya. “Terlalu berlebihan. Ayah aku saja tidak pernah seperti ini.” Gumamnya pelan.
Aswin duduk di samping Elakshi, sepertinya ia mendengar keluhan Elakshi. “Aku bukan Ayah kamu. Aku adalah pria yang berusaha melindungi wanitanya.” Bisik Aswin pelan di daun telinga Elakshi.
Kedua mata coklat Elakshi membesar.
Wanitanya.
Apa maksud ucapan yang baru saja di ucapkan nya.
Gumam Elakshi di dalam hati, membuat dendam yang ingin di balasnya kepada Aswin sedikit memudar.
Bibi Resti datang membawa kotak P3K. “Presdir. Ini kotaknya dan siapa yang terluka?” tanya bibi Resti menatap wajah Elakshi yang tertunduk.
“Ini.” Tandas Aswin mengarahkan bibirnya ke Elakshi.
“Aduh. Saya sudah bilang, nona muda harus hati-hati karena nanti Presdir muda….” Ucapan bibi Resti yang kuatir akan keadaan Elakshi terhenti saat menatap wajah Aswin yang memberikan kode untuk berhenti membicarakan dirinya.
“Karena nanti kenapa bibi Resti?” tanya Elakshi yang masih bingung dengan ucapan bibi Resti yang terputus.
“Tidak-tidak. Saya masih ada pekerjaan di dapur, saya permisi dulu nona muda dan Presdir.” Bibi Resti berbalik badan melangkah pergi meninggalkan ruang tamu.
Aswin membuka kotak P3K, mengambil plester bermotif boneka warna merah muda melekatkan di jari telunjuk Elakshi yang tertusuk duri dari batang bunga mawar merah.
Elakshi menatap wajah Aswin yang masih memegang tangannya.
Kamu semakin membuat aku bimbang, perlakuan kamu yang seperti ini yang terus aku harap kan dari Ayahku yang sampai sekarang tidak pernah aku dapatkan.
Tapi sekarang aku dapatkan dari kamu.
Ucapan kamu yang berkata aku wanita jelek masih membekas di telingaku dan ingin sekali aku membalasnya.
Tapi kenapa kamu membuat aku bimbang dengan sikap yang baru saja kamu buat ke aku.
Gumam Elakshi di dalam hati. Ia meraih tangan yang di pegang Aswin. “Terima kasih.” Ucapnya lembut. Elakshi berdiri. “Sudah siang. Apa Anda tidak pergi bekerja?”
“Tidak. Aku bisa mengerjakannya dari sini.” Tandas Aswin datar.
“Jika aku boleh tahu, bisnis yang Presdir jalani apa?” tanya Elakshi dengan penuh ragu.
“Kamu tidak perlu tahu.” Sahut singkat Aswin.
Aswin berdiri. “Aku ada di ruang baca, jika kamu butuh sesuatu datang saja di ruang baca.” Ucap Aswin sedikit canggung.
...Bersambung........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Wirda Lubis
Aswin jujur bilang cinta sama alekshi jangan gengsi
2022-04-15
0
Ana Yulia
si Aswin gengsinuat gedean 🤦
2022-03-13
0
Realpcy_Cyl
mampir lagi tor
2022-03-13
0