🌸
🌸
Syakila menyantap soto daging yang dia pesan tanpa peduli dengan cowok yang menatapnya sedari tadi tanpa berkedip. Risih juga sebenarnya, tapi mau gimana lagi, kebutuhan perut itu yang utama. Ngapain gengsi-gengsian, kalo nggak bikin kenyang.
Sudah punya suami ini.
"Sya..." Damar mengusik Syakila yang begitu menikmati sarapannya.
"Apa kak."
"Ng....kamu udah punya pacar belum?" tanya Damar sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, wajahnya tampak merona.
Syakila memandang Damar sekilas,"aku belum punya pacar sih kak"
"Oh ya?" Damar sontak berbinar, kuncup cinta di hatinya mulai bermekaran, rasa suka yang sudah dia pendam sejak pertama melihat Syakila, satu tahun yang lalu. Entah kenapa, hatinya begitu terpaut kepada cewek berambut keriting sebahu itu.
Mungkin karena dia selalu terlihat ceria,apa adanya, sederhana juga, dan terkesan cuek dengan lawan jenis. Tidak seperti gadis-gadis yang selalu mengejarnya selama ini.
"Heem.."
"Kalo begitu, boleh dong aku jadi pacar kamu, aku suka sama kamu Sya" kata Damar jujur, senyum tulus terlukis dari bibirnya.
Uhuk....
Syakila sontak tersedak kuah soto yang bercampur sambal, membuat Damar panik dan segera menyodorkan air mineral botol yang sudah dia buka tutupnya.
Syakila segera meneguknya hingga setengahnya, nasi sotonya yang tinggal beberapa sendok sudah tidak membuatnya bernafsu lagi.
"Kenapa Sya, tiba-tiba batuk?" tanya Damar lembut.
"Kaget aku dengar ucapan kakak"
"Gimana Sya, ?" Damar menatap gadis cantik didepannya penuh harap.
"Maaf kak, tapi aku tidak bisa menerima cinta kakak, makasih banget sudah menyukai aku, tapi maaf, aku nggak bisa" kata Syakila, dia memandang cowok yang terlihat shock mendengar kata-katanya barusan.
"Ta...tapi, kenapa Sya? bukannya kamu belum punya pacar?"
"Aku memang belum punya pacar kak, tapi aku sudah punya suami"
"Apa!" Damar terlihat terbelalak, dia memandang Syakila tak percaya.
"Jangan bercanda Sya."
"Aku serius kak, satu minggu yang lalu aku baru saja menikah, ini buktinya" Syakila menunjukkan cincin pernikahannya dengan Gaharu kepada Damar.
Cowok 22 tahun itu terdiam, hatinya telah patah jadi dua. Baru saja merasa berbunga-bunga, tapi sekarang menjadi layu begitu saja.
"Aku terlambat Sya, andai saja aku lebih berani terus terang sama kamu Sya" guman Damar.
"Maaf kak, kalo kakak mau, banyak kan yang suka sama kakak?"
"Perasaan tidak bisa di paksakan Sya, aku juga tidak tau, bagaimana hati ini bisa terpaut kepadamu" ucap Damar, dia terlihat lebih tenang. Bolehkah aku berharap suatu saat dia jadi janda.
"Iya kak, maaf, kita tidak berjodoh, " kata Syakila lembut. Bagaimanakah dia dulu juga sempat menyukai kakak tingkatnya itu, tapi karena Damar yang hanya menganggap dia teman, membuatnya tahu diri, dan perlahan-lahan membuang rasa tertariknya kepada Damar.
Dan sekarang, di saat dia sudah punya suami, Damar malah menyatakan cinta kepadanya.
Sudahlah, mungkin memang bukan jodoh Damar.
"Boleh nggak Sya kalo aku bilang akan menunggu jandamu?"
"Astaghfirullah, kak, berarti kakak mendoakan aku cerai dong?" Syakila tampak melotot, sungguh tak habis pikir dia dengan Damar, bisa-bisanya bilang akan menunggu jandanya.
"Maaf Sya.."
"Kakak bisa cari gadis yang lebih baik dari aku, di kampus kita kan banyak yang ngejar kakak, hanya perlu membuka sedikit hati kakak saja" Syakila berdiri, dan dia pamit kepada Damar yang masih melamun.
"Aku pergi dulu kak, makananku biar aku bayar sendiri" Syakila bergegas pergi, meninggal Damar yang masih betah melamun.
🌸
🌸
"Sya, nglamun aja sih" Arum menepuk bahu Syakila setelah kelas pagi ini selesai. Hanya tinggal Syakila dan Arum saja.
"Hah, apa Rum?" Syakila menatap Arum bingung.
"Ada apa sih?" tanya Arum, dia mengajak Syakila keluar dari kelas."Ke taman aja yuk" ajak Arum.
Keduanya duduk bersisian di kursi taman yang ada di kampus, banyak pohon-pohon yang rindang, yang membuat tempat itu jadi sejuk, dan alternatif tempat jika sedang bad mood.
"Ada masalah Sya?" tanya Arum.
"Ada sih Rum"
"Ada apa, kalo aku boleh tahu"
"Kak Damar nembak aku tadi" lirih Syakila.
"What!!" Arum terpekik, dia sampai menutup mulutnya dengan kesepuluh jarinya.
"Hus, jangan kenceng-kenceng teriaknya, Malu di dengar orang" Syakila melotot.
"Maaf, aku kaget Sya, trus gimana. Kalian jadian sekarang?"
"Ya nggak lah"
"Lho, kan kamu juga suka kan sama kak Damar?"
"Dulu"
"Emang sekarang udah nggak suka?"
"Aku udah nikah Rum" bisik Syakila.
"Apa!" teriak Arum lagi, kali ini dia melotot tajam kepada Syakila.
"Duh, Rum" Syakila menepuk keningnya sendiri, melihat temannya yang sedari tadi teriak-teriak.
"Gimana bisa kamu nikah Sya, kok aku nggak tau sih" protes Arum kemudian, dia merengut.
"Ini sudah aku kasih tahu"
"Sejak kapan Sya, kok bisa kamu nikah? nggak sedang hamidun dulu kan?" mata Arum memicing.
"Satu minggu yang lalu, enak aja, nggak ada ya aku hamil duluan" Syakila mendelik.
"Ya kali, nggak ada angin nggak ada hujan, kok tiba-tiba sudah punya suami aja? mana aku nggak diundang lagi"
"Halah, cuma ijab Kabul doang Rum, nggak ada resepsi kok"
"Kenapa, suami kamu kere" ledek Arum seraya tertawa.
Syakila menoyor kening sahabatnya itu dengan kesal, Arum memang ceplas-ceplos kalo bicara, kalo nggak suka dia pasti jujur bilang nggak suka,kalo suka dia juga pasti bilang suka.
Karena itu Syakila merasa cocok dengan Arum, karena dia sendiri juga punya sifat yang hampir sama.
"Enak aja, emang aku belum mau ada resepsi dodol"
"Oh, aku kirain nggak ada biaya" Arum tergelak.
"Parah..."
"Cakep nggak suami kamu?"
"Cakep lah, kalo jelek mana aku mau" Syakila tersenyum sinis.
"Iya juga sih, kamu nggak ada niat buat ngenalin aku gitu sama suami kamu?"
" Buat apa?"
"Ya biar aku kenal"
" Nggak perlu, kamu nggak kenal suamiku juga nggak masalah" Syakila berkata.
"Dasar teman nggak ada Akhlaq" omel Arum.
"Lagian ada kepentingan apa sih, kamu mau kenal suami aku? entar malah naksir lagi, nggak ada...nggak ada.." putus Syakila, dalam hati dia menertawakan kekonyolan dirinya itu.
"Dasar pelit!"
"Biarin, asal suamiku aman"
"Berarti kamu udah nggak....."
Pletak...
Syakila menyentil kening Arum agak keras, hingga membuat gadis iku berteriak kesal.
"Aww....sakit Sya" ucapnya sambil mengelus keningnya yang sedikit perih.
Syakila terkekeh geli, dia merangkul bahu Arum yang agak lebar," maaf"
"Coba lihat fotonya kalo gitu Sya"
"Buat apa?"
"Siapa tahu ntar ketemu di jalan, kan bisa aku mintai traktiran" Arum terkikik.
Syakila akhirnya membuat layar ponselnya, lalu dia perlihatkan foto ijab Kabulnya dengan Gaharu.
"Wah, kamu nikah beneran Sya, aku pikir tadi cuma prank"
*bersambung..
Jangan lupa, klik like, love dan komen.
makasih 😘😘
🌸
🌸*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments