Memperkenalkan Pada Keluarga

Malam ini, Tama akan menjemput Nara dan membawa ke rumah mewahnya untuk di perkenalkan pada ayah dan bunda sebagai kekasih yang akan dia nikahi secepatnya.

Meskipun Nara belum siap, tapi cepat atau lambat, hal ini pasti akan terjadi, dan Nara tak mungkin bisa menghindarinya.

Mengisi paru-paru dengan oksigen sedikit lebih banyak, isi kepala Nara seolah menuntut untuk terus mematut dirinya yang tampak kelam di hadapan cermin.

Sekuat tenaga ia berusaha menetralkan rasa khawatir, takut, dan cemas yang saling berebut masuk ke otaknya, mengusik ketenangan hati dan pikirannya.

Bahkan Narapun sudah mempersiapkan diri jika di tolak oleh kedua orang tua Tama.

Ketika fokusnya terus terarah pada bayangan dirinya di cermin, tiba-tiba terdengar suara sang ibu memanggil di iringi dengan ketukan pintu.

"Ada nak Tama di luar nak" ucapnya lembut.

"Masuk bu"

Perlahan, bu Fitri memutar knop pintu dan begitu pintu terbuka, netranya menangkap penampilan Nara yang baginya sangat cantik.

"Anak ibu cantik sekali, pantas saja bosnya jatuh cinta"

"Ah ibu, bisa saja" sahutnya tersipu malu. "Sebenarnya Na takut bu"

"Takut kenapa? kamu kan tidak berbuat salah, kenapa harus takut?"

"Takut kalau mereka menentang hubungan kami"

"Soal itu jangan kamu pikirkan" kata ibu seraya memegang kedua sisi lengan putrinya. "Kamu tidak pernah merayu dan memaksa nak Tama untuk mencintaimu, dia sendiri yang memilihmu, jika orang tuanya menentang, dan nak Tama patuh pada orang tuanya, di situlah kamu harus merelakan dia"

"Jadi untuk saat ini aku serahkan pada mas Tama, begitu bu?"

"Iya" Bu Fitri tampak mengulas senyum sebelum kemudian kembali berucap. "Sudah yuk, nak Tama sudah lama menunggu"

Mengangguk pelan, Nara kembali menatap dirinya sendiri melalui pantulan cermin. Ia mengecek penampilannya sekali lagi sebelum keluar dari kamar.

****

Saat di dalam mobil, Tama sengaja tak langsung melajukan mobilnya. Sebab ada sesuatu yang ingin dia sampaikan sebelum membawa Nara ke rumahnya.

Sedikit heran, Nara bergeming sambil lekat menatap pria yang berada di samping kanannya.

"Kenapa?" tanya Nara dengan kening berkerut.

Alih-alih menjawab, Tama justru meraih bunga yang terletak di jok belakang lalu mengeluarkan kotak cincin dari dalam saku celananya.

"Kamu tahu aku adalah pria yang tidak pandai berkata manis dan tidak suka basa basi" Ucap Tama dengan sorot sepenuhnya fokus pada kotak cincin yang ia pegang. "Aku terbiasa langsung mengatakan apa yang ada di pikiranku. Maaf jika caraku mengajakmu menikah sama sekali tak manis apalagi romantis"

Nara terus bertahan menatap Tama yang kelembutannya sangat luar biasa.

"Jadilah istriku Naraya" tambahnya kali ini tatapannya tertuju pada bola mata Nara. Tangannya membuka kotak kecil berisi cincin berlian dengan manik mata berwarna putih mengkilat. Tampak dari manik itu memancarkan warna pelangi yang begitu memukau.

Membuat Nara seketika takjub dengan keindahan cincin itu.

"Dan sebagai simbol kekaguman cinta, sukacita, dan juga kelembutan, bukankah mawar light pink ini akan cocok di moment-moment ketika melamar seorang gadis?"

Mungkin sebagian dari para pria menganggap cara seperti itu sudah kuno, sehingga di Zaman modern seperti ini tidak banyak pria yang kepikiran melamar kekasihnya seperti yang Tama lakukan barusan.

Memang terkesan sangat sederhana, tapi bagi seseorang yang faham dengan makna bunga, jelas cara itu sangatlah istimewa.

Sebagian dari diri Nara terus fokus menatap Tama, sebagian lagi mengingat bagaimana pria berusia 27 Tahun itu menyodorkan bunga serta cincin di dalam kotak kecil berwarna merah.

"Maukah kamu menjadi istriku?" tanya Tama ketika Nara masih mengunci mulutnya.

Usai mengatakan itu, mereka seperti terjerat dalam keheningan yang membuat keduanya justru merasa canggung.

"Na, maukah kamu menjadi istriku?" tanyanya ulang.

Nara mengangguk lengkap dengan seulas senyum.

Melihat respon Nara, Tama langsung mengeluarkan cincin itu, lalu memakaikannya di jari manis Nara.

Jantung Nara berdegup kencang ketika Tama menyematkan cincin itu. Pandangan Nara yang tadinya tertuju pada jari manisnya, kini teralih menatap Tama begitu cincinnya terpasang sempurna.

Selang dua detik, Tama sedikit mencondongkan badan mengikis jarak, lalu mengecup pipi Nara. Sedetik kemudian bibir itu bergeser menyentuh bibir Nara.

Ciumannya yang lembut, benar-benar membuat Nara tak bisa mengendalikan diri untuk tidak membalasnya.

Ciuman itu kian intens, kian dalam, lebih panas dan lebih lama.

Mereka saling melepas tautan bibirnya ketika sama-sama kehabisan oksigen. Ibu jari Tama mengusap bibir Nara lembut sebelum kemudian bersuara. "Kita akan menikah secepatnya, biar bisa melakukan yang lebih dari ini"

Ucapan Tama, membuat Nara kikuk dan salah tingkah, yang malah memantik bibir Tama melengkung ke atas.

"Kita jalan sekarang"

"Iya" jawab Nara singkat.

Perlahan, Tama menyalakan mesin mobil, lalu memutar roda kemudi ke arah Kiri dengan pandangan melirik ke spion samping.

"Kamu bawa lipstik?"

"Bawa, kenapa?"

"Mending oles sedikit soalnya lipstik di bibirmu hilang semua" jawab Tama tatapannya terus fokus ke arah depan.

Nara pun segera mengoleskan lipmate berwarna nude di bibirnya yang hilang akibat ulah Tama.

Setibanya di rumah yang sangat megah bak istana, kecemasan Nara mendadak singgah dan dengan langkah ragu, ia berjalan berdampingan mengikuti langkah sang kekasih.

Begitu memasuki rumah, bu Rania tampak terkejut dengan kedatangan Nara, sebab tak ada omongan apapun dari putra semata wayangnya sebelumnya. Namun keterkejutan itu hanya sesaat. Bu Rania kembali dengan gestur santai seraya menormalkan ekspresinya.

Wanita yang masih sangat cantik di usianya, mengulas senyum yang ia tujukan untuk karyawan teladan di perusahaannya.

Ya, Nara adalah karyawan kesayangan pak Idris karena pekerjaannya sangat rapi, terencana dan selalu berhasil memenangkan tander.

Trik dan cara melumpuhkan lawan bisnis, benar-benar sangat elegan. Tentu saja tak lepas dari tangan Tama yang juga sangat cerdik menginovasikan ide-ide menarik dalam berbisnis.

Kekompakan Nara dan Tama, membuat Angkasa Group semakin berkembang sangat pesat.

"Dari mana saja kalian?" tanya Bu Rania.

"Dari rumah bu"

Lembut dan hangat dalam menyambut Nara, tapi itu tak berlangsung lama, ketika mereka tengah menikmati makan malam. Tama tiba-tiba mengatakan sesuatu yang membuat Rania menahan amarah.

"Aku dan Nara saling mencintai yah, bun?" ucap Tama, sepasang matanya menatap Sang ayah, kemudian beralih ke sang bunda. "Kami akan segera menikah"

Lagi-lagi jantung Nara di buat melompat-lompat seperti bola bekel yang memaksa keluar dari tempatnya.

"Apa maksud kamu Tama?" tanya Rania sinis. Sementara pak Idris hanya diam menatap sang istri yang sudah menampilkan wajah tak suka.

"Aku mencintai Nara bun, dan aku meminta kalian merestui hubungan kami"

Prang....

Sebuah sendok yang sengaja Rania jatuhkan tepat di atas piringnya, membuat jantung Nara semakin berdetak tak nyaman. Tubuhnya pun ikut bergetar dengan keringat dingin yang seketika mengucur. Pandangan Nara langsung tertunduk begitu bu Rania melampar tatapan benci padanya.

Tama yang menyadari ketakutan Nara, Tangannya segera meraih tangan Naraya di atas meja lalu menggenggamnya sangat erat.

Dan itu membuat kemarahan Rania kian meledak.

Tak ingin terlibat lagi dengan situasi yang tidak dia sukai, Rania bangkit dari duduknya, lalu beranjak pergi meninggalkan meja makan.

"Kita bicarakan lain kali" kata pak idris sebelum kemudian melangkah pergi menyusul sang istri yang di pastikan memasuki kamarnya.

Genggaman Tama kian erat, namun tak langsung membuat jantung Nara tenang kembali.

"Aku akan mengatasinya, kamu jangan khawatir" pungkasnya lalu mengecup pucuk kepala Nara.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Damai Damaiyanti

Damai Damaiyanti

arogan bgt ibunya tama

2024-09-21

0

Jumadin Adin

Jumadin Adin

takut

2023-04-11

1

Ai Hodijah

Ai Hodijah

tegang banget

2023-03-14

0

lihat semua
Episodes
1 Prologe
2 Vonis enam bulan
3 Kembali ke tanah air
4 Ungkapan Hati
5 Memperkenalkan Pada Keluarga
6 Pemberhentian kerja & Ancaman
7 Keluar dari Angkasa group
8 Masuk Dandelion Group
9 Aku merindukanmu
10 Mengeraskan hati
11 Restu ayah
12 Menjadi suami istri
13 Makan malam keluarga
14 Rencana punya anak
15 Kabar kehamilan
16 Rencana Rania
17 Duplikat kunci apartemen
18 Fitnah keji
19 Rasa frustasi Nara & Tama
20 Tidak bisa masuk apartemen
21 Di tinggal ibu selamanya.
22 pengusiran
23 Kunci rumah baru
24 Flasback off
25 Masih sah sebagai suami istri setelah tujuh tahun
26 Pertemuan pertama setelah berpisah
27 Penolakan
28 Naraya, Amara, Rania
29 Waktu dua puluh hari
30 Sekali lagi
31 Masih sedikit ragu
32 Pengakuan mantan ART
33 Album foto
34 Setahap demi setahap terbongkar
35 Kunci duplikat
36 Amara kembali masuk rumah sakit
37 Kritis
38 Terusir
39 Pertemuan Nara dengan Idris
40 Tak menyangka
41 Terungkap
42 42
43 43
44 44
45 45
46 46
47 47
48 48
49 49
50 50
51 51
52 52
53 53
54 54
55 55
56 56
57 57
58 58
59 59
60 60
61 61
62 62
63 63
64 64
65 65
66 66
67 67
68 68
69 69
70 70
71 71
72 72
73 73
74 74
75 75
76 76
77 77
78 78
79 79
80 80
81 81
82 82
83 83
84 84
85 85
86 86
87 87
88 88
89 89
90 90
91 91
92 92
93 93
94 94
95 ekstra part.
96 Spoiler
97 draft
Episodes

Updated 97 Episodes

1
Prologe
2
Vonis enam bulan
3
Kembali ke tanah air
4
Ungkapan Hati
5
Memperkenalkan Pada Keluarga
6
Pemberhentian kerja & Ancaman
7
Keluar dari Angkasa group
8
Masuk Dandelion Group
9
Aku merindukanmu
10
Mengeraskan hati
11
Restu ayah
12
Menjadi suami istri
13
Makan malam keluarga
14
Rencana punya anak
15
Kabar kehamilan
16
Rencana Rania
17
Duplikat kunci apartemen
18
Fitnah keji
19
Rasa frustasi Nara & Tama
20
Tidak bisa masuk apartemen
21
Di tinggal ibu selamanya.
22
pengusiran
23
Kunci rumah baru
24
Flasback off
25
Masih sah sebagai suami istri setelah tujuh tahun
26
Pertemuan pertama setelah berpisah
27
Penolakan
28
Naraya, Amara, Rania
29
Waktu dua puluh hari
30
Sekali lagi
31
Masih sedikit ragu
32
Pengakuan mantan ART
33
Album foto
34
Setahap demi setahap terbongkar
35
Kunci duplikat
36
Amara kembali masuk rumah sakit
37
Kritis
38
Terusir
39
Pertemuan Nara dengan Idris
40
Tak menyangka
41
Terungkap
42
42
43
43
44
44
45
45
46
46
47
47
48
48
49
49
50
50
51
51
52
52
53
53
54
54
55
55
56
56
57
57
58
58
59
59
60
60
61
61
62
62
63
63
64
64
65
65
66
66
67
67
68
68
69
69
70
70
71
71
72
72
73
73
74
74
75
75
76
76
77
77
78
78
79
79
80
80
81
81
82
82
83
83
84
84
85
85
86
86
87
87
88
88
89
89
90
90
91
91
92
92
93
93
94
94
95
ekstra part.
96
Spoiler
97
draft

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!